Resesi Ekonomi: Pengertian, Penyebab dan Dampak

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dalam mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara, tentu yang menjadi acuan atau indikator utama adalah seberapa besar pertumbuhan ekonominya.

Sementara itu, tinggi-rendahnya pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari seberapa besar nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang ada di negara tersebut.

Jika PDB-nya rendah dan terus mengalami penurunan selama berbulan-bulan, maka hal tersebut dapat memicu terjadinya resesi ekonomi. Apa itu resesi ekonomi?

Pengertian Resesi Ekonomi

Resesi atau kemerosotan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan roda perekonomian karena melemahnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB) selama enam bulan berturut-turut di 1 tahun yang sama.

Resesi ditandai dengan adanya penurunan kegiatan ekonomi secara signifikan yang berlangsung dalam beberapa bulan. Resesi ekonomi juga dapat diartikan sebagai perlambatan atau kontraksi besar dalam kegiatan ekonomi.

Resesi ditandai dengan nilai pertumbuhan ekonomi yang mencapai 0% bahkan bisa mencapai minus dalam kondisi terburuknya. Kondisi ini tentu dapat membuat sistem ekonomi terganggu dan kelangsungan hidup masyarakat terancam.

Resesi dapat ditandai dengan tingginya angka pengangguran, penuruan penjualan ritel, dan adanya kontraksi di pendapatan manufaktur dalam waktu yang lama.

Ciri-Ciri Resesi Ekonomi

Musibah ekonomi ini tentu memiliki karakteristik tertentu, berikut ciri-cirinya:

  1. Produk Domestik Bruto (PDB) terus mengalami penurunan.
  2. Pendapatan riil masyarakat semakin berkurang.
  3. Penurunan penjualan dan produksi manufaktur, barang-barang banyak yang tidak laku terjual dan menumpuk di pabrik.
  4. Tingkat pengangguran semakin tinggi, sementara lapangan kerja semakin sedikit.
  5. Daya beli atau konsumsi masyarakat rendah.
  6. Pertumbuhan ekonomi kian merosot selama dua kuartal berturut-turut.

Penyebab Resesi Ekonomi

Penurunan kondisi ekonomi dan PDB ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:

1. Inflasi

Inflasi adalah kondisi dim mana harga barang mengalami kenaikan secara terus menerus. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang buruk, namun jika kenaikan harga ini terjadi secara berlebihan atau signifikan, maka tentunya akan berdampak bagi masyarakat dan menimbulkan resesi.

Jika harga barang kebutuhan masyarakat terus melambung tinggi hingga tahap masyarakat tidak mampu melakukan kegiatan konsumsi dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka hal ini dapat menjadi bencana bagi negara.

2. Deflasi

Keterbalikan dari inflasi, deflasi adalah kondisi di mana harga barang terus mengalami penurunan secara signifikan. Hal ini akan menimbulkan dampak yang serupa, karena jika harga produksi turun, maka upah juga ikut turun dan menekan kestabilan harga pasar.

Deflasi lebih berdampak pada pemilik usaha. Jika kondisi ini terus terjadi, maka tentu akan banyak perusahaan yang tak sanggup melanjutkan bisnisnya dan berujung pada kebangkrutan. Hal ini terntu akan berdampak pada rusaknya sistem ekonomi.

3. Gelembung Aset

Gelembung aset adalah situasi yang dampaknya bisa besar sekali. Kondisi ini terjadi karena ada banyak investor yang berlomba-lomba membeli saham ketika nilainya sedang tinggi, dan berlomba menjualnya ketika ekonomi sedang berantakan.

Sebutan lain dari situasi ini adalah kegembiraan irasional. Rasa senang ini didapat ketika para investor membuat keputusan untuk membeli saham dan real estate ketika ekonomi sedang baik. Kesenangan itu yang menggembungkan pasar saham dan aset hunian.

Hingga pada akhirnya gelembung itu pecah karena ekonomi sedang berada di bawah, maka mereka akan menghancurkan pasar dengan menjual semua aset yang dipunya. Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya resesi.

4. Guncangan Ekonomi

Kondisi ini bisa berupa banyak hal. Mulai dari tumpukan hutang individu, hingga perusahaan. Semakin banyak hutang yang dimiliki, maka biaya pelunasannya juga akan semakin tinggi. Bahkan, hal ini bisa sampai ke keadaan di mana si pemilik hutang tidak dapat melunasi hutangnya.

Guncangan ekonomi juga dapat terjadi karena bencana alam, ketidakstabilan politik dan sosial, terorisme, perang, atau di masa pandemi seperti yang terjadi sejak 2020 hingga saat ini.

5. Suku Bunga yang Tinggi

Suku bunga yang tinggi juga dapat menyebabkan masalah ekonomi yang berkepanjangan. Nominal yang tinggi memang dapat melindungi nilai mata uang, namun hal ini juga bisa membebani debitur dan menyebabkan kredit tersendat. Jika masalah ini terjadi terus menerus, tak heran jika banyak perbankan tutup dan kolaps.

6. Kehilangan Kepercayaan Investor

Dalam perkembangan ekonomi, investasi merupakan kunci utamanya. Maka dari itu, perlu adanya iklim yang kondusif dan aman agar investor tertarik dan percaya untuk menggelontorkan uangnya.

Jika banyak investor kehilangan kepercayaan dan menarik investasinya, maka ekonomi akan lemah, produksi menurun, pengangguran meningkat dan pastinya negara akan mengalami resesi ekonomi.

7. Lebih Besar Impor daripada Ekspor

Ketika negara lebih banyak mendatangkan kebutuhan pokoknya dari luar negeri dan tidak diimbangi dengan penjualan produk dalam negeri ke luar, maka hal ini akan memicu terjadinya resesi.

Sudah jelas, pengeluaran untuk mendapatkan barang impor lebih besar daripada pendapatan dari penjualan produk lokal ke luar. Hal ini tentu akan menyebabkan defisitnya anggaran negara.

Dampak Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi tentu akan memberi dampak yang besar bagi semuanya. Setidaknya dampak ini akan dikelompokkan menjadi 3 kalangan, yaitu:

1. Pemerintah

Resesi ekonomi dapat menyebabkan berkurangnya anggaran negara yang berasal dari pajak dan non pajak. Hal tersebut dikarenakan penghasilan masyarakat dan harga properti mengalami penurunan.

Tak hanya itu, resesi juga menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi. Pemerintah tentu harus mencari cara agar dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi yang membutuhkan.

Tak heran, kondisi ini dapat membuat negara mengajukan pinjaman ke bank luar negeri dan membuat jumlah hutang negara menjadi bertambah.

2. Perusahaan

Resesi merupakan salah satu aspek yang dapat menyebabkan kebangkrutan bisnis. Ketika perusahaan tidak kuat menghadapi kerugian dan masalah-masalah ekonomi yang melanda pasar, maka jalan keluarnya ialah gulung tikar.

Tentu, itu bukan jalan keluar yang bagus. Karena hal ini menyebabkan terjadinya PHK besar-besaran yang berujung pada rendahnya aktivitas ekonomi di masyarakat karena kemiskinan.

3. Pekerja

Kalangan ini terkena dampak paling buruk jika terjadi resesi. Pekerja akan terancam kehilangan pekerjaan dan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika pendapatan mereka nihil karena PHK, maka dampaknya tak lagi hanya pada ekonomi, tetapi juga merembet ke masalah sosial dan sebagainya.

Contoh Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi pernah terjadi di Indonesia pada baru-baru ini. Hal tersebut terjadi karena pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan negara-negara dunia pada awal 2020 lalu.

Virus corona yang masuk ke Indonesia pada Maret 2020 lalu, menyebabkan pemerintah harus membuat kebijakan lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), untuk mengurangi mobilitas warga dan meminimalisir tingginya angka terinfeksi covid di Indonesia.

Resesi ini ditandai dengan jumlah pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada kuartal I dan kuartal II di tahun 2020 mencapai minus 3,1%.

Pemberlakuan kebijakan ini juga menyebabkan banyak perusahaan mengalami kerugian dan gulung tikar, melemahnya aktivitas ekonomi di masyarakat dan banyaknya pekerja yang dirumahkan atau mengalami pengangguran.

Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi

Selain resesi ekonomi yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, ada pula istilah depresi ekonomi. Berikut perbedaannya:

  • Skala. Terjadinya resesi biasanya terbatas pada 1 negara, sementara depresi ekonomi dampaknya hingga ekonomi global. Depresi ekonomi adalah kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dan dampaknya lebih buruk dari resesi.
  • Level PDB. Level yang menandai terjadinya resesi adalah PDB-nya turun di kisaran minus 0,3-5,1%. Sementara depresi, PDB-nya berada di minus 14,7%-38,1%.

Jangka Waktu. Suatu negara dianggap mengalami resesi ketika ekonominya memburuk selama 6 bulan hingga 18 bulan berturut-turut. Pada depresi, efeknya jauh lebih parah dan lama. Anjloknya kondisi ekonomi pada depresi ekonomi dapat berlangsung hingga lebih dari 18 bulan lamanya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn