Daftar isi
Dalam kesusastraan Jawa, penyebutan tahun biasanya dilambangkan dengan rangkaian kata-kata atau kalimat yang memiliki makna tertentu. Penulisan semacam ini disebut dengan sengkala atau sengkalan. Jadi, Sengkalan atau Sengkala adalah susunan kata-kata yang melambangkan bilangan-bilangan angka tahun.
Menurut sejarahnya, penggunaan sengkalan dalam sastra Jawa mulai ada bersamaan dengan perhitungan tahun Çaka (Saka). Sengkalan sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yakni dari kata Çakakala yang artinya perhitungan waktu berdasarkan Tahun Saka.
Penulisan Sengkalan
Sengkalan ditulis dengan susunan dimulai dari angka satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan. Kata-kata yang digunakan dalam sengkalan adalah simbol-simbol angka tahun yang memiliki watak-watak tertentu, dimana watak-watak tersebut di golongkan berdasarkan konsep magis yang dipercaya oleh masyarakat Jawa.
Watak Sengkalan dan Cirinya
Berikut adalah watak-watak dari tembung atau kata yang digunakan dalam sengkalan dan ciri-cirinya:
1. Watak 1 (siji)
- Jumlahnya satu : Gusti, Hyang, Raja, Ratu, Swarga, Aji, Budi, Dewa, Nata (Raja), Praja (Negara), dan sebagainya.
- Bentuknya bulat : Bumi, Bawana, Candra (Bulan), Kartika (Bintang), Srengenge (Matahari), Surya (Matahari), Wulan (Bulan), dan sebagainya.
- Memiliki arti satu/tunggal : Eka, Nyawiji, Siji, Tunggal.
- Bermakna manusia : Janma, Jalma, Manungsa, Tyas, Wong.
- Bagian badan yang berjumlah satu : irung (hidung), Sirah (Kepala), Ati (Hati), dan sebagainya.
2. Watak 2 (loro)
- Berjumlah dua : Asta (Tangan), Mata/Netra/Mripat, Kuping, Sungu (Tanduk), Alis, dan sebagainya.
- Kata kerja dari poin a diatas : Ndeleng (Melihat), Ngrungu (Mendengar), Nyekel (Memegang).
- Bermakna dua : Dwi, Kalih, Kembar, dan semisalnya
3. Watak 3 (telu)
- Bermakna tiga : Tri, Mantri, Trisula, Hantelu, Wredu, Ujwala, dan semisalnya.
- Bermakna Api : Agni, Dahana, Geni, Pawaka, Puji.
- Berkaitan dengan api : Benter (Panas), Murub (menyala), Kukus (Asap), Sorot, Sunar (Sinar), Obor, dan semisalnya
4. Watak 4 (papat)
- Bermakna empat : Catur, Papat, Pat, Sekawan, Keblat.
- Bermaksa Kerja /Karya : Karya, Karta, Kretaning, Pakarti, dan semisalnya.
- Berkaitan dengan air : Bun (embun), her, Tirta, Toya, Udan, Wedang, Samodra, Sendang, Segara/Tasik (Laut), dan semisalnya.
5. Watak 5 (limo)
- Bermakna lima : Limo, Gangsal, Pandawa, Panca.
- Bermakna angin : Bayu, Sindung, Samirana, Maruta.
- Bermakna raksasa : Danawa, Diyu, Raksesa, Raksesi, Buta, Wisaya, Yaksa.
- Bermaksa senjata : Gaman, Lading (pisau), Panah, Pusaka, Lungid (tajam).
- Berjumlah lima : Cakra, Driya (Indra), Indri, Indriya, Pandawa.
6. Watak 6 (nem)
- Bermakna enam : nem, Retu, Sad.
- Berhubungan dengan rasa : Amla, Asin, Gurih, Legi, Pait, Pedes, Dura, dan sebagainya.
- Berhubungan dengan benda yang memiliki rasa : Gula/Gendhis, Uyah (garam).
- Hewan berkaki enam : Bramara, Hangga-Hangga (Laba-laba), Kombang (Kumbang), Semut, Tawon, dan selainnya.
7. Watak 7 (pitu)
- Bermakna tujuh : Pitu, Sapta
- Berkaitan dengan pertapa : Biksu, Resi, Dhita, Pandhita, Wasita, Suyati, Sabda, Yogiswara, Muni.
- Bermakna kuda : Jaran, Aswam Kuda, Wajik, Kapal, Turangga.
- Bermakna gunung : Arga, Ardi, Giri, Gunung, Wukir, Prawata, Ancala.
8. Watak 8 (wolu)
- Bermakna delapan : Wolu, Asta.
- Bermakna naga : Ula, Taksaka, Sawer, Naga
- Bermakna gajah : Dirada, Gajah, Esthi, Kunjara, Liman, Matengga, Dwipangga.
- Berkaitan dengan hewan melata : Bajul/Baya (Buaya), Bunglon, Cecak, Slira, Tanu, Murti, Menyawak.
9. Watak 9 (sanga)
- Bermakna sembilan : Sanga, Raga, Nawa, Rumaga.
- Benda berlubang : Babahan, Ambuka, Song, Trusta, Dwara, Gapura, Gatra, Lawang, Guwa, Wiwara, Wilasita.
10. Watak 0 (Nol)
- Memiliki sifat kosong atau hampa : Asat, Ilang/Murca (hilang), Musna, Nir, Sirna, Suwung (kosong), Tan, Umbul (melayang), gegana, murca, dan selainnya.
- Bermakna langit : Angkasa, dirgantara, langit, swarga, tawang.
- Memiliki sifat tinggi : duwur, inggil, luhur.
- Bersifat menuju langit : Mumbul, Mesat, Muluk, Tumengga
Jenis-Jenis Sengkalan
Ada beberapa jenis sengkalan yang dikenal dalam tradisi Jawa, yaitu:
Berdasarkan Wujudnya
Berdasarkan wujudnya ada dua jenis sengkala:
a. Candrasengakala
Candrasengkala yaitu sengkalan yang perhitungannya berdasarkan peredaran bulan dalam tahun Jawa. Tahun Jawa merupakan perhitungan tahun yang ditetapkan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma dengan memadukan antara Tahun Hijriah dari ajaran Islam dengan Tahun Saka yang digunakan oleh masyarakat Jawa kala itu. Candrasengkala dimulai dari tanggal 1 Suro yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriah.
b. Suryasengkala
Suryasengkala yaitu sengkalan yang perhitungannya berdasarkan peredaran matahari (bumi mengelilingi matahari). Suryasengkala memiliki perhitungan sama dengan Tahun Saka yang dimulai sejak Ajisaka (Raja Saliwahana) naik tahta pada tahun 78 masehi. Dengan demikian, perhitungan tahun Saka jika dijadikan masehi adalah dengan menambah 78 tahun.
Berdasarkan Jenisnya
Berdasarkan jenisnya, sengkala dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Sengkalan Lamba
Sengkalan lamba adalah jenis sengkalan yang menggunakan rangkaian kata-kata sederhana.
Misalnya: Buta Lima Naga Siji
Arti dari sengkalan itu adalah sebagai berikut:
- Buta : termasuk dalam watak 5
- Lima : watak 5
- Naga : termasuk dalam watak 8
- Siji : watak 1
Jika disusun menjadi 5581, maka artinya adalah tahun 1855
b. Sengkalan Miring
Sengkalan miring yaitu jenis sengkalan yang menggunakan padanan kata dari karakter/ watak sengkalan lamba.
Contohnya: Lungiding Wasita Ambuka Bawana
Uraian dari sengkalan tersebut adalah sebagai berikut:
- Lungid artinya landhep (tajam). Kata ini dipadankan dengan tajamnya gaman (senjata) yang termasuk dalam watak 5
- Wasita artinya pitutur jati (nasihat yang suci). Kata ini adalah padanan atau berkaitan dengan resi, wiku, dan pandhita yang tergolong dalam watak 7
- Ambuka artinya lawang (pintu) atau gapura yang tergolong dalam watak 9
- Bawana adalah kata lain dari bumi. Bawana berwatak 1
Jika disusun, maka sengkalan diatas adalah 5791 yang artinya tahun 1975
c. Sengkalan Memet
Sengkalan memet adalah sengkalan yang bukan berupa rangkaian kata atau kalimat, melainkan berupa gambar, arca, candi, relief, ornamen dan semisalnya.
Contohnya adalah ornamen dua naga di atas gapura Magangan Kraton Nyayogyakarta Hadiningrat. Ornamen dua naga itu disebut Dwi Naga Ngrasa Tunggal, dengan uraian sengkalan sebagai berikut:
- Dwi wataknya 2
- Naga wataknya 8
- Ngrasa wataknya 6
- Tunggal wataknya 1
Hal ini menunjukkan tahun pembuatan ornamen tersebut, yakni tahun 1682.
d. Sengkalan Sastra
Sengkalan sastra adalah sengkalan yang berupa aksara Jawa. Sengkalan jenis ini biasanya dituliskan pada ukiran, hiasan pada keris, dan semisalnya.