Sistem Saraf Otonom : Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Anatomi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Saraf adalah komponen penting dalam sistem saraf makhluk hidup yang bertanggung jawab untuk mentransmisikan sinyal-sinyal elektrokimia antara berbagai bagian tubuh. Prinsip kerja saraf ini sangat bervariasi di antara berbagai jenis makhluk hidup, tetapi fungsinya tetap terkait dengan pengaturan respons terhadap lingkungan dan pemeliharaan keseimbangan internal tubuh.

Saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf yang mengatur fungsi-fungsi tubuh otomatis, seperti denyut jantung, pernapasan, dan pencernaan. Saraf otonom terdiri dari dua bagian utama yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis, yang bekerja secara bersinergi untuk menjaga homeostasis dalam tubuh.

Fungsi Saraf Otonom

Berikut merupakan fungsi-fungsi dari saraf otonom.

Mengontrol kecepatan dan irama denyut jantung

Saraf otonom, khususnya saraf simpatis dan parasimpatis, berperan dalam mengontrol kecepatan dan irama denyut jantung. Saat seseorang mengalami stres atau situasi yang memerlukan respons cepat, saraf simpatis akan aktif.

Hal itu menyebabkan pelepasan hormon seperti epinefrin (adrenalin) yang memicu peningkatan denyut jantung dan kontraksi yang lebih kuat, sehingga memberikan tubuh energi tambahan dan mempersiapkan untuk bertindak dengan cepat, menghasilkan apa yang sering disebut sebagai respons fight or flight.

Kemudian, saraf parasimpatis akan aktif ketika tubuh dalam keadaan rileks atau istirahat. Saraf parasimpatis merangsang pelepasan hormon seperti asetilkolin, yang memperlambat denyut jantung dan mengurangi kekuatan kontraksi. Hal tersebut yang memungkinkan tubuh untuk beristirahat, pulih, dan melakukan fungsi-fungsi dasar seperti pencernaan dengan lebih efisien.

Mengatur pola pernapasan dan volume udara yang dihirup dan dikeluarkan

Fungsi dari saraf otonom, terutama cabang parasimpatis, memainkan peran penting dalam mengatur pola pernapasan dan volume udara yang dihirup dan dikeluarkan. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi otot-otot pernapasan, seperti diafragma.

Kemudian menyebabkan pernapasan menjadi lebih lambat, dalam, dan terkontrol. Hal ini berkontribusi pada perasaan rileks dan tenang serta mendukung pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang efisien. Keseimbangan antara simpatis dan parasimpatis memastikan respons yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada waktu tertentu.

Membantu mengatur aktivitas pencernaan, termasuk gerakan usus dan produksi enzim

Cara saraf otonom berkontribusi dalam mengatur pencernaan melalui saraf parasimpatis. Saraf parasimpatis merangsang kelenjar pencernaan, termasuk kelenjar ludah dan kelenjar lambung, untuk menghasilkan enzim dan cairan pencernaan.

Enzim-enzim tersebut yang membantu menguraikan makanan menjadi molekul yang lebih kecil. Selain itu saraf otonom juga mengatur aliran darah ke organ-organ pencernaan serta meningkatkan aliran darah yang dapat mendukung kebutuhan oksigen dan nutrisi selama proses pencernaan. Saraf otonom bekerja sama untuk memastikan fungsi pencernaan dengan baik.

Mengatur tekanan darah melalui pengaruh pada pembuluh darah

Saraf otonom berperan dalam mengatur tekanan darah melalui pengaruh pada pembuluh darah. Kedua cabang utama saraf otonom yaitu simpatis dan parasimpatis memiliki peran dalam mengendalikan tekanan darah.

Saat aktivitas simpatis meningkat, neurotransmiter seperti norepinefrin dilepaskan, kemudian merangsang reseptor adrenergik pada dinding pembuluh darah arteri. Stimulasi tersebut menyebabkan kontraksi otot polos di dinding pembuluh darah arteri, yang disebut vasokonstriksi.

Kemudian vasokonstriksi meningkatkan pembuluh darah, yang pada gilirannya meningkatkan tekanan darah. Sedangkan, ketika peran saraf parasimpatis meningkat, neurotransmiter seperti asetilkolin dilepaskan. Asetilkolin merangsang reseptor kolinergik pada dinding pembuluh darah arteri.

Hal itu menyebabkan relaksasi otot polos di dinding pembuluh darah arteri, yang disebut vasodilatasi. Vasodilatasi tersebut yang mengurangi pembuluh darah, sehingga menurunkan tekanan darah. Keseimbangan antara kinerja saraf simpatis dan parasimpatis sangat penting untuk menjaga tekanan darah dalam kisaran yang normal.

Sistem saraf otonom bekerja dinamis sesuai dengan kebutuhan tubuh dan kondisi lingkungan untuk menjaga homeostasis.

Memberikan respon terhadap stres

Salah satu fungsi utama dari sistem saraf otonom adalah memberikan respons terhadap stres. Saat menghadapi stres atau ancaman. Saraf simpatis merangsang peningkatan denyut jantung untuk memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh, meningkatkan ketersediaan oksigen dan energi serta saeaf tersebut kemudian mempengaruhi pernapasan, membuatnya lebih cepat dan dalam, memastikan pasokan oksigen yang cukup ke darah.

Selain itu, saraf simpatis merangsang pelepasan glukosa dari hati untuk memberikan tambahan energi bagi tubuh dalam menghadapi stres. Saraf-saraf tersebut bersama-sama membentuk respons tubuh yang cepat dan efisien terhadap stres atau ancaman. Setelah situasi stres berlalu, sistem parasimpatis berperan atau yang mengambil alih untuk merestorasi tubuh ke keadaan rileks dan pulih.

Jenis Saraf Otonom

Jenis saraf otonom dibagi kedalam dua kategori yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis.

Saraf Simpatis

Saraf simpatis merupakan salah satu dari dua cabang utama sistem saraf otonom, yang mengontrol fungsi-fungsi tubuh otomatis tanpa memerlukan kesadaran sadar. Saraf simpatis aktif dalam situasi stres atau darurat, memobilisasi tubuh untuk respons dengan cepat.

Fungsi utamanya adalah mempersiapkan tubuh untuk bertindak cepat dan efisien dalam menghadapi situasi yang menantang. Saraf simpatis memiliki beberapa efek fisiologis, termasuk peningkatan denyut jantung, pernapasan yang lebih cepat dan dalam, pelebaran pupil mata, dan vasokonstriksi, yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah untuk meningkatkan tekanan darah.

Selain itu, saraf simpatis merangsang produksi hormon stres seperti epinefrin dan norepinefrin, yang membantu mempercepat respons tubuh terhadap ancaman. Dengan kata lain, saraf simpatis berperan dalam mempersiapkan tubuh untuk beradaptasi dan merespons situasi stres atau darurat dengan meningkatkan kewaspadaan dan energi tubuh.

Saraf Parasimpatis

Saraf parasimpatis adalah sistem saraf yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh otomatis tanpa memerlukan kesadaran sadar. Saraf parasimpatis akan aktif saat tubuh dalam keadaan rileks dan istirahat, serta mengelola fungsi-fungsi yang mendukung pemulihan dan pencernaan makanan.

Fungsi utama saraf parasimpatis melibatkan respons rest and digest atau istirahat dan pencernaan. Ketika saraf parasimpatis aktif, akan terjadi penurunan denyut jantung, pernapasan menjadi lebih lambat dan dalam, pupil mata menyempit, dan fungsi pencernaan meningkat.

Saraf parasimpatis memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan tubuh seperti istirahat, pemulihan, dan pencernaan makanan. Dengan kata lain, saraf parasimpatis berfungsi sebagai sistem rem untuk merilekskan tubuh dan memulihkannya setelah situasi stres atau aktivitas yang intens.

Selain itu beroperasi bersama dengan saraf simpatis untuk menjaga homeostasis dan menyesuaikan tubuh dalam berbagai kondisi.

Anatomi dari Saraf Otonom

Anatomi dari sistem saraf otonom melibatkan beberapa komponen utama, termasuk saraf-saraf dan organ-organ tubuh. Berikut adalah gambaran umum anatomi saraf otonom.

Saraf Pusat

  • Otak

Otak memiliki peran penting dalam mengatur sistem saraf otonom, terutama dalam mengkoordinasikan aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis. Melalui koordinasi tersebut, otak membantu mengatur keseimbangan antara aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis, memastikan adaptasi tubuh yang sesuai dengan berbagai kondisi dan kebutuhan.

Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat pengaturan utama dalam sistem saraf otonom, membantu menghasilkan respons otomatis tubuh dan memastikan adaptasi yang sesuai terhadap perubahan dalam kondisi tubuh atau lingkungan.

Saraf Perifer

  • Saraf Simpatis

Peran saraf simpatis ini membantu tubuh untuk bertindak dalam kondisi stres atau darurat, memungkinkan tubuh merespons dengan cepat dan efisien terhadap ancaman atau situasi yang menantang.

  • Saraf Parasimpatis

Saraf parasimpatis membantu memelihara homeostasis tubuh, mendukung fungsi-fungsi tubuh selama istirahat, dan membantu proses pemulihan tubuh setelah aktivitas atau stres.

Ganglion

Kumpulan sel saraf di luar sistem saraf pusat yang menjadi pusat komunikasi antara saraf pusat dan saraf perifer. Dalam saraf otonom, ganglion dapat menjadi ganglion simpatis atau parasimpatis.

Neuron

Neuron merupakan sel saraf yang membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian lainnya. Dalam saraf otonom, terdapat neuron preganglion yang keluar dari saraf pusat dan neuron postganglion yang terhubung dengan organ yang dituju.

Organ Tubuh

Berbagai organ dan jaringan dalam tubuh yang menerima sinyal dari saraf otonom dan meresponsnya. Contohnya, jantung, pembuluh darah, paru-paru, dan organ pencernaan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn