Daftar isi
Taman Nasional Taka Bonerate (TNTBR) termasuk salah satu kawasan untuk pelestarian alam dengan ekosistem asli, yang dikelola menggunakan sistem zonasi buat tujuan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, parawisata menunjang budidaya, hingga rekreasi.
Sejarah Taman Nasional Taka Bonerate
Taman nasional Taka Bonerate pada mulanya berstatus cagar alam menurut SK Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-II/1989. Lalu diubah menjadi Taman Nasional menurut SK Menteri Kehutanan No. 280/KPTS-II/1992, pada tanggal 26 Februari 1992 serta ditetapkan menurut SK Menteri Kehutanan No. 92/KPTS-II/2001, pada tanggal 15 Maret 2001 serta luas kawasan 530.765 ha.
Pada tahun 1997, Unit Pelaksana Teknis (UPT) terbentu buat mengelola kawasan Taman Nasional, menurut SK Menteri Kehutanan Nomor: 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997. Mulai daro tanggal 10 Juni 2002 telah berubah jadi Balai Taman Nasional Tipe C setingkat Eselon III, sesuai SK Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 mengenai Organisasi serta Tata Kerja Balai Taman Nasional.
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 mengenai Organisasi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional telah berubah jadi Balai Taman Nasional Tipe B dan terdiri atas Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I serta II hingga Kelompok.
Jabatan Fungsional memiliki tugas pokok menyelenggarakan konservasi terhadap sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya serta pengelolaan kawasan taman nasional menurut peraturan perundang-undangan berlaku.
Kondisi Alam Taman Nasional Taka Bonerate
Taman Nasional Taka Bonerate termasuk kawasan pelestarian alam dengan geografis yang berada di Laut Flores dengan 120°55′ – 121°25′ BT dan 6° 20′ – 7° 10′ LS. Area ini ditetapkan menjadi Taman Nasional Laut Taka Bonerate menurut SK Menteri Kehutanan Nomor 92/KPTS-II/2001 pada tanggal 15 Maret 2001 dan luas kawasan 530.765 Ha.
Memiliki karang atoll terbesar urutan ketiga di dunia dengan luas mencapai hingga 220.000 Ha sesudah Atol Kwajifein pada Kepulauan Marshall serta Atol Suvadiva pada Maldive
- Geologi
Taman Nasional Taka Bonerate berada di antara Pulau Flores dengan lengan selatan Pulau Sulawesi, bersama gugusan Pulau Bonerate berada pada kawasan yang mempunyai sifat geologi sehingga masih ada kemiripan dengan mandala Sulawesi Selatan tapi berbeda dengan mandala vulkanik aktif di Flores.
- Iklim
Klimatik pada Taman Nasional Taka Bonerate, biasanya memiliki iklim basah tropik khatulistiwa, yaitu 4 bulan basah serta 5 bulan kering, dipengaruhi juga dengan musim angin Barat, serta musim angin Timur, selain itu adanya masa peralihan ataupun pancaroba. Dengan tingkat kelembaban rata-rata setiap bulannya mencapai 88%.
- Pasang Surut
Jenis pasang surut pada Taman Nasional Taka Bonerate merupakan Campuran Condong Dominan Ganda (Mixed tide prevailing semidiurnal), jadi dalam sehari semalam akan terjadi dua kali air pasang , yang memiliki nilai rata muka air (MSL) didalam interval 200 cm – 250 cm.
- Arus
Sedangkan pola arus global pada Taman Nasional Taka Bonerate sangat dipengaruhi dengan kondisi musimnya.
Ketika musim Barat, arus di permukaan kawasan akan mengalir ke arah Timur serta memiliki kecepatan 33 – 50 cm /det. Sedangkan pada awal musim Timur (April), arus dipermukaan akan mengalir ke arah Barat serta memiliki kecepatan lemah, 12 – 38 cm/det.
Lalu ketika musim Timur arus di permukaan akan semakin meningkat serta memiliki kecepatan maksimum di bulan Juni, hingga 75 cm/det dan mengalir ke arah Barat. Sedangkan pada akhir musim Timur (Oktober) akan terjadi penurunan kecepatan arus serta mengalir ke arah Barat dan memiliki kecepatan 25 – 38 cm/det.
- Suhu dan Salinitas
Suhu pada permukaan perairan Taman Nasional Taka Bonerate, sangat terpengaruh oleh musim. Sehingga suhu permukaan laut berada diantara 26,7 – 29°C. Sedangkan suhu dipermukaan pada bulan Mei akan mengalami penurunan sampai Agustus dengan mencapai minimum 26,7°C.
Suhu dipermukaan akan mulai naik di bulan September serta dapat mencapai maksimum 29°C di bulan Desember. Saat waktu puncaknya terjadi di musim Barat (Januari) serta temperatur akan menurun lagi hingga bulan Februari, lalu akan naik di bulan Maret sampai Mei.
Flora dan Fauna Taman Nasional Taka Bonerate
Keanekaragaman hayatinya yang melimpah menjadikan kawasan ini sangat potensial sebagai ekowisata andalan. Setidaknya terdapat empat potensi Taka Bonerate yang membuatnya layak disebut surga dari Selatan Sulsel.
Pertama, hamparan Atol seluas 220.000 ha; adanya habitat berbagai jenis biota laut seperti kima raksasa (tridacna gigas) dan Triton Terompet (Charonia tritonis); merupakan tempat peneluran penyu hijau (Chelonia mydas) dan Penyu sisik (Eretmochelis imbricata); serta terdapat masyarakat maritim yakni suku Bajo dan suku Bugis yang mendiami 7 pulau.
Selain itu, Taka Bonerate kaya akan flora dan fauna. Tercatat ada 70 spesies flora darat di sana yang didominasi oleh cocos nucifera. 11 spesies Lamun yang didominasi jenis thalassodendron ciliate, Halophila ovalis dan lainnya. Juga 112 spesies Alga yang umumnya adalah alga hijau 55 spesies, alga merah 33 spesies dan alga coklat 24 spesies.
Sementara potensi fauna di Taka Bonerate juga tak kalah banyaknya. Sedikitnya ada 242 jenis Karang di sana yang didominasi oleh 63 genera karang Scleractinia dan 5 Genera karang non scleractinia. Spesies karang yang dominan adalah famili Acroporidae, favlldae dan fungiida.
Spesies ikannya juga banyak yakni terdapat 564 spesies. 299 spesies Molusca yang didominasi Gastropoda (keong-keong) dan Pelecypoda (kerang-kerangan).
Ada 6 spesies Reptilian yang didominasi oleh Penyu hijau (chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys), Penyu lekang (Lepidochelys olivaceae) dan lainnya. Juga ada 15 spesies Crustacea yakni kepiting dan udang, serta 34 spesies burung yakni 12 burung laut, 13 jenis burung babi, 16 jenis teripang dan 13 jenis criniidea.
Taka Bonerate juga memiliki 5 spesies mamalia antara lain duyung, lumba-lumba dan ikan paus. 34 spesies burung yang terdiri dari 12 spesies burung darat, 9 burung laut dan 13 fauna burung pantai.
Kegiatan dan Destinasi Wisata
- Melihat Budaya Penghuni Pulau di Sekitarnya
Sebagian wisatawan tertarik mengunjungi Taman Nasional Taka Bonerate karena ingin melihat pemandangan bawah lautnya yang asli dan indah. Serta memilih datang karena merasa penasaran dengan budaya lokal dari warga penghuni di pulau sekitar taman Taka Bonerate. Salah satu pulau terdekat yang dapat didatangi adalah Pulau Jinato.
Pulau Jinato, akan mengadakan Festival Takabonerate. Dimananpara wisatawan dapat menjadi peserta festival bahkan mendapatkan sambutan meriah dari kepala desa saat tiba di dermaga. Wisatawan juga akan diajak berkelilingi melihat segala aktivitas harian warga di Pulau Jinato. Mulai dari mengolah permen gula merah, membuat abon ikan, membuat jala buay melaut, dan lainnya.
- Mencoba Island Hopping di Pulau Sekitar
Keindahan alam bawah laut di taman ini dapat dinikmati dengan mengikuti snorkeling serta kegiatan diving. Selain itu, wisatawan juga dapat menghilangkan kejenuhan dengan mencoba island hopping pada beberapa pulau disekitar Taman Takabonerate. Misalkan berkunjung ke Pulau Rajuni atau Pulau Lantigiang
- Bermain Bersama Bayi Hiu
Salah satu pulau indah yang harus dikunjungi wisatawan saat di Taman Nasional Takabonerate yaitu Pulau Tinabo. Ketika menyisir bibir pantai pulau ini, para wisatawan dapat melihat bayi hiu berjenis black tip.
Bahkan wisatawan dapat menghabiskan waktu dengan bersantai, berenang serta bermain bersama bayi hiu yang ramah manusia ini. Bayi-bayi hiu jenis ini aman untuk bermain bersama manusia.
- Diving Menikmati Keindahan Alam Bawah Laut
Saat berlibur ke Taman Nasional Taka Bonerate tidak akan lengkap jika tidak melakukan diving di sekitar perairannya. Banyak sekali spot diving yang dapat dikunjungi penyelam saat berada di Taman Nasional Takabonerate.
Misalkan spot Mercusuar yang memiliki ciri khas lokasi dengan karang tepi. Spot ini mempunyai suhu hingga 17 derajat dengan pola arus pantai. Spot Mercusuar memiliki kedalaman rata-rata 5 sampai dengan 8 meter. Untuk kondisi karang hidup mencapai 10 sampai 70 persen, dengan kecepatan arus 0,25 meter per detik.