Suku Jawa : Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Indonesia merupakan negara dengan kepulauan dan daratan yang sangat luas. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan, suku, bahasa dan juga adat istiadatnya.

Kita akan membahas suku yang paling banyak dan juga terkenal di Indonesia, yaitu suku Jawa. Suku jawa tidak hanya tersebar di wilayah Indonesia saja, melainkan juga tersebar di beberapa negarra di dunia.

Apa itu Suku Jawa?

Suku jawa merupakan suku yang terbesar di Indonesia. Suku yang terkenal akan tata karma dan kelembutan tutur katanya ini tersebar di seluruh penjuru negeri.

Suku Jawa tersebar di Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Serang, Cilegon dan Kabupaten Indramayu. Bahkan suku Jawa ini hamper kita temui di seluruh Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, melainkan sekarang ini Suku Jawa tersebar bahkan hingga ke mancanegara, seperti Suriname, Oseania, Amerika Selatan dan juga Kaledonia Baru.

Suku Jawa berada di negara-negara tersebut disebabkan karena dahulu mereka dibawa oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk dijadikan pekerja di negara negara koloni Belanda tersebut.

Sejarah Perkembangan Suku Jawa

Sejarah Suku Jawa sangat bermacam-macam diantaranya:

  1. Menurut Sejarawan

Asal usul dari Suku Jawa yaitu berasal dari orang-orang Yunani yang terdapat di China. Ada salah satu sejarawan asal Belanda yaitu Profesor Dr. H. Kern yang meneliti bahwa bahasa daerah di Indonesia yang satu mirip dengan bahasa daerah lainnya yang juga terdapat di Indonesia.

Kemudian professor tersebut membuat kesimpulan bahwa bahasa tersebut berasal dari rumpun yang sama yaitu Austronesia.

2. Menurut Babad Tanah Jawa


Dalam Babad Tanah Jawa diceritakan bahwa masyarakat Jawa berasal dari Kerajaan Kalingga yang letaknya berada di India Selatan. Pangeran Keling yaitu pangeran yang berasal dari kerajaan Kalingga melakukan perjalanan jauh dan meninggalkan Kerajaan Kalingga.

Akhirnya Pangeran beserta rombongannya menemukan pulau kecil yang kemudian diberi nama Javacekwara. Mereka bergotong royong membangun pemukiman di pulau tersebut.

3. Tulisan Kuno India

Menurut Tulisan Kuno India pada jaman dahulu beberapa pulau yang menyatu di kepulauan Nusantara terkena musibah dan kemudian menyebabkan terendamnya beberapa daratan dan juga beberapa pulau jadi terpisah. Lalu munculah pulau-pulau baru akibat dari musibah tersebut seperti Pulau Jawa.

Di dalam tulisan kuno tersebut menceritakan seorang pengembara yang bernama Aji Saka, ia menjelajah ke berbagai penjuru sampai dengan ia menemukan Pulau Jawa. Ia juga adalah orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Jawa.

Pakaian Adat Suku Jawa

Pakaian adat masyarakat Suku Jawa pasti selalu ada unsur “batik”nya. Karena batik sendiri merupakan kain khas yang berasal dari Jawa. Kata batik merupakan kependekan dari istilah “soko sak tithik” yang berasal dari kalimat Jawa Babat.

Ada juga yang memiliki pendapat bahwa kata batik berasal dari kata “amba” atau lebar dan “titik” yang berarti titik. Jika digabungkan memiliki arti membuat titik-titik pada kain yang lebar. Batik juga sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya asli yang berasal dari Indonesia.

Pakaian adat Pria

Pakaian adat pria pada umunya terdiri dari atasan dan juga bawahan yang berupa celana atau kain jarik.

  1. Jawi Jangkep


Pakaian adat ini berasal dari keraton Kasunanan Surakarta. Pakaian Jawi Jangkep terbagi menjadi dua jenis pakaian, yaitu Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep Padintenan.

Jawi Jangkep berupa pakaian atasan yang memiliki warna hitam dan biasanya hanya digunakan saat acara formal saja. Sedangkan Jawi Jangkep Padintenan bisa digunakan dalam keseharian dan warnanya selain hitam diperbolehkan.

Kelengkapan pakaian Jawi Jangkep, yaitu atasan, setagen, kain bawah (jarik), keris, selop atau alas kaki, blangkon, dan juga ikat pinggang (timang, lerep dan epek).

2. Beskap


Beskap digunakan hanya untuk acara resmi saja, misalnya pernikahan. Beskap merupakan model kemeja lipat yang berwarna polos. Pada beskap terdapat kancing dibagian kanan dan juga kirinya.

3. Surjan


Surjan ini merupakan baju adat Jawa yang sangat penjang, dan sudah ada semenjak jaman mataram Islam. Pada jaman dahulu, surjan hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan dan abdi keraton saja. Model dari surjan yaitu seperti kemeja dengan kerah yang tegak dan lengannya panjang.

Pakaian Adat Wanita

  1. Kemben


Kemben ini digunakan untuk menutupi dada dan berada pada bagian dalam. Kemben merupakan kain panjang yang digunakan dengan cara dililitkan dari dada hingga ke bawah pinggul.

2. Dodot


Dodot merupakan kain batik yang panjang dan untuk menutupi tubuh bagian bawah yaitu pinggul sampai kaki.

3. Kebaya Jawa


Kebaya pada umumnya terbuat dari kain yang memiliki tekstur tipis dan cukup transparan. Kebaya ini merupakan atasan yang dipadukan dengan kain jarik sebagai bawahannya.

Dulu kebaya ini hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan dan orang-orang yang memiliki ekonomi tinggi saja. Hal ini dikarenakan kain untuk membuat kebaya memiliki harga yang cukup tinggi.

Agama yang dianut Suku Jawa

Di pulau Jawa pada jaman dahulu, di masa kejayaan agama Hindu dan juga Budha, mayoritas masyarakat Jawa menganut agama Hindu dan Budha. Terbukti dengan adanya kerajaan Hindu terbesar di nusantara yaitu Kerajaan Majapahit. Dan juga adanya candi Borobudur yang merupakan peninggalan dari masa kejayaan Budha.

Selanjutnya kerajaan-kerajaan Islam masuk dan berkembang di Pulau Jawa. Kemudian kerajaan tersebut menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam sehingga lambat laun masyarakat Jawa memeluk agama Islam.

Namun, pada saat sekarang banyak sekali agama yang terdapat di Pulau Jawa. Tidak hanya Islam, Hindu, dan Budha saja. Melainkan ada Kristen, Katolik, Konghucu dan juga aliran kejawen.

Rumah Adat Suku Jawa

Pada umumnya rumah adat yang ada di Pulau Jawa menggunakan bahan dasar kayu untuk membangunnya. Namun, bukan kayu sembarangan, kayu yang digunakan oleh masyarakat Suku Jawa biasanya kayu yang bisa bertahan hingga jangka waktu yang sangat lama sekali, ratusan tahun.

Rumah Joglo adalah tempat tinggal Suku Jawa sejak jaman dahulu, namun di jaman sekarang jarang ditemukan rumah Joglo di perkotaan. Rumah Joglo memili bagian-bagian tersendiri dan juga memiliki fungsi yang berbeda-beda.

Ada yang digunakan untuk menerima tamu atau yang sering disebut Pendapa. Ada juga ruangan yang digunakan untuk bersantai dan lain sebagainya. Atap pada rumah Joglo cukup unik, karena terbuat dari tanah liat yang dibuat sendiri.

Bahasa yang dipakai Suku Jawa

Untuk percakapan sehari-harinya masyarakat Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk bercengkrama dengan masyarakat suku Jawa lainnya. Bahasa ini masih sangat dilestarikan sampai dengan sekarang, bahkan menjadi salah satu mata pelajaran di setiap sekolah.

Bahasa Jawa dalam penggunaannya memiliki tiga tingkatan. Pertama, Bahasa Krama Inggil yaitu bahasa yang digunakan saat kita berbicara dengan orang yang lebih tua dari kita atau kedudukan sosialnya jauh diatas kita.

Kedua, Bahasa Krama Madya yaitu abhasa yang digunakan saat berbicara dengan orang yang sederajat dengan kita. Ketiga, Bahasa Jawa Ngoko yaitu bahasa yang tingkatannya berada paling bawah. Biasanya bahasa ini digunakan untuk berbicara dengan seseorang yang usianya lebih muda dari kita.

Tulisan Jawa

Tulisan Jawa atau biasa disebut dengan Aksara Jawa yaitu tulisan khas dari Suku Jawa. Pada jaman modern ini tulisan aksara Jawa ini sangat jarang digunakan. Namun, Aksara Jawa ini masih diajarkan di beberapa sekolah-sekolah yang terdapat di Pulau Jawa.

Aksara Jawa memiliki 20 huruf dan ada beberapa pasangannya. Jika dilihat sekilas tulisan aksara Jawa ini sangat rumit, namun apabila kita mempelajarinya akan mudah dan cepat mengerti.

Mata Pencaharian Suku Jawa

Masyarakat Suku Jawa yang bertempat tinggal di pedesaan rata-rata berprofesi sebagai petani. Namun, tidak hanya sebagai petani saja melainkan ada juga yang menjadi petani kebun karena mereka berada di daerah dataran tinggi.

Sedangkan masyarakat Suku Jawa yang bertempat tinggal di perkotaan, memiliki beragam profesi mulai dari karyawan, guru, polisi, tentara, pedagang dan lain sebagainya. Perekonomian di Pulau Jawa bisa dibilang cukup ramai karena Pulau Jawa sendiri memiliki luas daerah yang sangat luas dan juga populasi penduduknya yang cukup padat.

Ada juga masyarakatnya yang merantau ke luar dari Pulau Jawa guna mengais rejeki untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Ada juga yang memilih menjadi TKW atau TKI di negeri orang demi kehidupan keluarganya yang sejahtera.

Kesenian Suku Jawa

Wayang kulit merupakan tradisi kesenian yang mendarah daging pada masyarakat Suku Jawa. Kesenian wayang kulit juga merupakan salah satu budaya Suku Jawa. Wayang kulit, wayang berasal dari kata “ma Hyang” yang memiliki arti menuju spiritualitas sang kuasa. Wayang kulit kerap digunakan sebagai media untuk permenungan menuju roh-roh Dewa. Namun, pada jaman modern ini wayang kulit digunakan sebagai pertunjukan saja.

Permainan wayang kulit mulai tersebar semenjak para wali songo sering menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pada umunya, cerita wayang kulit diambil dari kisah Mahabarata dan juga Ramayana.

Wayang kulit terbuat dari lembaran kulit hewan kerbau yang diambil dan kemudian dikeringkan. Wayang kulit dimainkan oleh seseorang narator yang sering disebut dalang. Tidak hanya menggerakan wayang kulit saja, melainkan dalang harus bernarasi atau bercerita mengenai epos pewayangan.

Biasanya wayang kulit diiringi dengan musik yang berasal dari beberapa gamelan dan juga syair berbahasa Jawa. Wayang kulit sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisa kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai adiluhung.

fbWhatsappTwitterLinkedIn