Daftar isi
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang namanya harum dalam sejarah mengenai Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
Peninggalan Kerajaan Majapahit dikenal sangat banyak dan beragam, dari mulai candi, prasasti, kitab-kitab dan warisan sejarah lainnya.
Peninggalan Kerajaan Majapahit tersebar di berbagai wilayah di nusantara, menandakan bahwa kerajaan ini pernah melalui masa kejayaan pada masanya.
berikut adalah 38 Peninggalan Kerajaan Majapahit dari mulai candi, prasasti, karya sastra, hingga warisan sejarah lainnya.
Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan saat dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk. Kerajaan ini menjadi kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Nusantara.
Situs Trowulan adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang terletak di kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Situs ini sudah dikenal sebagai salah satu situs bersejarah pada masa klasik di Indonesia yang memiliki banyak peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit.
Situs Trowulan diduga bukan hanya terdiri dari sebuah rumah tinggal, namun ada situs seperti waduk, sawah, dan tempat untuk pelaksanaan sebuah upacara.
Candi Bajang Ratu juga dikenal sebagai salah satu warisan budaya dan sejarah dari Kerajaan Majapahit.
Candi Bajang Ratu kerap kali disebut dengan nama Gapura Bajang Ratu karena berbentuk seperti gapura kerajaan.
Gapura ini dikenal sebagai gapura terbesar yang dimiliki oleh Kerajaan Majapahit yang difungsikan sebagai pintu masuk menuju sebuah bangunan suci.
Peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya adalah Candi Wringin Lawang, atau juga kerap kali dinamai Gapura Wringin Lawang.
Menurut dugaan dan penelitian Candi Wringin Lawang difungsikan sebagai pintu gerbang menuju kediaman Mahapatih Gajah Mada.
Candi setinggi 15,5 meter ini ada di sebuah desa di Mojokerto, atau lebih tepatnya di Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto.
Candi Brahu adalah sebuah peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto.
Candi ini diduga merupakan tempat yang difungsikan sebagai pembakaran jenazah dari raja-raja Majapahit pada masanya.
Salah satu candi peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Candi Pari yang lokasinya terletak di di Desa Candi Pari, Porong, Sidoarjo.
Bangunan candi yang bentuknya seperti susunan batu bata segi empat yang mirip dengan Pura di bali ini merupakan sebuah bangunan yang dibuat pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
Candi Penataran merupakan candi yang dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri pada tahun 1200 Masehi.
Pembangunan candi Penataran diperkirakan baru selesai pada tahun 1415, yaitu pada masa pemerintahan Wikramawardhana dari Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit juga memiliki candi peninggalan yang terletak di di Desa Jabung, Paiton, Probolinggo yang dinamakan Candi Jabung.
Struktur dan bentuk bangunan dari Candi Jabung dibilang sangat mirip dengan sebuah candi di Sumatera Utara, yaitu Candi Bahal yang merupakan sebuah peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
Peninggalan Kerajaan Majapahit juga tersebar di wilayah Jawa Tengah, salah satunya adalah Candi Sukuh yang terletak di di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar.
Candi Sukuh memiliki keunikan dalam bentuk dan struktur bangunan, jika dibandingakan dengan candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya.
Candi Wringing Branjang adalah peninggalan Kerajaan Majapahit yang ada di wilayah Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Candi ini merupakan sebuah bangunan yang diduga dipakai sebagai tempat penyimpanan alat-alat upacara Kerajaan Majapahit.
Salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit adalah Candi Minak Jinggo yang memiliki setidaknya 64 panil relief.
Relief yang menghiasi Candi Minak Jinggo mengisahkan tentang kehidupan masyarakat pada zaman dahulu dan cerita tentang fabel yang memiliki judul Tantri Kamandaka dan Panji Kuda Semirang.
Salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Candi Rimbi, candi ini kerap kali juga disebut dengan nama Candi Ngrimbi.
Candi ini memiliki keunikan karena mempunyai banyak relief yang jika dihitung bisa mencapai 51 panil yang dibuat dengan dua macam bingkai yang dipahat secara selang seling.
Candi Kedaton adalah sebuah candi yang menjadi saksi keberadaan Kerajaan Pandanlaras yang merupakan kerajaan bawahan Majapahit.
Candi yang bangunannya terbuat dari batu andesit ini terletak di wilayah Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Salah satu candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang namanya sering didengar orang adalah Candi Cetho.
Candi yang bercorak Hindu ini berada dalam wilayah administrasi dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar.
Candi ini diperkirakan dibuat pada sekitar abad ke-15 yang merupakan masa-masa keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Candi Surawana merupakan candi yang memiliki corak bangunan yang menandakan candi-candi hinduistik.
Nama Candi Surawana tercatat dalam kitab Negarakertagama dengan nama Wishnubhawanapura, candi ini juga menceritakan kunjungan Raja Hayam Wuruk pada tahun 1361.
Candi Tikus adalah salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit yang berada di titik lokasi dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Nama candi ini dipakai karena pada saat penemuannya bangunan ini merupakan sebuah sarang tikus sebelum pada akhirnya ditemukan bukti sejarah yang sangat berarti.
Candi Sumberjati merupakan satu dari sekian banyak candi yang menjadi saksi sejarah keberadaan Kerajaan Majapahit.
Candi yang diteliti pada tahun 1866 oleh J.E. Teijsmann dan .F.K. Boscj. P.J. Perquin ini juga kerap kali dijuluki sebagai Candi Simping.
Selain candi, Kerajaan Majapahit juga memiliki peninggalan sejarah berupa prasasti. Salah satu yang paling dikenal adalah Prasasti Kudadu. Prasasti ini memiliki angka tahun 1294 Masehi
Prasasti ini mengisahkan tentang cerita Raden Wijaya yang ditolong oleh Rama Kudadu saat melakukan pelarian dari ancaman Jayakatwang.
Prasasti Sukamerta adalah salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit yang menceritakan tentang seorang Raden Wijaya yang memiliki empat istri yang semuanya putri Kartanegara.
Prasasti ini juga mengisahkan tentang penobatan Jayanegara, yaitu seorang anak dari Raden Wijaya yang memimpin Kerajaan Kediri pada tahun 1295 Masehi.
Prasasti Prapancasapura memiliki angka tahun 1320 Masehi, prasasti ini dibuat oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi.
Prasasti ini berkisah tentang putranya, Hayam Wuruk yang sering kali disebut dengan nama Kummaraha Jiwana.
Prasasti Waringin Pitu adalah sebuah prasasti yang dibuat pada sekitar tahun 1477 Masehi, prasasti ini menceritakan tentang aturan administrasi yang ada di Kerajaan Majapahit.
Pada masa dibuatnya Prasasti Waringin Pitu, Kerajaan Majapahit memiliki hingga 14 kerajaan bawahan yang berpusat pada satu kepemimpinan.
Prasasti Wurare adalah salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit yang cukup dikenal luas namanya.
Prasasti ini menggunakan Bahasa Sansekerta dan bertarikh pada 1211 Saka atau 21 November 1289.
Prasasti Wurare dibuat untuk menghormati dan perlambang Raja Kertanegara yang berasal dari Kerajaan Singasari.
Prasasti Balawi adalah sebuah prasasti yang diterbitkan secara pribadi oleh Raden Wijaya.
Prasasti yang dibuat pada tahun 1305 Masehi ini ditemukan di Desa Balawi, Lamongan, Jawa Timur.
Prasasti Parung merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang tertulis angka tahun 1350 Masehi.
Prasasti memberikan petuah tentang bagaimana seseorang harus melakukan sebuah pertimbangan saat mengambil keputusan.
Prasasti Biluluk adalah prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit yang berangka tahun 1366 Masehi.
Prasasti ini berisi tentang otonomi daerah dan juga pemberlakuan pajak serta penggunaan air asin.
Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Prasasti Karang Bogem.
Prasasti ini menerangkan tentang legalitas tempat dan wilayah saat mencari ikan.
Prasasti lainnya yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Prasasti Katinden.
Prasasti ini memiliki angka tahun 1392 Masehi dan menceritakan tentang kisah pembebasan di wilayah sekitar Desa Katinden.
Prasasti Canggu juga dikenal dengan nama Prasasti Trowulan I, prasasti ini merupakan piagam yang dikeluarkan oleh Raja Hayam Wuruk.
Prasasti ini secara umum menceritakan tentang aktivitas penyebrangan dan status desa-desa.
Prasasti Marahi Manuk ini menceritakan tentang keputusan-keputusan pengadilan di wilayah hukum.
Keputusan pengadilan akan ditetapkan oleh dewan rakryan paratanda.
Selain candi dan prasasti, Kerajaan Majapahit juga banyak menyumbang peninggalan berupa kitab.
Salah satunya adalah Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca.
Kitab ini ditulis pada tahun 1365 Masehi dan menceritakan kisah-kisah sejarah dan daerah kekuasaan Majapahit.
Salah satu kitab yang paling populer dalam perjalanan sejarah adalah Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular.
Kitab ini yang pertama kali mengenalkan istilah “Bhineka Tunggal Ika” dan nasehat-nasehat mengenai kerukunan beragama.
Kitab Arjunawijaya adalah salah satu kitab peninggalan Kerajaan Majapahit yang juga karya Mpu Tantular.
Kitab ini mengisahkan tentang cerita pertempuran antara Arjuna Sasrabahu dan raksasa.
Kitab Tantu Pagelaran adalah sebuah kitab yang menjadi salah satu warisan sejarah dari Kerajaan Majapahit.
Dalam kitab ini diceritakan mengenai pemindahan Gunung Semeru ke Pulau Jawa oleh tig orang Dewa.
Kitab lainnya yang menjadi penanda kejayaan Kerajaan Majapahit adalah Kitab Panjiwijayakarma.
Kitab ini berisi tentang kisah Raden Wijaya dan perjalanannya hingga bisa menjadi seorang Raja Majapahit.
Kitab peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit lainnya adalah Kitab Usana. Kitab ini menceritakan tentang kisah Gajah Mada dan Aryadamar hingga bisa menaklukan Bali.
Salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang berbentuk kitab adalah Kitab Pararaton.
Kitab Pararaton ini merupakan sebuah bukti sejarah dari Kerajaan Majapahit yang mengisahkan tentang cerita mengenai raja-raja di Kerajaan Singasari dan Majapahit.
Selain banyak kitab yang telah disebutkan diatas, ada salah satu peninggalan kitab dari Kerajaan Majapahit yang bernama Kitab Ranggalawe.
Kitab Ranggalawe menceritakan tentang peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau, yaitu tentang pemberontakan Ranggalawe.
Kitab Sorandakan adalah sebuah kitab yang dikenal sebagai bukti dan peninggalan sejarah dari Kerajaan Majapahit.
Kitab Sorandakan menceritakan tentang kejadian di masa lalu, khususnya tentang peristiwa pemberontaan Sora.
Dan yang terakhir adalah sebuah kitab peninggalan Kerajaan Majapahit yang dikenal dan dinamai dengan Kitab Sundayana.
Kitab Sundayana merupakan sebuah kitab yang menceritakan sebuah peristiwa yang sangat terkenal di sejarah, yaitu Perang Bubat.
Itulah 38 peninggalan Kerajaan Majapahit yang bukan hanya terdiri dari candi-candi saja, tetapi ada prasasti-prasasti, dan juga kitab-kitab yang bersejarah.