Pencemaran Hutan: Ciri-Ciri, Dampak dan Contoh

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Pencemaran Hutan

Pencemaran hutan adalah proses perusakan hutan atau kegiatan yang berdampak pada keadaan hutan tidak lagi produktif dan menjadi kotor. Dampak pencemaran hutan tidak hanya dirasakan oleh makhluk hidup yang merasa terganggu namun juga dapat menyebabkan pencemaran udara dan pencemaran tanah.

Pencemaran hutan merupakan suatu keadaan dimana hutan menjadi rusak dan semakin berkurang luas area hutan karena pencemaran ekosistem hutan atau yang dapat disebut dengan deforestasi. Berdasarkan International Forestry Research mengenai penyebab perubahan hutan diantaranya:

  • Perladangan berpindah,
  • Perambahan hutan,
  • Transmigrasi,
  • Pertambangan,
  • Perkebunan,
  • Hutan tanaman,
  • Pembalakan, 
  • Industri perkayuan.

Penyebab lain yang dilakukan oleh kelompok profesional secara ilegal oleh oknum-oknum adalah pembukaan areal hutan yang dialihkan menjadi perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan pencemaran hutan. Perbuatan merusak hutan tersebut dapat disebut juga dengan illegal logging.

Hilangnya keseimbangan ekologis dan biodiversitas diakibatkan karena hutan yang memiliki keanekaragaman jenis pohon berubah menjadi tanaman monokultur. Selain tanaman, beberapa jenis fauna berpindah mencari habitat baru karena hutan tidak sesuai lagi sebagai habitat hidup.

Penggundulan hutan untuk pembukaan lahan perkebunan kepada sawit di area hutan menjadi salah satu pemicu terjadinya kebakaran hutan dan dampak negatif bagi lingkungan seperti emisi gas rumah kaca.

Hutan yang masih asri dan terjaga dengan baik memiliki pohon-pohon yang rimbun, ketika hujan datang maka hutan dapat menyerap air lalu disimpan dalam tanah melalui celah-celah akar. Kemudian, secara perlahan air tersebut akan dilepaskan melalui daerah aliran sungai.

Fluktuasi debit aliran air di sungai dikontrol oleh hutan, sehingga ketika musim hujan tiba maka air tidak akan meluap dan tidak kering ketika musim kemarau tiba. Dengan demikian, hujan juga memiliki fungsi sebagai pengatur hidro-orologis bagi seluruh makhluk hidup.

Banjir dan kekeringan merupakan suatu tanda pencemaran hutan dari peristiwa alam yang terjadi akibat ulah manusia yang suka menebang pohon pada daerah hulu sungai, selain itu juga ada pembukaan hutan atau penggundulan lahan yang dikonversi menjadi bentuk penggunaan lain.

Apabila fungsi hutan sebagai sistem hidro-orologis terganggu maka yang akan terjadi bencana alam seperti banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Pada musim hujan, air hujan tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah sehingga aliran permukaan menjadi besar.

Kemudian, apabila tanah tidak dapat menyerap dengan baik maka air hujan tersebut akan mengalir ke muara membawa berbagai sedimen atau partikel lain dari hasil erosi permukaan sehingga terjadi luapan banjir bandang yang mengancam keselamatan seluruh makhluk hidup.

Ciri – Ciri Pencemaran Hutan

Berikut beberapa ciri yang dapat diamati untuk mengetahui bahwa telah terjadi pencemaran hutan.

1. Kekeringan

Bermula dari tanah yang tidak dapat menyerap air karena tidak ditumbuhi pepohonan maka tanah tersebut akan menjadi kering dan tidak menyimpan kandungan mineral sehingga akan berdampak pada kekeringan yang berkepanjangan.

2. Tidak adanya pohon

Hutan yang tidak memiliki pohon akibat dari penggundulan lahan ataupun kebakaran hutan akan menyebabkan tanah tidak dapat menyerap air dengan baik sehingga akan menyebabkan air mengalir menuju muara dengan membawa partikel sehingga menimbulkan beberapa bencana lain seperti banjir dan longsor.

3. Udara menjadi tidak segar

Hutan yang terjaga dapat mengurangi jumlah karbondioksida yang ada di udara sehingga udara menjadi lebih sehat dan memberikan kesegaran. Namun, apabila hutan mengalami pencemaran maka yang akan terjadi adalah jumlah karbondioksida yang dilepaskan ke udara menjadi semakin besar.

Karbondioksida yang terus meningkat di udara maka akan menyebabkan pencemaran udara dan meningkatkan efek gas rumah kaca. Hal ini akan berdampak pula pada pertukaran uap air dan karbondioksida yang terjadi di atmosfer yang akan menyebabkan perubahan iklim di suatu wilayah.

4. Hutan tidak berfungsi dengan semestinya

Hutan yang masih terjaga dengan baik dapat mengendalikan fluktuasi debit air pada sungai sehingga pada saat musim kemarau tidak kering dan ketika musim hujan tidak meluap. Oleh karena itu hutan berfungsi sebagai hidro-orologis bagi keberlangsungan kehidupan semua makhluk hidup.

Apabila hutan tidak berfungsi dengan semestinya maka yang akan terjadi adalah bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan dampak negatif lainnya. Pencemaran hutan dapat disebabkan oleh ulah manusia yang suka menebang pohon yang dilakukan dengan berbagai cara agar membuka lahan untuk dikonversi dalam penggunaan lain.

Dampak Pencemaran Hutan

Pencemaran hutan dapat mengakibatkan berbagai bencana yang merugikan dan mengancam keselamatan bagi makhluk hidup. Berikut beberapa dampak dari pencemaran hutan:

1. Penurunan Kualitas Hidup

Pencemaran hutan mengakibatkan bencana alam salah satunya erosi tanah. Partikel-partikel yang ada dalam tanah mengandung zat-zat yang berbahaya contohnya pupuk organik mencemari danau, sungai, dan sumber mata air lainnya. 

Apabila sumber mata air tercemar maka akan mengakibatkan penurunan kualitas air yang ada di sekitar daerah tersebut maupun distribusinya. Kemudian hal tersebut berujung pada penurunan tingkat kesehatan apabila dikonsumsi secara terus-menerus oleh manusia.

2. Kerugian Ekonomi

Sejak zaman dahulu, hutan menjadi sumber kekayaan alam yang dapat memenuhi segala kebutuhan manusia bahkan hingga saat ini masih banyak masyarakat yang menggantungkan hidup mereka pada hasil hutan.

Pencemaran hutan akan mengakibatkan tanah menjadi tandus sehingga akan menjadi sulit digunakan untuk berkebun, apabila petani tidak dapat berkebun maka sumber penghasilan mereka juga akan menghilang. 

Kerugian lain akibat dari bencana alam adalah kerugian ekonomi baik secara material maupun non material. Bukan hanya petani yang terkena akibat dari bencana alam, melainkan banyak orang yang akan kehilangan tempat tinggal, anggota keluarga, sumber penghasilan, dan lain-lain. 

3. Abrasi Pantai

Pencemaran hutan tidak hanya terjadi di kawasan hutans pedalaman atau hutan tropis saja melainkan juga dilakukan di kawasan hutan mangrove. Hutan mangrove berfungsi untuk melindungi pantai dari terjangan gelombang dan badai yang ada di pesisir pantai.

Jika hutan mangrove rusak atau tidak dijaga dengan baik maka akan mengakibatkan terjadinya abrasi pantai. Bencana ini dapat membahayakan keberadaan nelayan dan masyarakat yang tinggal di dekat pesisir pantai.

4. Ekosistem Darat dan Laut Menjadi Rusak

Hutan menjadi habitat bagi hewan dan tumbuhan. Apabila terjadi pencemaran hutan maka akan menjadi kepunahan bagi hewan dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Salah satunya seperti laut yang mengalami pencemaran akibat erosi yang mengandung partikel asing dalam tanah.

Kemudian partikel yang terbawa tersebut akan mengalami pengendapan di dalam laut yang dapat berdampak pada pencemaran ekosistem seperti ikan dan terumbu karang.

5. Kekeringan

Pencemaran tanah ditandai dengan hilangnya daya serap tanah. Apabila tanah tidak dapat menyerap air dengan baik maka akan terjadi pada musim kemarau, tanah tidak memiliki cadangan air yang seharusnya dapat digunakan pada saat musim kemarau dan menyebabkan kekeringan berlanjut.

6. Perubahan Iklim

Hutan menjadi produsen gas terbesar yang dapat menghasilkan gas oksigen di atmosfer. Hutan juga dapat membantu menyerap efek rumah kaca yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, hutan sering disebut sebagai paru-paru bumi.

Jika terjadi pencemaran hutan maka akan semakin besar karbon dioksida yang dilepaskan ke udara. Karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang berbahaya bagi kesehatan udara. Selain itu, pertukaran uap air dan karbondioksida dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi lapisan atmosfer yang akan berefek pada iklim.

Contoh Pencemaran Hutan

Menurut hasil perkiraan World Bank, laju pencemaran hutan atau deforestasi di Indonesia antara 700.000 hingga 1.200.00 ha per tahun. Sedangkan berdasarkan hasil data dari Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa deforestasi dapat mencapai 1.315.00 ha per tahun.

Berdasarkan Lembaga Swadaya Masyarakat peduli lingkungan mengungkapkan bahwa pencemaran hutan dapat mencapai 1.600.000 hingga 2.000.000 ha per tahun. Data yang lebih tinggi juga ditunjukan oleh Greenpeace bahwa pencemaran hutan di Indonesia dapat mencapai 3.800.000 ha per tahun yang sebagian besar diakibatkan oleh penebangan liar.

Masalah penebangan liar atau dapat juga disebut dengan illegal logging hingga kini masih banyak terjadi dan memiliki dampak domino lainnya. Kesadaran masyarakat yang kurang dan pemerintah yang kurang tegas dalam menghadapi illegal logging menjadi bagian dari penyebab pencemaran hutan.

Illegal logging dapat dipahami sebagai rangkaian aktivitas yang meliputi penebangan, pengangkutan, pengolahan hingga transaksi penjualan dan pembelian kayu secara ilegal. Kerugian yang diakibatkan dari penebangan liar bukan hanya berdampak pada bidang ekonomi saja, melainkan juga mencakup bidang sosial, budaya, politik, dan lain sebagainya.

Cara Mencegah Pencemaran Hutan

Eksistensi hutan menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan hidup bumi dan seluruh isinya. Hutan dapat mencegah terjadinya bencana alam seperti perubahan iklim, menyerap karbondioksida dan sebagai paru-paru dunia. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari pencemaran hutan.

1. Berpartisipasi dalam gerakan penghijauan hutan

Ikut berpartisipasi dalam gerakan penghijauan hutan seperti penanaman pohon merupakan salah satu cara yang mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun untuk mencegah pencemaran hutan. Bagi yang berminat maka dapat menghubungi suatu komunitas atau organisasi yang memiliki gerakan konservasi hutan.

2. Mengurangi penggunaan minyak sawit

Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali ditemui berbagai macam produk yang terbuat dari minyak kelapa sawit mulai dari produk makanan hingga kosmetik. Meskipun banyak kegunaannya namun produksi minyak sawit juga dapat sangat merusak lingkungan.

Minyak sawit bukan hanya akan menyebabkan pencemaran hutan, namun juga memiliki dampak negatif yang dapat berkontribusi terhadap gas rumah kaca. Oleh karena itu pilihan untuk mengurangi penggunaan minyak sawit dalam kehidupan keseharian menjadi bijak untuk menjaga hutan tetap lestari.

3. Mengurangi penggunaan produk hewani

Cara untuk mencegah pencemaran hutan selanjutnya adalah dengan mengurangi konsumsi produk hewani dan beralih untuk mengkonsumsi produk nabati. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa mengurangi konsumsi hewani dapat mengurangi angka deforestasi hingga 14%.

4. Menggunakan produk daur ulang

Hal mudah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran hutan adalah beralih menggunakan produk daur ulang. Produk daur ulang hanya memerlukan sedikit atau tanpa bahan mentah untuk diproduksi.

Sehingga lebih banyak pohon yang diperlukan untuk melakukan proses produksinya. Apabila konsumen terus membeli produk baru maka sumber daya alam semakin lama akan semakin berkurang hingga dapat habis.

5. Mengurangi penggunaan kertas

Pembuatan kertas maupun tisu berasal dari serat kayu yang artinya diperlukan banyak pohon untuk memproduksinya. Apabila membutuhkan banyak pohon maka dapat merusak hutan secara besar-besaran. Oleh karena itu mengurangi penggunaan kertas harus dilakukan untuk mencegah pencemaran hutan lebih lanjut.

fbWhatsappTwitterLinkedIn