Daftar isi
Karya sastra terdiri dari dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa disebut dengan karangan bebas, sedangkan puisi disebut dengan karangan terikat. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang disukai karena disajikan dalam Bahasa yang indah dan imajinatif. Puisi dianggap juga sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulisnya.
Dalam khazanah Sastra Indonesia, puisi memberi sumbangsih yang sukup besar dalam kekayaannya. Perannya dalam menjaga eksistensi Bahasa Indonesia, membuat setiap bait dan rimanya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Pengertian Puisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik dan bait. Biasanya puisi berisi unggapan penulis mengenai emosi, pengenalan maupun kesan yang kemudian dituliskan dengan Bahasa yang baik sehingga dapat diterima dan enak untuk dibaca.
Para penyair baru (modern) menulis puisi tanpa memperdulikan ikatan-ikatan formal tersebut. Hal ini disebabkan pada pemahaman bahwa bentuk-bentuk formal itu hanya merupakan sarana kepuitisan saja, bukan hakikat puisi.
Puisi dapat disimpulkan sebagai ucapan atau ekspresi tidak langsung. Disamping itu juga, puisi adalah ucapan ke inti masalah, peristiwa ataupun narasi (cerita, pencitraan). Dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang berisi tanggapan serta pendapat penyair mengenai berbagai hal.
Pemikiran penyair ini kemudian dituangkan dengan menggunakan Bahasa-bahasa yang apik serta memiliki struktur batin dan fisik yang khas penyair. Puisi memiliki nilai estetika yang berbeda-beda bergantung penulis puisi. Setiap penyair biasanya memiliki kekhasan dalam menulis puisinya.
Jenis – Jenis Puisi
Secara umum puisi memiliki dua jenis, yaitu puisi lama dan puisi modern.
Puisi Lama
Puisi lama adalah jenis karya sastra puisi yang diciptakan nenek moyang sejak zaman dahulu. Dalam puisi lama biasanya terikat oleh kaidah-kaidah penulisan puisi, seperti baris, bait, rima, irama, dan belum terpengaruh budaya asing.
Oleh karena itu, penulisan puisi lama terikat oleh berbagai aturan. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut :
- Terdapat persajakan atau rima. Rima adalah pengulangan bunyi yang terdapat dalam larik sajak.
- Jumlah kata dalam satu baris.
- Jumlah baris dalam satu bait. Bait adalah satu kesatuan puisi yang terdiri atas beberapa baris.
- Banyak suku kata dalam setiap barisnya.
- Adanya irama (pergantian kesatuan bunyi).
Jenis-jenis puisi lama berupa pantun, syair, talibun, mantra, dan gurindam. Mantra merupakan jenis puisi yang diciptakan dalam kepercayaan animisme, biasanya dibacakan dalam ritual kebudayaan serta biasanya menggunakan kata yang menimbulkan efek magis.
Pantun merupakan jenis puisi lama yang bersajak a b a b dengan setiap baris terdiri dari empat baris, dua baris sampiran dan dua baris isi. Sedangkan talibun terdiri dari sampiran dan isi lebih dari empat dan selalu genap.
Syair memiliki larik empat bait dan bersajak a a a a. Isinya mengisahkan suatu hal. Sedangkan gurindam terdiri dari dua baris, berirama sama. Isi baris pertama adalah sebab sedangkan isi baris kedua adalah akibat.
Puisi Baru (Modern)
Puisi jenis ini merupakan puisi yang tidak memiliki ikatan yang cukup kuat dengan aturan. Puisi baru ini memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan puisi lama. Meskipun tidak terikat aturan, pusi baru tetap menganut beberapa aturan penting dalam karya sastra, yaitu ritme, rima, dan musikalitas.
Puisi baru harus tetap sesuai dengan ekspresi seorang penyair sehingga pembaca bisa mendapatkan kesan tentang karya puisi tersebut. Secara garis besar, puisi baru dibagi menjadi dua jenis, yaitu puisi baru berdasarkan isinya dan pusi baru berdasarkan bentuknya.
Puisi Baru Berdasarkan Isinya
- Balada, memuat tentang suatu cerita atau kisah tertentu. Terdiri dari 3 bait, yang mana setiap bait terdapat 8 larik.
- Elegi, mengandung kesedihan atau tangisan.
- Epigram, memuat tentang ajaran atau tuntutan terkait hidup.
- Himne, berisi pujaan atau pujian. Biasanya berbentuk sebuah lagu.
- Ode, memiliki isi berupa sanjungan kepada orang yang dianggap memiliki jasa besar.
- Romansa, berisi ekspresi seseorang tentang cinta dan kasih sayang.
- Satire, memuat tentang sindiran atau kritikan.
Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya
- Distikon, tiap bait terdiri dari dua baris atau biasa disebut sebagai puisi dua seuntai.
- Terzina, tiap baitnya terdiri dari tiga baris atau bisa disebut sebagai puisi tiga seuntai.
- Kuatrain, tiap bait memuat empat baris, disebut juga puisi empat seuntai.
- Kuint, tiap baitnya memiliki lima baris, disebut juga puisi lima seuntai.
- Oktaf / Stanza, tiap baitnya memiliki delapan baris. Puisi ini disebut juga double kuatrain atau puisi delapan seuntai.
- Sektet, baitnya memiliki enam baris. Nama lain puisi ini adalah enam seuntai.
- Septime, tiap bait memiliki tujuh baris, disebut juga tujuh seuntai.
- Soneta, terdiri dari empat baris yang terbagi menjadi dua. Bait yang pertama masing-masing berjumlah empat baris dan dua bait kedua masing-masing berjumlah tiga baris.
Ciri – Ciri Puisi
Secara umum puisi memiliki ciri-ciri :
Puisi memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
- Penulisan puisi dituliskan dalam bentuk bait yang terdiri dari baris, bukan paragraph
- Diksi yang dipakai berupak kiasan, padat, dan indah
- Dalam Bahasa puisi, penggunaan majas sangat dominan
- Pemilihan diksi mempertimbangkan rima dan persajakan
- Setting, alur, dan tokoh tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapannya
Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Terikat jumlah baris dan rima. Terikat diksi, irama, intonasi, dan hal-hal lainnya
- Anonim. Tidak diketahui secara jelas penulis dari puisi tersebut
- Memiliki gaya Bahasa yang statis. Banyak menggunakan Bahasa klise
- Termasuk sastra lisan. Hal ini dikarenakan puisi diajarkan atau disampaikan melalui mulut ke mulut
Puisi baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Nama penulis tercantum
- Tidak terikat rima, irama, dan baris
- Gaya Bahasa dinamis. Sehingga akan berubah-ubah
- Cenderung memiliki sifat simetris. Puisi ini akan memiliki bentuk yang rapi
- Lebih menggunakan pola pantun dan sajak syair
- Umumnya berbentuk empat seuntai
- Memiliki satuan sintaksis atau gatra
- Gatra yang ada di puisi baru terdiri dari 4 sampai 5 suku kata
- Umumnya mengisahkan mengenai peristiwa kehidupan
Makna Puisi
Makna puisi adalah pesan atau isi atau amanat dalam puisi yang bisa ditangkap pembaca sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Bahasa dalam puisi cenderung menggunakan makna kiasan sehingga masing-masing orang bisa menangkap makna yang berbeda-beda.
Berikut Langkah-langkah dalam menemukan makna puisi :
- Membaca Puisi. Untuk dapat memahami setiap kata dalam puisi diperlukan pembacaan yang berulang-ulang.
- Memahami Makna Kata Kunci. Kata kunci adalah kata yang sering diulang-ulang penyair. Makna kata dalam puisi biasanya berupa makna leksikal, makna citraan, dan makna lambang.
- Mencatat Kata-kata Sulit dan mencari artinya pada KBBI.
- Menulis Kembali Kata Kunci beserta maksudnya.
- Merumuskan Makna Secara Utuh, yaitu makna dari keseluruhan isi puisi tersebut, baik secara tersirat maupun yang berkaitan dengan suatu konsep penciptaan.
Contoh Puisi Lama
- Pantun
Berakit-rakit ke hulu (a)
Berenang-renang ketepian (b)
Bersakit-sakit dahulu (a)
Bersenang-senang kemudian (b)
- Syair
Ilmu didapat tiada cepat (a)
Mesti sabar hatinya kuat (a)
Semoga tuhan berikan rahmat (a)
Maka jaga hati serta niat (a)
- Gurindam
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami berhati lurus ©
Istri pun kelak akan lurus ©
- Talibun
Pergi merantau jauh ke negeri seberang
Janganlah lalai membawa perbekalan berupa makanan
Jika tersesat di perjalanan ingatlah peta yang kau bawa
Serta jangan malu mendatangi orang untuk bertanya
Jika engkau berbuat baik kepada semua orang
Niscaya kebaikan pula yang akan engkau dapatkan
Sudahlah engkau kan dapat pahala
Di dunia pun engkau akan hidup Bahagia
Contoh Puisi Baru
- Balada
Fermentasi asa
Mengharap sempurna
Bentuk utuh nan konyol
Rasa, karsa tempe
Pembungkus yang berjasa
Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca
Pembungkus tempe
Bukan plastik tapi kertas using tak terpakai
Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?
(Karya : W.S Rendra)
- Elegi
Derai-Derai Cemara
Karya : Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan ditingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan lagi
Hidup hanyalah menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
- Romansa
Pandangan Pertama
Karya : Malik Abdul
Dalam remang senja aku teringat
Ketika rasa ini menjelma
Aku terbuai dengan merdu suaramu
Termenung menyaksikan senyum terindah
Sampai menuju suatu arah
Yang membawaku larut dalam resah
Resah memikirkanmu aku terpangah
Pandangan itu membuatku melayang
Hingga pada titik dimana ak sedang tak mengerti
Mengapa aku seperti ini
Bahwa cinta masih menguasai
Rasa ini mengalir tiada henti
- Satire
Aku Bertanya
Karya : W.S Rendra
Aku bertanya…
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Membentur jidat penyair-penyair salon,
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
Sementara ketidakadilan terjadi
Di sampingnya,
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa Pendidikan,
Termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.