Daftar isi
Sosiologi kontemporer merupakan sebuah periode sosiologi antara periode klasik dan postmodern yang telah berfokus pada kajian individu dan juga masyarakat, konstruksi sosiokultural atas sebuah pengetahuan, dan juga ketimpangan, kekuatan, dan diskriminasi.
Sosologi kontemporer berasaskan pada realisme. Realisme menurut Fadhil Nurdin ialah sebuah pemikiran realistik yang sesuai dengan fakta dan juga fenomena kehidupan bermasyarakat. Teori struktural fungsionalisme pada tahun 1937 ditandai sebagai awal munculnya sosiologi kontemporer.
Teori ini, menyatakan masyarakat merupakan sekumpulan individu yang saling berhubungan dan bergantung satu sama lain. Terdapat tokoh-tokoh dalam sosiologi kontemporer ialah Baudrillard, Berger, Bourdieu, yang telah memandang manusia memiliki sebuah cara pandang masing-masing untuk mengkontruksikan alam sekitanya.
Dengan menggunkaan paradigma ini, setioap teori yang disampaikan oleh sosiolog yang akan saling mengkritik demi mengembangkan kajian sosiologi yang kontemporer. Latar belakang munculnya sosiologi kontemporer dapat dilihat dari sebuah peristiwa sosial yang muncul pada awal perang dunia ke 2. Yaitu perang dingin antara Blok Timur dan Blok Barat, dan juga kebangkitan fasisme yang mempengaruhi sebagian besar sosiolog epada tahun 1930-1960.
Sejarah sosiologi kontemporer
Sosiologi kontemporer sebagai bagian dari perkembangann sosiologi yang berazaskan dengan pemikiran empiris yang obyektif yaitu pada pertengahan abad ke-20 yang telah ditandai dengan orientasi subyektifnya.
Orientasi pemikiran sosiologis berkembang secara terus menerus sebagai bagian dari reaksi para intelektual terhadap scientific empiricism. Terutama pada sosiologi modern, posmodern, dan terkini. Namun, isu penting dalam perkembangan sejarah sosiologi kontemporer ini ialah Profesor Syed Farid Alatas.
Beliau menyatakan bahwa studi sosiologi pada awal perkembangannya fokus pada Ibnu Khaldun, yang dikeanl dengan tokoh pemiki sosial dan teori sosial yang disebut dengan sejarah kontemporer.
Kecenderungan sosiologi di dunia meskipun terus berkembang dan mengalami perubahan dalam sejarah panjang yang telah dilalui eksistensi dan juga disiplim ilmu sosiologi mendapatkan banyak kritikan yang mengalami ujian dan juga tantangan.
Tokoh sosiologi Barat sebagai pemikir teoritis sosial, metodologi, dan pengembang sosiologi kontemporer, menunjukkan saling menguatkan eksistensi, kewujudan , dan identitas sosiologi di mata dunia.
Pengembangan sosiologi di Barat berazaskan denan pemikiran sosial dan juga teori-teori sosial empirisme yang berkelanjutan memberi perhatian terhadap sumbangan par pemikir sosial non-Barat yang satu periode dengan pendiri disiplin Sosiologi Eropa.
Fondasi filsafatnya ialah kritisme terhadap pemikiran ilmiah tradisional yang menurutnya telah mengganti realitas dengan sebuah ilusi mengenai kebenaran. Baudrillard menyatakan bahwa sekarang situasi masyarakat kontemporer dibentuk oleh kenyataan bahwa manusia dikelilingi oleh faktor konsumsi.
Tokoh sosiologi kontemporer
Max Weber
Max Weber merupakan seorang sosiolog yang berasal dari Jernman yang berusaha memberikan pengertian terhadap perilaku manusia sekaligus menelaah mengenai sebab-sebab terjadinya intraksi sosial.
Max Weber terkenal dengan teori ideal typus yang merupakan kontruksi dalam pikiran seornag peneliti yang dapat digunakan untuk alat menganalisis gejala dalam masyarakat.
Herbert Spencer
Herbert Spencer mengatakan bahwa objek sosiologi pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, sosiologi pengetahuan dan juga ilmu pengetahuan, serta penelitian kesenian dan keindahan.
Sosiologi harus menyoroti hubungan timbal balik antar unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan juga lembaga pengetahuan.
Herbert Spencer menganggap penting penelitian atas perkembangan masyarakat dan perbandingan antara masyarakat.
Cherles Horton Cooley
Cherles Horton Cooley ialah yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dan masyarakat. Cooley dalam mengemukakan teorinya terpengaruh oleh romantic yang mengidamkan kehidupan bersama, rukun, damai, dan juga sahaja. Karena prihatin melihat msayarakt-masyarakat modern yang telah goyah norma sehingga masyarakat yang bersahaja bentuk ideal yang melebihkan kesempurnaanya.
Teori Sosiologi Kontemporer
Terdapat sejumlah teori sosiologi kontemporer yang dilatar belakangi oleh isu-isu, ialah :
- Teori sistem dunia pada tahun 1975 oleh Immanuel Wallerstein yang telah menyatakan bahwa dominasi ekonomi oleh Blok Barat yang telah menjadikan negara yang lain sulit untuk bersaing ke dalam perekonomian global. Teori ini muncul setelah pulihnya Amerika Serikat dari Great Depression yang menjadi pengulasa ekonomi.
- Teori Kewarganegaraan pada tahun 1950, oleh Marshall ialah sebuah tanggapan mengenai krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat yang telah berdampak pada kenaikan jumlah pegangguran. Teori ini telah menyatakan bahwa warga negara tidak hanya memiliki sebuah kesamaan dalam hal politik tetapi juga hak ekonomi dan sosial.
- Teori Konflik pada tahun 1957, oleh Ralf Dahrendorf yang menyatakan bahwa konflik hanya terjadi antara pihak-pihak yang berkuasa dengan puhak yang tidak berkuasa. eTeori ini lahir sebagai respon atas kediktatoran Hitler dalam upayanya dalam meningkatkan fasisme.
Menurut Ritzer, teori sosiologi kontemporer dibedakan menjadi empat, diantaranya yaitu sebagai berikut ini,
Teori Queer
Teori Queer menekankan pada relasi-relasi yang aneh dan juga tidak biasa. Dalam teori queer ingin mengungkapkan bagaimana bentuk relasi yang paling otentik dan juga radikal. Bagaimana seorang lesbian dan juga gay berhuenbungan sesamanya yang menjadi sebuah objek dalasm teori ini.
Hal ini sangat menarik untuk dipelajari mengenai relasi apa yang terjadi ketika seseorang yang lesbi berhubungan dengan sesamanya. Teori queer tidak bersifat tetap dan stabil. Identitas bersifat historis dan dikontruksi secara sosial.
Dalam konteks teori, teori ini didapatkam dari golongan sebagai sesuatu yang anti dengan identitas. Ia dapat dimaknai dengan sesuatu yang tidak normal atau aneh. Dalam teori ini juga terdapat tiga makna intelektual dan politik, meskipun sulit membuat sebuah batasan-batasannya.
Teori Queer ini mempelajari mengenai gay dan juga lesbian, dimana homoseksual diposisikan sebagai suatu subjek yang menjadi stand point dari teori queer. Karena dengan posisi ini, dapat disebut bukan institusi pengetahuan tetapi hanya sebuah proses dari dekontruksi.
Teori queer ini lahir dari hasil pengaruh arkeologi pengetahuan dan genealogi kekuasaan pada akhir tahun 1980-an sampai dengan tahun 1990-an. Teori ini tidak hanya menjelaskan mengenai sisi gender tetapi juga seks.
yang mengkaji mengenai kombinasi dari berbagai kemungkinan dari tampilan sebuah gender tentang proses yang berfokus pada gerakan yang melampaui ide, ekspresi, hubungan, tempat, dan juga keinginan yang menginovasi perbedaan dunia sosial.
Teori Kritis tentang Ras dan Rasisme (CTRR)
Teori ras kritis berawal dari gerakan hak-hak sipil yaitu pada era 1960-an yang merupakan lahirnya teori baru tentang ras, yang akarnya dari banyak sumber termasuk dari Marx, Postrukturalisme, teori feminis, dan kontruksi Du Bois.
Rasisme merupakan gagasan yang telah menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung antara nilai-nilai, perilaku dan sikap kelompok yang sesuai dengan garis kelompok dan keturunan serta ciri fisik-fisiknya.
Dasar-dasar teori ras kritis berakar dari fakta eksisnya rasisme ditengah masyarakat dimana kaum kulit putih mendapatkan keuntungan ekonomi dari kondisi yang terjadi. Dalam masyarakat yang rasis hadir kelompok dominan yang memiliki kekuatan lebih atas kelompok yang lebih lemah. Teori ras memiliki sifat interseksionalitas dan anti essensialisme, dimana mereka telah menolak sebuah realitas normal.
Teori aktor jaringan (ANT), Posthumanisme, dan postsosialitas
Teori ini berakar dari strukturalisme dan post strukturalisme yang memiliki ide pokok yang berkenaan dengan objek material yang telah diciptakan dan memperoleh makna dalam relasi jaringan dengan orang lain, yang lebih anggun.
Terdapat empat teori yang tidak dicakup dalam teori ANT ialah kata aktor itu sendiri, jaringan, teori dan tanda penghubung. Inti dari teori ANT adalah bahwa segala hal dapat dilihat dari nberbagai keterkaitan antar aktor, baik manusia dengan manusia, maupun dengan bukan manusia.
Teori ini dapat membantu memahami ide, nilai, atau norma, masyarakat yang telah tertanam dan menjadi objek kultural. Teori ANT memiliki keterkaitan dengan posthumanisme dan postsosialitas. Posthumanisme ialah lawan dari humanisme yang berupaya keluar dari humanismne.
Posthumanisme ini memolak pemisahan antara humanitas dan kemanusiaan. Ide tentang postsosialitas merupakan semangat yang sama untuk mengkritisi pendekatan tradisisonal sosialitas. kehadiran teori ini memiliki keterkauitan dengan berkembangnya beberapa tipe baru pekerjaan dan latar konsumsi.
Salah satu bentuknya yaitu virtual organization dimana orang bekerja tanpa adanya satu kontrol pusat dan struktur yang hierarkis. Cara bekerjanya yaitu dengan cara mereka sendiri dan terhubungan mnelalui berbagai alat komunikasi.
Teori Praktek
Teori Praktek merupakan suatu pendekatan terhadap fenomena sosial dengan melihat pada bagaimana menemukan soluis pendekatan strukturalitas tradisional dan pendekatan lain seperti halnya individualisme dan berusaha untuk menerangkan fenomena tersebut dalam konteks tindakan individual. Teori Praktek ini berkaitan dengan sosiolog Peracis Pierre Bourdie tentang habitus.
Teori praktek ini merupakan salah satu dari teori-teori kultural. Namun, teori ini memfokuskan pada praktek dalam makna sehari-hari. Selain itu, Praktek juga berkaitan dengan fikiran atau aktivitas mental. Sampai saat ini, Teori praktek belum menjadi teori besar, namun peluan teori ini untuk lebih berkembang menurut Ritzer cukup terbuka.