Heterogenitas sosial atau yang lebih dikenal sebagai keanekaragaman sosial merupakan situasi yang ditandai oleh berbagai jenis identitas yang ada dalam masyarakat, seperti budaya, ras, etnis, suku bangsa, agama, profesi, jenjang pendidikan, dan lain-lain.
Heterogenitas sosial dapat memengaruhi kehidupan masyarakat dan mendorong terjadinya berbagai gejala sosial. Berikut adalah tiga contoh bentuk gejala sosial yang timbul dalam masyarakat, yaitu:
1. Ketidaksetaraan Gender
Banyak orang yang berpikir bahwa gender dan seks (jenis kelamin) memiliki pengertian yang sama. Namun pada kenyataannya, kedua istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seks (jenis kelamin) adalah perbedaan biologis dan fisiologis antara laki-laki dan perempuan, seperti organ reproduksi, kromosom, hormonal, dan lain-lain.
Sementara itu, gender diartikan sebagai konstruksi masyarakat tentang ciri-ciri perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran, serta hubungan antara perempuan dengan laki-laki.
Mansour Fakih dalam bukunya Analisis Gender dan Transformasi Sosial mendefinisikan seks (jenis kelamin) sebagai pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sementara itu, gender merupakan sifat yang melekat pada kaum lakai-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.
Dapat disimpulkan bahwa gender merupakan perbedaan standar perilaku dan tindakan yang ideal bagi laki-laki maupun perempuan. Contohnya dalam masyarakat, perempuan dipandang harus bertingkah laku lemah lembut, penyabar, dan memiliki tutur kata yang halus (feminim). Sedangkan laki-laki mempunyai ciri khas maskulin yaitu harus tangguh dan kuat.
Konstruksi masyarakat mengenai perbedaan peran dan perilaku antara perempuan dan laki-laki tersebut menimbulkan berbagai dampak, salah satunya yaitu muncul ketidaksetaan gender di berbagai bidang kehidupan.
Menurut Mansour Fakih dalam buku yang sama, ketidaksetaraan gender merupakan ketidakadilan bagi perempuan maupun laki-laki berdasarkan sistem dan struktur yang ada, seperti manifestasi yaitu marjinalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan, dan beban kerja. Hal tersebut dikarenakan perempuan tidak memperoleh akses, partisipasi, dan kontrol yang setara dengan laki-laki untuk mencapai sumber daya.
2. Stratifikasi Sosial
Soerjono Soekanto mengartikan stratifikasi sosial sebagai pembedaan posisi atau kedudukan individu atau kelompok secara vertiKal (bertingkat). Menurut Max Weber, stratifikasi sosial adalah suatu penggolongan masyarakat dalam sistem sosial pada tingkatan menurut privilese (hak istimewa), prestise (kehormatan), dan kekuasaan.
Berdasarkan dua pendapat ahli di atas, statifikasi sosial atau juga biasa disebut dengan struktur sosial vertikal merupakan penggolongan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara berjenjang atau bertingkat.
Tingkatan-tingkatan tersebut pada umunya didasarkan pada kritreria kekayaan, kehormatan, kekuasaan, dan ilmu pengetahuan (jenjang pendidikan). Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
- Kekayaan
Individu atau kelompok yang bergelimang kekayaan menempati lapisan atau kelas sosial paling atas. Patokan kekayaan individu dapat diamati dari kepemilikan harta benda, penghasilan yang didapatkan, bentuk rumah, luas tanah, gaya hidup, dan cara berpakaian.
Contohnya pada masyarakat kapitalis yang terbagi menjadi dua kelas sosial, yaitu kelas borjuis sebagai pemilik modal mendiami tingkatan sosial teratas. Sementara itu, kelas proletar sebagai pekerja/buruh mendiami tingkatan sosial paling bawah.
- Kekuasaan
Individu atau kelompok dapat menduduki lapisan sosial teratas apabila memiliki kekuasaan atau wewenang yang besar dalam sebuah organisasi. Kekuasaan selalu identik dengan politik, sehingga individu memiliki status dan peran penting di dalamnya dapat menduduki strata paling atas.
Contoh stratifikasi sosial berdasarkan kekuasaan yaitu, Presiden, ketua DPR, Kapolri, pemimpin partai politik, pemimpin daerah, dan pemimpin organisasi besar.
- Kehormatan
Anggota masyarakat yang dianggap memiliki status sosial yang lebih terhormat, disegani, dan dihargai oleh masyarakat setempat menduduki lapisan sosial tertinggi dalam masyarakat.
Kehormatan dapat diperoleh melalui berbagai cara, misalnya keturunan, kelahiran, atau jasa yang telah dilakukan demi kepentingan bersama.
- Ilmu Pengetahuan
Kriteria ilmu pengetahuan merupakan salah satu kriteria atau dasar pelapisan masyarakat secara vertikal yang dinilai dari kepemilikan gelar akademik atau profesi yang digeluti. Jadi, bukan dinilai dari kualitas ilmu pengetahuan atau bidang studi yang dipelajari pada saat mengeyam pendidikan.
Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh individu atau kelompok, maka semakin tinggi pula posisi yang ditempatinya dalam lapisan sosial.
3. Diferensiasi Sosial
George Ritzer berpendapat bahwa diferensiasi sosial adalah proses penempatan individu ke dalam berbagai kategori yang berbeda dan mengacu pada kehidupan sosialnya.
Sementara itu, menurut Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial diartikan sebagai variasi pekerjaan dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat yang berkaitan dengan interaksi sosial.
Dengan demikian, diferensiasi sosial adalah penggolongan individu atau kelompok ke dalam struktur sosial yang bersifat horizontal. Artinya, penggolongan tersebut bersifat setara atau dengan kata lain tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah semuanya berada dikedudukan yang sama.
Beberapa contoh bentuk diferensiasi sosial antara lain, agama, ras, profesi, adat istiadat, dan gender. Berikut adalah penjelasannya.
- Diferensiasi Profesi
Bentuk diferensiasi sosial ini berhubungan dengan perbedaan mata pencarian yang dilakukan oleh anggota masyarakat.
Pekerjaan atau profesi dalam masyarakat memiliki jenis yang beranekaragam, seperti pedagang, peternak, petani, pegawai, buruh, nelayan, pejabat pemerintah dan pengusaha.
- Diferensiasi Gender
Diferensiasi gender merupakan bentuk penggolongan anggota masyarakat yang berlandaskan peran dalam lingkungan sosial dan budaya. Baik perempuan maupun laki-laki mempunyai kedudukan dan peran yang setara.
Selain itu, laki-laki dan perempuan juga memiliki kualifikasi, kemampuan, serta keahlian yang tidak dapat dibandingkan sehingga bersifat seimbang.
- Diferensiasi Agama
Diferensiasi agama dialami dalam masyarakat yang memiliki agama atau keyakinan yang berbeda. Setiap agama mengajarkan tentang kebaikan dan memberikan pedoman hidup kepada umatnya.
Oleh sebab itu, agama memiliki sifat setara atau sama. Dalam kehidupan masyarakat, setiap individu diharuskan untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
- Diferensiasi Budaya
Ciri budaya yaitu berdasarkan ciri budaya yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan hidup, tradisi, dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Contohnya seperti bahasa dan adat istiadat.
- Diferensiasi Ras
Bentuk diferensiasi ini didasarkan pada perbedaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh individu atau kelompok dalam masyarakat. Berbagai ciri fisik tersebut seperti warna kulit, bentuk tengkorak, hidung, dan rambut.