Daftar isi
Salah satu suku terbesar di Indonesia adalah suku Sunda. Diketahui, jumlah populasi suku Sunda mencapai 36,7 juta jiwa atau sebesar 15,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2010).
Bagaimanakah seluk beluk suku Sunda sebenarnya? Berikut adalah ulasan singkatnya.
Sunda adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang mendiami sebagian besar wilayah Provinsi Jawa Barat dan dari provinsi inilah mereka berasal. Wilayah asal orang Sunda biasa disebut sebagai Tatar Sunda atau Tanah Pasundan.
Dalam wilayah Jawa Barat itu, orang Sunda bertetangga atau hidup berdampingan dengan beberapa kelompok etnis lain seperti Suku Baduy, Suku Banten, dan Suku Cirebon yang memiliki persamaan budaya tertentu dengan Suku Sunda.
Sejatinya, belum banyak diketahui dari mana asalnya suku Sunda dan bagaimana mereka bisa menetap di wilayah Jawa Barat.
Namun, jika mengacu pada teori asal usul penduduk Indonesia yang menyatakan bahwa penduduk Indonesia berasal dari daratan Cina Selatan, maka suku Sunda termasuk bangsa Melayu Muda atau Deutero Melayu.
Menurut teori, bangsa ini masuk ke Nusantara bagian utara sekitar tahun 500 SM. Mereka membawa budaya baru yakni Kebudayaan Dongson berupa perkakas dan senjata besi dan perunggu.
Jejak peradaban mereka ditemukan di beberapa tempat antara lain sebagai berikut.
Jejak-jejak peninggalan tersebut merupakan cikal bakal budaya suku Sunda. Mereka kemudian membentuk kerajaan-kerajaan.
Setelah pengaruh Hindu masuk, berdiri beberapa kerajaan seperti kerajaan Tarumanegara, kerajaan Kuningan, kerajaan Galuh, dan kerajaan Sunda.
Namun setelah Islam masuk dan ditunjang oleh kerjaan Demak dari Jawa Tengah, beberapa kerajaan memisahkan diri dari kerajaan Sunda.
Setelah kekuasaan kerajaan Islam semakin kuat, sistem budaya dan sistem kepercayaan masyarakat suku Sunda pun turut terpengaruh.
Tipe umum masyarakat suku Sunda adalah optimis, mempunyai watak terbuka, dan perasa.
Suku Sunda juga memiliki beberapa ciri khas atau karakter Kesundaan yang membedakannya dari suku lainnya antara lain sebagai berikut.
Karakter ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Salaka Nagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.
Pakaian adat masyarakat suku Sunda, untuk laki-laki mengenakan jas dengan leher tertutup, tutup kepala atau destar, sebilah keris terselip di pinggang bagian belakang serta kain batik.
Sedangkan untuk perempuan mengenakan baju kebaya, selendang, kalung, dan berkain batik.
Bagian atas kepala biasanya mengenakan beberapa hiasan kembang goyang. Untuk sanggul biasanya dihiasi dengan rangkaian bunga melati.
Sebagian besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam dan mengamalkan ajarannya dengan baik.
Namun, dalam beberapa hal tertentu yang berkaitan dengan daur hidup, bercocok tanam, mendirikan rumah dan lain-lain masih berpegang pada kepercayaan leluhur.
Misalnya, upacara dalam rangka pertanian dan upacara pada peristiwa daur hidup individu yang ditambah dengan hiburan berupa kesenian seperti upacara sunatan, upacara potong gigi, upacara tamat mengaji Al Qur’an, dan upacara perkawinan.
Sebagaimana halnya suku bangsa lainnya yang ada di Indonesia, masyarakat suku Sunda juga memiliki rumah adatnya sendiri yang memiliki karakteristik tersendiri.
Meskipun tak dipungkiri, ada beberapa pengaruh yang berasal dari Jawa, Cina dan unsur modern lainnya yang membuat rumah adat suku Sunda di pedesaan memiliki variasi bentuk.
Secara umum, ciri-ciri utama rumah adat suku Sunda adalah sebagai berikut.
Bahasa yang digunakan oleh sebagian besar penduduk suku Sunda adalah bahasa Sunda. Daerah persebarannya meliputi wilayah Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, hingga Lampung.
Mereka yang tinggal di daerah Indramayu, Cirebon, dan Banten bagian utara umumnya menggunakan campuran bahasa Sunda dan Jawa.
Bahasa Sunda umumnya dijadikan sebagai bahasa pengantar terutama di daerah pedesaan, di lingkungan keluarga di perkotaan, dan di tempat umum.
Dialeknya pun bermacam-macam seperti bialek Bandung, Banten, Ciamis, Cianjur, Cirebon, Purwakarta, dan Sumedang.
Sebagaimana bahasa daerah lainnya di Indonesia, bahasa Sunda banyak dipengaruhi bahasa lain seperti bahasa Arab, Belanda, Jawa, dan lainnya.
Selain itu, bahasa Sunda juga memiliki keterkaitan dengan bahasa lain seperti bahasa Aceh, Gayo, Melayu, Karo, Tagalog, Sasak, dan Mentawai.
Bahasa Sunda murni dan halus masih dapat ditemui di daerah Priangan (kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi, Cianjur).
Adapun bahasa Sunda yang kurang halus dapat ditemui di daerah pantai utara Jawa Barat (Banten, Karawang, Cirebon, Bogor).
Daerah penyebaran bahasa Sunda meliputi seluruh daerah provinsi Jawa Barat yang dibatasi oleh sungai Cilosari dan Citanduy di sebelah timur.
Untuk penutur bahasa Sunda, tidak hanya dapat ditemui di provinsi Jawa Barat saja melainkan juga melainkan beberapa daerah lain seperti Kabupaten Brebes, Tegal, Banyumas di Jawa Tengah dan Lampung, Sumatera Selatan.
Budaya suku Sunda dalam hal ini terkait dengan sistem kekerabatan, sistem politik dan pemerintahan, dan mata pencaharian.
Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat suku Sunda adalah bilateral yaitu garis keturunan seseorang yang ditarik berdasarkan ayah dan ibu.
Dalam masyarakat suku Sunda, sistem kekerabatan banyak dipengaruhi oleh adat secara turun temurun dan juga agama Islam.
Wujud jalinan sistem kekerabatan dapat terlihat dari perkawinan di Tatar Sunda. Misalnya, ketika akad nikah atau ijab kabul tampak adanya unsur adat dan agama.
Adapun setelah menikah, adat menetap cenderung bersifat matrilokal atau berdiam di lingkungan kerabat isteri jika pasangan belum bisa berdiri sendiri.
Sifat ini dapat berubah menjadi neolokal jika orang tua salah satu pihak membuatkan rumah bagi pasangan tersebut atau mereka sudah mandiri.
Sistem pemerintahan terkecil dalam masyarakat suku Sunda adalah desa yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
Kini, struktur pemerintahan desa mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku umum di Indonesia.
Masyarakat suku Sunda yang tinggal di pedesaan umumnya bekerja sebagai petani.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, para petani merujuk pada tradisi yang dipelajari secara turun temurun dan disesuaikan dengan sistem kepercayaan tertentu.
Misalnya, mereka mengadakan upacara-upacara tertentu demi memperoleh hasil yang maksimal seperti upacara tolak bala yang dapat dilakukan secara individual maupun berkelompok dengan dipimpin oleh seorang ajengan atau kuncen.
Upacara pertanian ini dimulai sejak mempersiapkan bibit hingga panen. Hal-hal yang disediakan dalam rangka upacara ini antara lain bubur merah, bubur putih, nasi tumpeng berisi daging, serta rujak dengan tuju macam ramuan.
Ada beberapa bentuk kesenian Sunda seperti seni musik, seni tari, seni wayang, seni sastra, dan seni teater atau seni drama.
1. Seni Musik
Beberapa macam alat musik tradisional Sunda yang dikenal hingga kini antara lain angklung, calung, suling, kecapi, dan degung. Angklung, calung, dan suling merupakan alat musik yang terbuat dari bambu.
2. Seni Tari
Beberapa tari tradisional adat suku bangsa Sunda, antara lain sebagai berikut.
3. Seni Wayang
Masyarakat suku Sunda juga memiliki kekayaan budaya berupa seni pertunjukan wayang golek yaitu wayang yang terbuat dari kayu yang dirias dan diberi kostum yang menarik sesuai karakter wayang.
Para ahli menyatakan bahwa seni pertunjukan wayang golek memperoleh pengaruh dari kesenian Jawa Mataram (wayang kulit). Namun, dibandingkan wayang kulit, wayang golek lebih visual dan demokratif.
Sebagaimana seni pertunjukan wayang kulit, pertunjukan wayang golek juga dimainkan oleh seorang dalang.
Cerita yang ditampilkan biasanya diambil dari kisah Ramayana maupun Mahabharata yang dikemas dengan versi masyarakat adat Sunda.
4. Seni Sastra
Masyarakat suku bangsa Sunda memiliki banyak karya sastra, antara lain sebagai berikut.
5. Seni Teater atau Seni Drama
Salah satu teater tradisional suku Sunda adalah Longser. Menurut beberapa literatur, longser berasal dari kata Melong atau melihat dan seredet atau tergugah.
Dengan demikian, secara umum, longser adalah seni teater yang ditampilkan dapat menggugah perasaan siapapun yang menontonnya.