7 Tokoh Sosiologi Sastra dan Teorinya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Teori sosiologi sastra merupakan pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan yang lainnya yang memiliki sangkut paut dengan pengarang sebagai penghasil sastra. Adapun tokoh sosiologi sastra dan juga teorinya sebagai berikut.

1. Wellek dan Warren

Wellek dan Warren merupakan kritikus yang berasal dari Amerika yang telah mengklasifikasikan sosiologi sastra berdasarkan masalah-masalahnya menjadi tiga hal. Tiga masalah tersebut, yaitu :

  • Sosiologi pengarang yang memperosalkan status sosial, ideologi sosial dan juga hal lain yang memiliki keterkaitan dengan pengarang sebagai penghasil dari sastra.
  • Sosiologi karya sastra juga mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, sehingga menjadi sebuah pokok penelaahan merupakan sebuah hal tersirat yang memiliki tujuan dalam karya sastra.
  • Sosiologi sastra mempermasalahkan pembaca dan juga pengaruh sosial karya sastra. Oleh kedua penulis tersebut, sosiologi sastra dianggap sebagai sebuah pendekatan yang ekstrinsik dengan pengertian yang cukup negatif.

Pendekatan ekstrinsik, yang telah disampaikan Wellek dan Warren ini telah mendapat sebuah serangan yang pedas dan juga bertubi-tubi dari para kritikus yang lainnya. Salah satu serangan yang diterima Wellek dan Warren yang direspon oleh beliau yaitu seperti berikut ini, sastra dna masyarakat memiliki sifat yang sempit dan juga eksternal.

Padahal perbandingan keduanya ini dihubungkan dengan situasi sosial, seperti halnya pada sistem ekonomi, sosial, dan juga politik. Maka dari itu, Wellek dan Warren membuat gambaran bahwa sastra sebagai ilmu yang sempit dan juga eksternal.

Selain itu, Wellek dan Warren mengatakan bahwa pengertian sastra tidak jelas dalam mencerminkan dan juga mengekspresikan kehidupan, karena banyaknya sastrawan yang telah mengekspresikan sebagian dari kehidupan yang dijalaninya hanya sebagian bukan keseluruhan.

2. Gyorgy Lukacs (13 April 1885 – 4 Juni 1971)

Gyorgy Lukacs lahir pada tanggal 13 April 1885 dan meninggal pada 4 Juni 1971. Gyorgy Lukacs merupakan seorang Hungaria Marxis Filsuf dan juga kritikus sastra. Kebanyakan sarjana menganggap bahwa dirinya sebagai pendiri dari tradisi Marxisme Barat yang telah menyumbangkan ide-ide dan reifikasi serta kesadaran kelas untuk Marxis Filsafat dan juga teori.

Kritik sastra memiliki pengaruh dalam berpikir tentang realisme dan novel sebagai genre sastra. Georgy Lukacs telah mempergunakan cermin sebagai sebuah ciri khas dalam keseluruhan karya yang telah dibuatnya.

Mencerminkan menurut beliau memiliki arti menysusun sebuah struktur mental. Seperti halnya sebuah novel tidak hanya mencerminkan realitas tetapi lebih dari hal itu, novel memberikan sebuah refleksi realitas yang besar, lengkap, lebih hidup, dan juga lebih dinamik yang mungkin dapat melampaui pemahaman umum.

Lukacs menegaskan pandangan tentang karya realisme yang sungguh-sungguh sebagai karya yaitu dengan memberikan perasaan artistik yang telah bersumber dari imajinasi-imajinasi yang teah diberikan. Imajinasi-imajinasi ini memiliki sebuah totalitas intensif yang terdapat sebuah kesesuaian dengan totalitas ekstentif dunia.

Lukacs sebagai penulis tidak memberikan sebuah gambaran mengenai dunia yang abstrak melainkan sebuah kekayaan imajinasi dan juga kompleksitas tentang kehidupan untuk dihayati agar membentuk sebuah tatanan masyarakat yang lebih ideal.

3. Robert Escarpit (1918 – 2000)

Escrpit, Roberrt yang lahir pada tahun 1918 dan meninggal pada tahun 2000 ini merupakan seorang novelis dan juga kritikus Perancis yang dikenal dengan karyanya tentang sosiologi sastra. La Revolutiom du Livre dan Le Litteraire et le sosial yang telah menganalisis kondisi produksi buku dan literatur massa yang kemudian hari kerja, termasuk ke dalam Lecrit et la komunikasi yang meluas menjadi teori sastra komunikasi.

Sastra meastrupakan sebuah periodisasi sosial dan juga sebuah pernyataan pribadi individu yang didapatksan dari sebuah pengalaman hidup yang dimiliki dan juga imajinasi dari masing-masing individu. Selain itu, sastra juga merupakan sebuah bentuk untuk mengekspresikan diri mengenai kehidupan yang dilalui.

Namun, hanya sebagian hal kecil yang dituangkan dalam karya sastra itu sendiri. Pemikiran ini telah dituangkan oleh salah satu tokoh sosiologi sastra yaitu Robert Escarpit. Ide-ide atau gagasan yang telah dituangkan oleh Robert Escarpit sebagai seorang tokoh besar sosiologi mengenai sebuah proses tentang komunikasi sastra.

Sastra merupakan sebuah komunikasi sosial yang digunakan untuk sebuah pilihan hidup. Escrpit (2005) semula menulis teori sosiologi menggunakan bahasa perancis. Beliau menawarkan banyak pendekatan sosiologi sastra khusunya yang memiliki keterkaitan dengan reproduksi sastra.

Pendekatan kedua dalam bidang sosiologi sastra jauh dari penekanan pada karya sastra itu sendiri ke sisi produksi dan terutama pada sebuah situasi sosial dari penulis. Penulis tidak mungkin lari dari sebuah realitas sosial.

4. Madame de Stael (22 April 1766 – 14 Juli 1817)

Germaine de Stael merupakan wanita satrawan Swiss yang lahir pada 22 April 1766 di Paris dan meninggal pada 14 Juli 1817 di Paris. Madame de Stael merupakan propagandis politik dan pembicara yang melambangkan budaya Eropa pada saat itu.

Yang telah menjembatani sejarah gagasan dari Neoklasikisme ke Romantisme. Beliau juga mendapatkan sebuah ketenaran dengan memlihara sebuah salon untuk para intelektual terkemuka. Tulisannya berupa novel, drama, esai moral, dan politik, kritik sastra, sejarah, damm sejumlah puisi.

Kontribusi sastra terpenting Madame de Stael ialah sebagai ahli teori Romantisme. Pada tahun 1800 karakter sastra dan politik dari pemikiran Madame de Stael menjadi lebih jelas. Kepentingan sastranya muncul dalam De la litterature consideree dans ses rapport avec les Institution Sociales.

Karya kompleks ini meski tidak sempurna kaya akan ide dan juga perspektif baru bagi Perancis. Teori fundamental yang akan dinyatakan kembali dan dikembangkan dalam positivisme Hippolyte Taune ialah sebuah karya yang harus mengungkapkan realitas moral dam sejarah bangsa tempat ia dikandung.

5. Raymond Williams (31 Agustus 1921 – 26 Januari 1988)

Henry Raymond Williams lahir pada 31 Agustus 1921 dan meninggal pada 26 Januari 1998. Beliau merupakan seorang welsh akademis, novelis, dan juga kritikus. Raymond Williams ini seorang tokoh yang memiliki pengaruh dalam waktu baru dan dalam budaya yang lebih luas.

Tulisannya tentang politik, budaya, media massa, dan juga satra adalah kontribusi yang sangat signifikan terhadap Marxis kritisk budaya dan juga seni. 750.000 eksemplar buku-bukunya telah terjual di Inggris edisi sendirian dan ada banyak terjemahan yang telah tersedia. Karyanya meletakkan fondasi untuk bidang studi budaya dan materailis budaya pendekatan.

Richard Hoggart dan Rayyon Williams merupakam kedua tokoh yang mengemukakan Teori Cultural Studies merupakan sebuah pemikiran sastra dan juga sebuah metode mengenai kritik yang bersumber atau berasal dari sebuah tradisi kritik Markisme Bitish.

Namun, teori Markisme British yang telah diwarisi Richard dan Rayyon ini hanyalah sebagian yaitu mengenai konsep perubahan. Maka dari itu, teori ini tidak dapat dikatakan sebagai pecahan dari teori Marxisme, tetapi hannya sebagai warisan pemikiran yang telah membentuk dirinya dan telah membedakan dari teori awalnya.

6. Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono merupakan seorang sastrawan bangsa Indonesia terkemukaa yang dikenal dengan karya puisinya dengan kata yang sederhana. Beliau lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, puisinya yang terkenal di semua kalangan yaitu Hujan Bukan Juni yang sudah di bukukan.

Eyang Sapardi Djoko Damono mendapatkan banyak penghargaan atas karya yang telah dicipatkannya. Pada tahukn 1986, Eyang Sapardi Djoko Damono mendapatkan sebuah oenghargaan dari anugrah SEA Write Award.

Sapardi Djoko Damono juga seorang kritikus yang dalam karyanya juga membahas sisi sosiologis, karya Sapardi Djoko Damono yang membahsa mrengenai sosiologi tertuang pada buku Sosiologi Sastra yang telah dilakukan penelitian sejak beliau belajarr di Fakultas Sastra Universaitas Indonesia.

Buku Sosiologi Sastra karya Eyang Sapardi Djoko Damono membahasa mengenai lingkungan, masyarakat, dan kondisi sosial budaya politik yang berada di Indonesia. Dalam buku yang berjudul Sosiologi Sastra ini membahas mengenai tiga topik yang salah satunya yaitu sastra dengan masyarakat.

7. Umar Junus

Umar Junus merupakan seorang kritikus sastra yang lahir di Silungkang pada 2 Mei 1934. Umar Junus merupakan seorang penulis yang produktif dalam kritikus sastra di Indonesia, beliau sering menulis essay dan juga kritik dtengan menggunakan Bahasa Melay.

Beliau juga pernah menulis karya ilmiah dengan menggunakan Bahasa Inggris pada jurnal luar negeri. Buku-Buku yang ditulis oleh beliau salah satunya sosiologi sastra. Umar Junus dalam bukunya menjelaskan ietentang corak penyelidikan yang menggunakan sosiologi erusastra yang telah dibagi menjasdi sociology of Literature dan Literascy Sociology.

Sociology of Literature merupakan lingkungan sosial yang masuk ke dalam sastra dan memiliki faktor sosial yang menghasilkam sebuah karya. Sedangkan Literacy Sociology merupakan suatu struktur karya yang memiliki hubungan dengan genre dan juga masyarakat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn