Daftar isi
Ketimpangan atau kesenjangan sosial merupakan salah satu contoh gejala sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Ketimpangan sosial dapat menyebabkan berbagai permasalah sosial, seperti meningkatnya angka kemiskinan, tindak kriminalitas semakin merajalela, timbulnya pemukiman kumuh (slum area), dan pengangguran.
Gejala sosial dapat diartikan sebagai sebuah fenomena atau kejadian yang menjadi faktor penyebab terjadinya masalah-masalah sosial di masyarakat. Aspek yang menimbulkan terjadinya gejala sosial yaitu adanya pengaruh dari pola perilaku dan tindakan individu atau kelompok.
Gejala sosial dapat muncul secara tiba-tiba, tidak direncanakan, dan terkadang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Salah satu faktor lahirnya berbagai gejala sosial yaitu akibat pengaruh perubahan sosial.
Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Kingsley Davis juga mengemukakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan yang mencakup semua bagiannya, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, ideologi, dan filsafat.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat didorong oleh berbagai faktor, seperti masyarakat memiliki sikap yang terbuka untuk menerima unsur budaya lain dan sistem pendidikan yang maju.
Berikut adalah delapan contoh gejala sosial yang timbul akibat pengaruh perubahan sosial.
1. Pergeseran Sosialisasi
Robert M. Z. Lawang mengartikan sosialisasi sebagai suatu proses belajar norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
Sementara itu menurut M. Sitorus, sosialisasi adalah proses individu mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat sesuai dengan nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu.
Salah satu bentuk sosialisasi yang berkembang dalam masyarakat yaitu sosialisasi primer. Bentuk sosialisasi ini dapat diartikan sebagai suatu proses belajar untuk menghayati pola perilaku, sistem nilai, serta norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses sosialisasi ini dilakukan oleh keluarga khususnya orang tua sebagai tempat pertama anak tumbuh dan mengenal berbagai kebiasaan, nilai, serta norma sosial.
Namun seiring dengan perkembangan masyarakat, sosialisasi primer mengalami pergeseran. Orang tua yang memiliki kewajiban untuk melakukan proses sosialisasi primer justru digantikan oleh pihak-pihak lain.
Banyak sekali aspek yang menjadi pemicu terjadinya hal tersebut, salah satu contohnya yaitu disebabkan oleh kesibukan kedua orang tua yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Oleh karena itu, pengasuhan diserahkan kepada pihak ketiga seperti nenek, kakek, asisten rumah tangga, pengasuh, atau tempat penitipan anak.
2. Konsumerisme
Konsumerisme merupakan suatu paham atau pandangan yang merujuk pada pola perilaku boros (konsumtif). Hal ini ditandai dengan membeli barang atau jasa secara berlebihan dan cenderung lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.
Perilaku konsumtif tidak luput dari pengaruh globalisasi dan gaya hidup kebarat-baratan (westernisasi). Selain itu, konsumerisme dalam masyarakat juga diakibatkan dari adanya trend gaya hidup yang sedang berkembang.
Konsumerisme merupakan sikap yang tidak baik, tetapi konsumerisme juga dapat membawa efek positif bagi kehidupan masyarakat. Misalnya, dengan adanya daya beli/konsumsi masyarakat yang semakin tinggi banyak perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri sehingga bisa menyerap tenaga kerja lokal.
3. Globalisasi
Definisi globalisasi menurut Anthony Giddens adalah suatu proses radikalisasi dan universalisasi nilai-nilai modernitas peradaban Barat ke seluruh penjuru dunia. Hal ini ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan terhadap hal yang sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi.
Globalisasi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif khususnya di bidang sosial budaya, seperti munculnya pandangan etnosentrisme. Pandangan ini tumbuh dan melekat pada diri individu atau kelompok dengan menilai kebudayaan kelompok lain tidak lebih baik daripada budaya sendiri.
Dampak negatif lainnya dari globalisasi yaitu terkikisnya nilai-nilai agama, berkurangnya penjiwaan terhadap kepercayaan, berkembangnya aliran sesat, dan sekularisasi agama. Seiring dengan berjalannya waktu, peran agama akan digantikan oleh lembaga-lembaga sosial yang dibentuk masyarakat dengan dalih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Hilangnya Rasa Nasionalisme
Secara sederhana, nasionalisme dapat diartikan sebagai pandangan cinta terhadap tanah air dan bangsa yang diwujudkan dalam pikiran, perilaku, dan tindakan.
Derasnya arus budaya asing yang masuk ke dalam negeri sebagai dampak adanya globalisasi dan perubahan sosial dapat menjadi penyebab lunturnya atau bahkan hilangnya rasa nasionalisme dalam diri individu.
Perkembangnya budaya populer juga dapat melunturkan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Generasi muda saat ini cenderung lebih menyukai budaya populer yang berasal dari luar negeri, seperti musik K-pop dan film Hollywood. Hal tersebut dapat menyebabkan budaya lokal semakin terpuruk dan terpinggirkan.
Upaya yang bisa dilakukan oleh semua pihak untuk mengatasi tantangan tersebut adalah menjaga, melestarikan, dan mengukuhkan eksistensi budaya lokal di era globalisasi. Pihak-pihak yang memiliki kewajiban melakukan upaya tersebut yaitu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan setiap warga negara.
5. Hedonisme
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hedonisme merupakan pandangan yang menganggap kesenangan atau kenikmatan materi merupakan tujuan utama dalam hidup.
Contoh hedonisme yaitu gemar berbelanja, judi, gemar minum minuman beralkohol, serta, mengoleksi barang-barang mewah seperti mobil, jam tangan, tas, sepatu, dan sebagainya.
Pandangan ini dapat membuat individu tidak taat terhadap nilai dan norma sosial, karena dianggap menjadi penghalang untuk memuaskan rasa senang. Hedonisme adalah sikap yang tidak baik dan sebaiknya dihindari oleh semua kalangan masyarakat.
Ciri-ciri individu yang terpengaruh paham hedonisme yakni sebagai berikut;
- Memiliki sifat egois, yaitu mengutamakan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya, khususnya orang yang membutuhkan.
- Selalu menganggap dirinya paling mengerti dan memiliki segalanya.
- Boros atau konsumtif, ditandai dengan membeli barang hanya berdasarkan keinginan semata bukan kebutuhan.
- Tidak mempunyai perencanaan atau tujuan hidup yang pasti dan hanya fokus menghabiskan uang.
6. Westernisasi
Westernisasi merupakan sikap meniru dan mengadaptasi unsur kebudayaan Barat, tanpa adanya seleksi atau penyaringan. Westernisasi dapat berdampak positif maupun negatif bagi kehidupan masyarakat.
Berikut adalah dampak negatif westernasasi bagi kehidupan masyarakat, yaitu:
- Menghargai orang lain hanya karena faktor ekonomi (kekayaan dan kemapanan).
- Timbul sikap sombong dalam diri individu.
- Memiliki pola kehidupan boros (konsumtif).
- Berkembangnya sifat individualisme dan materialistik.
- Timbul sikap hedonisme (mengutamakan kesenangan pribadi).
Sementara itu, dampak positif atau sikap-sikap orang Barat yang bisa terapkan yaitu, budaya tepat waktu, disiplin, pekerja keras, menghargai waktu, berorientasi terhadap masa depan, selalu berpikir optimis dan rasional, serta memiliki etos kerja tinggi.
7. Modernisasi
Soerjono Soekanto mendefinisikan modernisasi sebagai suatu bentuk dari perubahan sosial dan biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan.
Secara umum, karakteristik masyarakat modern adalah sebagai berikut:
- Memiliki pemikiran maju dan rasional.
- Terbuka terhadap berbagai perubahan baru.
- Memiliki sikap individualis yang tinggi.
- Memiliki keyakinan yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Dapat memahami masalah yang terjadi di sekitarnya.
- Terbuka terhadap berbagai kritikan yang bersifat membangun.
8. Dekadensi Moral
Apabila berbicara mengenai moral, maka berhubungan erat dengan sikap, perilaku, kepribadian, dan tindakan yang positif atau sesuai dengan nilai serta norma sosial yang ada dalam masyarakat.
Sementara itu, dekadensi dapat dimaknai sebagai kemerosotan atau kemunduran yang biasanya ditujukan untuk menyatakan moral, akhlak, sikap, seni, dan sastra.
Dengan demikian, dekadensi moral merupakan penurunan sikap dan perilaku dari mulanya baik/positif berubah menjadi buruk yakni menyimpang dari aturan yang berlaku.
Moral harus diajarkan kepada individu sejak usia kanak-kanak. Hal tersebut dilakukan agar anak mengetahui dan mengerti perilaku-perilaku apa saja yang boleh/tidak boleh dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, ketika dewasa anak tidak akan melakukan perilaku yang menyimpang dan selalu patuh terhadap norma sosial.
Contoh dekadensi moral yang saat ini marak terjadi adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang disebabkan oleh memudarnya rasa kasih sayang antaranggota keluarga.