Daftar isi
Praktik formal dari kegiatan humas sudah ada sejak awal abad ke-20. sejak saat itu, humas yang merupakan akronim dari hubungan masyarakat dapat didefinisikan dengan berbagai cara, definisi tersebut berubah-ubah seiring perubahan peran humas.
Berbicara tentang sebuah perubahan, dalam kurun waktu seratus tahun terakhir, humas telah mengalami perkembangan yang begitu pesat baik secara fungsi dan peran maupun media yang digunakan.
Mengutip dari pernyataan Newsom, Turk, dan Kruckerberg (1996), bahwa sejak awal keberadaan manusia, telah banyak ditemukan gejala-gejala dari kegiatan humas. Kegiatan ini dapat dilihat dalam kehidupan suku-suku primitif sebagai upaya mempertahankan hidup mereka, namun masih dalam bentuk sederhana seperti kegiatan berdagang dan kesepakatan-kesepakatan yang dibangun melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada masa peradaban Mesir kuno para agamawan mempersuasi pengikutnya melalui berbagai media seperti piramida, candi dan prasasti. Gejala awal kemunculan kegiatan humas juga dapat kita lihat pada zaman Romawi. Konsep opini publik mereka dikenal dengan istilah “rumores, vox populi, res republicaeyang”, yang memiliki arti “peristiwa umum, republik”.
Setelah kekaisaran Romawi mengalami keruntuhan, terjadilah zaman kegelapan. Barulah di abad pertengahan, daratan Eropa muncul gerakan Renaissance dengan ditandai adanya penekanan terhadap pegembangan ilmu pengetahuan.
Muncul sebuah perkumpulan para pengusaha berbasis home industry yang disebut dengan gilda. Setelah gilda mengalami perkembangan menjadi industri menengah, muncullah konflik antara buruh dan majikan. Untuk mengatasi konflik tersebut, dibentuk suatu kegiatan kehumasan dengan menerapkan teknik-teknik komunikasi yang terorganisir.
Di benua Amerika, humas mulai berkembang dan dikenal sejak 1883. Diawali oleh perusahaan AT&T (American Telephone and Telegraph) yang bergerak di bidang telekomunikasi. Pimpinan dari AT&T memiliki perhatian untuk membangun hubungan antara publik dengan perusahaan.
Kemudian disusul oleh George Westhinghouse, seorang pendiri industri raksasa, yang membangun departemen humas untuk pertama kalinya dengan mengangkat E. H. Heinrichs, yang merupakan seorang wartawan sebagai manajernya.
Berikut ini merupakan 3 tahapan periode perkembangan humas di daratan Amerika (Baskin & Aronoff, 1988), diantaranya:
Manipulation period berkembang sekitar abad ke-19. Pada periode ini, humas masih berada pada taraf press agents (agen pres). Humas digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, seperti pembentuk opini publik dan kepopuleran, namun dengan memanipulasi informasi, yang hanya menonjolkan hal-hal baik dari tokoh atau peristiwa yang diberitakan.
Seiring dengan populernya surat kabar sebagai media penyampai informasi, profesi agen pers menjadi dikenal lebih luas oleh masyarakat. Phineas T. Barnum merupakan agen pers paling laris pada saat itu.
Perkembangan humas pada periode ini dimulai pada tahun 1900 dan mengalami perluasan fungsi, yaitu sebagai alat penyampaian informasi dari sebuah organisasi atau perusahaan kepada publik. Edward Louis James Bernays merupakan tokoh pionir humas di periode ini, yang mempelopori perkembangan humas sebagai ilmu pengetahuan.
Kemudian muncul Ivy Ledbetter Lee yang mampu membawa humas tumbuh secara pesat. Maka dari itu ia disebut dengan the father of public relations. Lee mengawali debutnya sebagai konsultan humas salah satu perusahaan batu bara di Amerika Serikat yang mengalami pemogokan besar-besaran di mana para pekerjanya menuntut adanya kenaikan upah.
Pada periode ini, humas memiliki peran tambahan berupa upaya membangun hubungan yang saling mempengaruhi dan memahami. Humas diposisikan sebagai unsur penting dalam perusahaan, dan tidak ada lagi manipulasi informasi. Humas menjadi fungsi manajemen dalam pengembangan sikap budi manajemen dengan publiknya. Cikal bakal humas modern yang kita kenal sekarang dimulai dari periode ini.
Tercatat, humas modern pertama kali diterapkan pada 1809 oleh Departemen Keuangan Kerajaan Inggris dengan menunjuk seorang juru bicara resmi pemerintah. Dalam salah satu laporan tahunan pertama (1854), Dinas Pos Kerajaan Inggris mengatakan bahwa perlunya memaparkan secara luas atas pelayanan yang telah dilakukan kepada masyarakat umum.
Perkembangan teknologi cyber yang pesat, berdampak pula pada praktik humas di dunia. Jika sebelumnya menggunakan teknologi yang sederhana, kini semua beralih menggunakan teknologi yang lebih modern.
Komunikasi dan riset bisa dilakukan melalui internet, karena selain lebih murah, jangkauannya pun jauh lebih luas. Semua peristiwa dibelahan dunia manapun bisa disaksikan oleh seluruh masyarakat dunia.
Praktik humas kini dapat dilakukan melalui beragam medium teknologi. Pengemasan citra sebuah lembaga atau perusahaan menggunakan video, film, dan televisi membuat informasi terlihat lebih menarik, komunikatif, dan fleksibel dibandingkan aktivitas humas yang dilakukan di dunia nyata.
Selain itu, penggunaan sebuah website oleh humas untuk memproduksi e-newsletter secara berkesinambungan dari sebuah institusi atau perusahaan dapat dilakukan secara mudah dan murah.
Perkembangan humas di Indonesia tidak terlepas dari perjuangan politik bangsa Indonesia sejak zaman kolonial hingga kemerdekaan. Kegiatan propaganda untuk merebut dukungan rakyat pada masa perjuangan untuk meraih kemerdekaan merupakan salah satu gejala humas di Indonesia. Selain itu, faktor politik dan budaya sangat kental mewarnai perkembangan humas.
Perkembangan humas di Indonesia dimulai pada 1950-an dengan dibangunnya organisasi humas pertama milik Pertamina. Kala itu, divisi HUPMAS (Hubungan Pemerintah dan Masyarakat) Pertamina memiliki peranan yang sangat penting, salah satunya menjalin hubungan komunikasi timbal balik antara manajemen Pertamina dengan beberapa pihak, seperti klien, perusahaan swasta, sesama BUMN, perusahaan Asing, dan masyarakat.
Pada 1954, secara resmi POLRI menerapkan praktik humas dalam instansinya. Kemudian, sekitar tahun 1970-an dilanjutkan dengan penerapan humas oleh berbagai instansi baik dari pemerintahan maupun swasta.
Perkembangan public relation di Indonesia menurut Rosady Ruslan, SH, MH dapat dikelompokkan menjadi empat periode, di antaranya:
Cikal bakal berdirinya humas di Indonesia secara resmi lahir melalui Presidium Kabinet PM Juanda, di mana memiliki instruksi agar setiap instansi pemerintah membentuk divisi humas. Secara garis besar, tugas kehumasan dari instansi pemerintahan antara lain sebagai berikut:
Periode ini disebut dengan periode humas kedinasan pemerintah. Dimulai dengan dibentuknya Bakohumas (Badan Koordinasi Kehumasan) yang memiliki tugas dalam berbagai kegiatan pemerintah dalam hal pembangunan, khususnya bidang penerangan dan kehumasan.
Pada 1967, Bakor (Badan Koordinasi antar Humas Departemen atau Lembaga Negara) didirikan, secara ex officio dipimpin oleh pimpinan pada setiap departemen. Pada 1970-1971 Bakor berubah nama menjadi Bako-Humas (Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah), di mana hal tersebut diatur dalam SK Menpen No. 31/Kep/Menpen/tahun 1971.
Dalam SK tersebut memuat tugas dan fungsi Bako-Humas sebagai institusi formal dalam lingkungan Departemen Penerangan RI. Bako-Humas beranggotakan Humas Departemen/INstitusi, Lembaga Negara, dan unit-unit usaha negara atau BUMN. Bentuk kerja sama antar Humas departemen lebih menitikberatkan pasa pemantapan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dalam operasi kehumasan dan penerangan.
Pada periode ini, banyak muncul praktisi public relations profesional dari lembaga-lembaga swasta umum. Hal ini ditandai dengan didirikannya Perhumas (Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia) pada 15 Desember 1972, yang bertujuan menjadi wadah para profesi humas di Indonesia. Kode etik kehumasan Indonesia (KEKI) juga telah ditetapkan pada akhir 1993 di acara Konvensi Nasional Humas di Bandung.
Pada 10 April 1987 di Jakarta, Asosiasi Perusahaan Public Relations (APRI) dibentuk, tujuannya sebagai wadah profesi humas yang independen (konsultan jasa kehumasan) yang berbentuk organisasi perusahaan-perusahaan PR.
Periode keempat merupakan periode menuju era modern dunia. Ada beberpa indikator yang menandai berkembangnya humas pada periode keempat, yaitu: