Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan ini didirikan pada awal abad ke-16, didirikan oleh Raden Patah dan memuncak di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono. Kerajaan Demak terletak di wilayah Demak Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Majapahit.
Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan peran sentral Wali Songo. Masa kepemimpinan Raden Patah merupakan tahap awal perkembangan ajaran Islam di Jawa.
Sejarah Kesultanan Demak
- Kehidupan Ekonomi
Dikutip dari buku Sejarah 8 Kerajaan Terbesar Indonesia karya Siti Nur Aidah dan tim redaksi KBM, Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi utama masyarakat Demak adalah perdagangan laut. Kurangnya kerajaan yang bersahabat di Jawa juga menjadi faktor yang membuat kerajaan Demak begitu aktif dalam perdagangan laut.
Pada puncaknya, Kerajaan Demak menguasai pelabuhan-pelabuhan besar seperti Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu, kerajaan pedalaman seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga merupakan sumber utama produksi pertanian dan peternakan sebagai komoditas komersial. Beras Jawa merupakan komoditas penting dalam perdagangan internasional Nusantara.
- Kehidupan Politik
Secara politik, Kerajaan Demak adalah kekuatan terbesar di Jawa. Mengakhiri kekuasaan Majapahit yang panjang dan keberadaan penguasa Sunda yang telah mempertahankan diri sejak abad ke-6 Masehi. Kerajaan Demak menempatkan adipati sebagai perpanjangan tangan raja.
Daerah seperti Surabaya, Tuban dan Madiun memiliki adipati yang cukup berpengaruh. Kerajaan Demak juga merupakan tempat pertama yang bersentuhan dengan imperialisme Barat.
Pendirian Demak pada abad ke-16 setelah pendudukan Portugis di Malaka. Penangkapan Sunda Kelapa pada tahun 1527 merupakan upaya untuk menguasai seluruh pantai utara dan mencegah Portugis mencapai Jawa.
Raja-raja Kesultanan Demak
- Raden Patah (Memerintah 1500-1518 M)
Raden Patah adalah pendiri kerajaan Demak. Ia adalah putra Raja Majapahit dengan istri seorang wanita asal China yang masuk Islam. Raden Patah memerintah Kerajaan Demak dari tahun 1500 hingga 1518 M.
Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Kesultanan Demak menjadi pusat penyebaran Islam dengan peran sentral adalah Wali Songo. Periode ini merupakan tahap awal perkembangan ajaran Islam di Jawa.
- Adi Pati Unus (Memerintah 1518–1521 M)
Setelah kematian Raden Patah pada tahun 1518, tahta Demak digantikan oleh putranya, Adipati Unus (1488-1521). Mantan raja, Pati Unus terkenal dengan keberaniannya sebagai seorang bangsawan dan diberi julukan Pangeran Sabrang Lor.
Dikutip dari buku Slamet Muljana The Fall of the Hindu-Jawa Kingdom and the Rise of Muslim States in the Archipelago (2005), pada tahun 1521, Pati Unus memimpin invasi kedua ke Malaka, kedua melawan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran dan kemudian digantikan oleh Trenggana sebagai kepala ke-3 Kesultanan Demak.
- Sultan Trenggono (memerintah 1521–1546 M)
Sultan Trenggana membawa Kesultanan Demak ke puncak kejayaannya. Wilayah Demak membentang ke timur dan barat Jawa. Pada tahun 1527, pasukan Muslim gabungan Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah atas perintah Raja Trenggana mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta atau “kemenangan sempurna”. Kemudian, Jayakarta berubah nama menjadi Batavia dan kemudian menjadi Jakarta, ibu kota Republik Indonesia.
Pada saat penyerangan ke Panarukan, Situbondo, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Blambangan (Banyuwangi), pada tahun 1546 terjadi peristiwa yang mengakibatkan tewasnya Sultan Trenggana.
- Sunan Prawata (Memerintah 1546–1549 M)
Sunan Prawata adalah putra Sultan Trenggono. Suksesi Sultan Trenggana terjadi secara mendadak karena kematiannya tidak berjalan mulus. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berkomplot untuk merebut kekuasaan dengan mengalahkan Sunan Prawata, putra Trenggana.
Sunan Prawata kemudian membunuh Surowiyoto dan mengambil alih kekuasaan. Namun, insiden itu menyebabkan dukungan untuk pemerintahannya dibatalkan. Ia memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Ia memerintah hanya satu tahun, ketika Arya Penangsang putra Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Prawata pada tahun 1547.
- Arya Penangsang (Memerintah 1549-1554 M)
Arya Penangsang naik tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Dia juga menyingkirkan Pangeran Hadi/Kalinyamat, penguasa Jepara, yang dianggap membahayakan kekuasaannya.
Hal ini membuat para Adipati Demak tidak senang, salah satunya adalah Hadiwijaya dari Pajang. Hal ini menyebabkan pemindahan pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah Arya Penangsang.
Meskipun demikian, Arya Penangsang memerintah sampai tahun 1554 ketika Hadiwijaya, didukung oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan putranya Sutawijaya memberontak melawan Demak. Arya Penangsang terbunuh dan Hadiwijaya naik tahta mentransfer kekuasaan ke Pajang, menandai berakhirnya pemerintahan Kerajaan Demak.
Peninggalan Kesultanan Demak
Keberadaan kerajaan Demak didukung oleh bukti-bukti yang ditemukan, ada yang berupa bangunan dan ada pula yang berupa harta benda yang bernuansa Islami.
Monumen-monumen tersebut adalah Gerbang Bledeg, Masjid Agung Demak, Soko Guru, Kentongan, Bedug, almaksurah, area kolam renang dan juga makan Sunan Kalijogo dan beberapa monumen lainnya. Semua itu berkumpul di satu tempat, Masjid Raya Demak, dan berikut penjelasannya.
1. Pintu Bledek
Menurut legenda, Pintu Bledek diciptakan oleh Ki Ageng Selo sebuah sambaran petir yang disambar dengan kekuatan gaib yang dimilikinya dan ditangkap olehnya di tengah lapangan.
Gapura tersebut kemudian dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah, setelah itu gapura ini digunakan sebagai pintu masuk utama Masjid Raya Demak yang sudah mulai rusak sehingga disimpan di Museum Masjid Demak Agung.
2. Masjid Agung Demak
Reruntuhan Kerajaan Demak Tugu Kerajaan Demak selanjutnya adalah Katedral Agung Demak. Masjid Agung Demak didirikan pada tahun 1479 M, sejauh ini sudah ada kurang lebih 6 abad namun masih kokoh karena telah dirombak berkali-kali. Masjid Agung Demak tidak hanya menjadi monumen sejarah kerajaan Demak, tetapi juga berfungsi sebagai pusat ajaran dan simbol Islam.
Masjid ini akan menjadi tempat lahirnya ide kehadiran kerajaan Demak Bintoro. Secara geografis Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota Demak, Wilayah Kota Demak, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini berbeda dengan arsitektur masjid-masjid yang ada saat ini, Masjid Raya Demak menggunakan perpaduan gaya budaya Jawa tengah yang sangat kental dan unsur yang kaya.
Mesjid Demak memiliki luas 31 x 31 meter persegi, di samping Katedral Demak terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid dibuka dan bangunan masjid ditopang oleh total 128 tiang.
Tiang tersebut adalah tiang master sebagai penopang utama, sedangkan tiang bangunan adalah 50, 28 untuk teras dan 16 tiang sekitarnya. Bentuk masjid Demak menggunakan material kayu berbentuk lingkaran dengan banyak kubah. Interior masjid juga menggunakan kayu dengan ukiran yang terlihat sangat artistik dan indah.
3. Soko Guru atau Soko Tatal
Pusaka Kerajaan Demak Soko Guru atau Soko Tatal adalah tiang penyangga Masjid Agung Demak yang terbuat dari kayu dengan diameter 1 meter dan berjumlah 4 buah. Semua tiang tersebut dibuat oleh Sunan Kalijogo dan menurut cerita, Sunan Kalijogo baru saja menyelesaikan 3 tiang ketika Masjid Raya Demak dibangun dan mulai memasuki tahap pemasangan atap.
Maka, seiring berjalannya waktu, Sunan Kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit kayu dari sisa pahatan 3 tiang masternya untuk membuat tiang baru dengan menggunakan kekuatan batin.oleh Sunan Kalijogo dan itulah sebabnya soko guru mendapat istilah soko tatal.
4. Bedug dan Kentongan
Bedug dan juga kentongan, digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan orang-orang di sekitar masjid untuk menandai masuknya waktu sholat.
Kedua benda ini ditemukan di Masjid Raya Demak dalam bentuk tapal kuda dengan filosofi bahwa ketika diguncang atau dipukul, orang-orang di sekitar masjid harus datang dan berdoa. Kendang dan kentongan ini merupakan peninggalan sejarah kerajaan Demak yang masih dapat disaksikan hingga saat ini.
5. Situs Kolam Wudhu
Kolam ngaben yang terletak di pelataran Masjid Agung Demak ini pernah digunakan sebagai tempat ngaben bagi pengunjung dan santri untuk beribadah, namun kolam ngaben tersebut sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat pembakaran ketika hendak salat.
6. Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari 9 Sunan Wali Sanga yang berdakwah di wilayah Jawa. Sunan Kalijaga meninggal pada tahun 1520 dan dimakamkan di desa Kadilangu dekat kota Demak.
Makam Sunan Kalijogo kini menjadi situs yang biasa dikunjungi oleh para peziarah dan wisatawan dari berbagai penjuru tanah air dan juga menjadi salah satu monumen Kerajaan Demak.
Banyak orang berkunjung untuk tujuan ziarah dan juga berdoa, semoga mereka diringankan dan juga diberkati melalui doa ini. Peninggalan ini dikelola dengan sangat hati-hati, sehingga pengunjung atau peziarah merasa nyaman saat berdoa dan berdoa.
7. Maksurah
Maksurah adalah prasasti kaligrafi ayat-ayat Alquran yang digunakan sebagai dinding bagian dalam Masjid Agung Demak.
Kaligrafi ini dibangun pada masa pemerintahan Aryo Purbaningrat yang merupakan Adipati Demak pada tahun 1866 dan kaligrafi ini berbicara tentang keesaan Tuhan.
8. Dampar Kencana
Pusaka Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana adalah singgasana raja-raja Demak, yang kemudian digunakan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak.
Namun mimbar ini tidak lagi digunakan dan disimpan di museum Masjid Agung Demak untuk menghindari kerusakan.
9. Piring Campa
Piring Campa adalah 65 piring porselen yang saat ini dipasang di dinding interior Masjid Agung Demak. Sesuai dengan namanya, piring ini merupakan hadiah dari putri Campa, ibunda Raden Patah, pendiri kerajaan Demak.
10. Serambi Majapahit
Serambi Mesjid Demak sangat indah dengan arsitektur kuno yang unik dengan makna sejarah. Dari sejarah kerajaan Demak, perapian Majapahit ini memiliki 8 tiang batu dari kerajaan Majapahit, tetapi ketika kerajaan Majapahit jatuh, beberapa monumen tidak lagi dipertahankan, sehingga Adipati Unus yang membawa warisan di Demak sekarang ditempatkan di serambi Masjid Agung Demak dan masih dipertahankan. dapat dilihat sejauh ini.
11. Mihrab
Mihrab yang awalnya pengimaman ini juga merupakan peninggalan kerajaan Demak yang di dalamnya terdapat gambar hewan banteng dengan tulisan Condro Sengkolo.
Prasasti Condro Sengkolo ini berarti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini menyimpulkan jika pada masa Kerajaan Demak juga diketahui bahwa orang Mihrab atau pendeta melukis ornamen tertentu, itu adalah akulturasi Islam dan juga budaya Jawa.
12. Pawestren
Peninggalan Kerajaan Demak Dari sejarah Kerajaan Demak, konon pemahaman tentang Islam meningkat pada masa ini dan jamaah shalat laki-laki dan perempuan dipisah. Tempat sholat untuk wanita disebut pawestren.
Pawestern merupakan karya dengan 8 tiang penyangga, 4 tiang kokoh pada tiga balok bertumpuk dengan motif ukiran Majapahit. Desain maksurah pada tahun 1866 M diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.
13. Surya Majapahit
Pewaris Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit adalah ornamen segi delapan yang sangat terkenal dari masa Majapahit. Beberapa sejarawan meyakini benda tersebut merupakan lambang kerajaan Majapahit, sedangkan Surya Majapahit terletak di Masjid Agung Demak yang dibuat pada tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi.
Demikian informasi tentang peninggalan Kerajaan Demak secara lengkap serta sejarah Kerajaan Demak, letak geografis, kehidupan sosial budaya, raja-raja Demak, dll yang kami harapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang sejarah Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak merupakan bukti pesatnya pertumbuhan Islam di tanah air dan telah menjadi kerajaan muslim terbesar di Indonesia. Inilah peninggalan Kerajaan Demak yang menjadi bukti nyata Kerajaan Demak menjadi kerajaan penting bagi kegiatan masyarakat dan penyebaran agama Islam di Indonesia.