Daftar isi
Bakteri adalah mikroorganisme uniseluler yang dapat ditemukan hampir di setiap sudut planet ini. Ukurannya yang kecil, berkisar dari beberapa mikrometer hingga beberapa nanometer, memungkinkan mereka berkembang biak dengan cepat dan tersebar luas di berbagai habitat.
Bakteri memiliki bentuk dan struktur yang beragam, mulai dari bulat, batang, spiral, hingga berfilamen. Meskipun beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit, sebagian besar bakteri adalah aman bahkan membantu menjaga keseimbangan ekosistem.
Bakteri adalah mikroorganisme yang tersebar luas di berbagai lingkungan, mulai dari tanah hingga dalam tubuh manusia. Mereka memiliki peran penting dalam ekosistem dan kesehatan manusia. Dalam artikel ini, kita akan membahas ciri-ciri utama bakteri yang membedakan mereka dari bentuk kehidupan lain.
1. Ukuran Mikroskopis
Bakteri umumnya memiliki ukuran sangat kecil, hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop. Meskipun demikian, mereka memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, termasuk bentuk batang (bacilli), bulat (cocci), dan spiral (spirilla).
2. Sel Prokariotik
Bakteri adalah organisme prokariotik, yang berarti mereka tidak memiliki membran inti atau organel sel yang dikelilingi oleh membran. Genetik mereka terletak dalam bentuk DNA sirkuler di dalam sitoplasma.
3. Dinding Sel
Hampir semua bakteri memiliki dinding sel yang melindungi dan membentuk struktur sel. Komposisi dinding sel ini dapat berbeda-beda, membedakan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
4. Reproduksi Cepat
Bakteri memiliki kemampuan reproduksi yang sangat cepat melalui proses pembelahan biner. Dalam kondisi yang menguntungkan, bakteri dapat membelah diri setiap 20 hingga 30 menit, memungkinkan populasi berkembang dengan cepat.
5. Kemampuan Metabolisme
Bakteri memiliki beragam kemampuan metabolik. Beberapa mampu menghasilkan energi melalui fotosintesis, sementara yang lain mengandalkan sumber energi organik atau anorganik.
6. Mobilitas
Beberapa bakteri memiliki struktur bergerak yang disebut flagela, yang memungkinkan mereka bergerak menuju atau menjauhi rangsangan tertentu, seperti cahaya atau bahan kimia.
7. Variasi Metabolisme
Bakteri dapat hidup dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk ekstrem. Beberapa bakteri dapat hidup di tempat dengan suhu tinggi (termofilik), konsentrasi garam tinggi (halofilik), atau lingkungan asam (asidofilik).
8. Peran dalam Siklus Nutrien
Bakteri memainkan peran penting dalam siklus nutrien, seperti siklus nitrogen dan siklus karbon. Mereka menguraikan materi organik menjadi senyawa yang dapat diambil oleh organisme lain.
9. Keberadaan di Berbagai Lingkungan
Bakteri dapat ditemukan di berbagai ekosistem, termasuk tanah, air, saluran pencernaan hewan, dan bahkan dalam lapisan permukaan kulit manusia.
10. Penggunaan dalam Teknologi
Beberapa jenis bakteri memiliki aplikasi dalam teknologi. Contohnya, bakteri dapat digunakan dalam produksi makanan fermentasi, produksi antibiotik, dan bahkan dalam proses bioremediasi untuk membersihkan polutan lingkungan.
Berdasarkan bentuk, sifat metabolik, dan karakteristik genetiknya, bakteri dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yang berbeda. Beberapa di antaranya adalah:
Kokus merupakan salah satu bentuk morfologi atau tampilan fisik pada kelompok bakteri yang memiliki ciri-ciri berbentuk bulat atau bundar. Kokus adalah salah satu dari beberapa bentuk umum bakteri, selain juga ada bentuk batang (basaillus) dan spiral (spirillum).
Ukuran kokus bervariasi dari mikrokokus yang sangat kecil hingga streptokokus yang membentuk rantai atau stafilokokus yang mengelompok dalam kelompok-gumpalan. Bakteri kokus biasanya memiliki dinding sel yang tebal dan mengandung peptidoglikan, sebuah senyawa penting yang membantu memberikan bentuk dan kekuatan pada dinding sel.
Bakteri kokus dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi pada manusia. Misalnya, Streptococcus pyogenes menyebabkan infeksi tenggorokan dan infeksi kulit, serta Staphylococcus aureus yang sering terlibat dalam infeksi kulit dan bahkan bisa menyebabkan infeksi yang lebih serius seperti infeksi darah.
Beberapa kokus juga dikenal sebagai bakteri normal yang ada di tubuh manusia, seperti Staphylococcus epidermidis yang merupakan bagian dari flora normal kulit kita. Namun, ketika keseimbangan bakteri ini terganggu, misalnya akibat penurunan sistem kekebalan tubuh atau luka terbuka, bakteri ini bisa menyebabkan infeksi yang merugikan.
Penting untuk memahami bahwa meskipun bakteri kokus banyak yang bersifat patogen dan dapat menyebabkan penyakit, tidak semua kokus berbahaya. Beberapa bahkan memiliki peran positif dalam bidang kesehatan.
Sebagai contoh, beberapa kokus memiliki kemampuan untuk memfermentasi laktosa dan membantu dalam produksi berbagai produk susu fermentasi seperti yogurt dan kefir. Selain itu, beberapa bakteri kokus juga digunakan dalam proses fermentasi makanan lainnya, seperti dalam pembuatan tempe dan kimchi, yang memberikan manfaat bagi pencernaan manusia.
Jadi, meskipun kokus bisa menjadi ancaman kesehatan, ada juga sisi positifnya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan dan produksi makanan yang bermanfaat bagi manusia. Bakteri berbentuk bulat seperti bola, contohnya adalah Streptococcus.
Bakteri berbentuk batang, misalnya Escherichia coli (E. coli). Basil adalah salah satu bentuk morfologi atau tampilan fisik pada bakteri yang memiliki ciri-ciri berbentuk batang. Nama basil sendiri berasal dari kata bahasa Latin “bacillus,” yang berarti tongkat atau batang. Bentuk basil bervariasi dari batang yang panjang dan tipis hingga batang yang lebih pendek dan tebal.
Keberagaman ini memungkinkan bakteri basil untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan peran fungsional dalam ekosistem. Dinding sel basil umumnya mengandung peptidoglikan, yang memberikan struktur dan kekuatan pada sel bakteri tersebut.
Bakteri basil memiliki peran yang penting dalam lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa di antaranya adalah bakteri tanah yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, sehingga menghasilkan nutrisi bagi tanaman.
Selain itu, beberapa basil juga digunakan dalam industri pangan, seperti Bacillus thuringiensis yang digunakan sebagai insektisida alami untuk mengendalikan hama tanaman. Di sisi lain, ada juga beberapa basil yang memiliki potensi patogenik bagi manusia.
Contohnya adalah Escherichia coli (E. coli) yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan dan seringkali dijadikan indikator kualitas air. Selain itu, bakteri basil juga ditemukan di dalam tubuh manusia, termasuk dalam saluran pencernaan, meskipun sebagian besar spesiesnya bersifat komensal atau membantu dalam pencernaan makanan.
Peran basil dalam kehidupan sehari-hari sangat penting, dan pemahaman mengenai sifat-sifat dan karakteristiknya membantu dalam pengembangan strategi pengendalian penyakit, pemanfaatan dalam industri, dan pemeliharaan kesehatan lingkungan.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua basil berbahaya bagi manusia, dan sebenarnya banyak di antaranya memiliki peran yang positif. Studi lanjutan tentang beragam spesies basil dan interaksinya dengan lingkungan akan terus memberikan wawasan baru tentang dunia mikroba yang penuh dengan keragaman dan kompleksitas, serta dampaknya pada kehidupan kita.
Bakteri spiral adalah salah satu bentuk morfologi atau tampilan fisik pada bakteri yang memiliki ciri-ciri berbentuk spiral atau heliks. Bentuk spiral ini memungkinkan bakteri untuk bergerak dengan efisien di lingkungan yang berair, seperti kolam lumpur atau air limbah, serta membantu dalam menjalankan berbagai fungsi biologis.
Bentuk spiral ini diperoleh melalui adaptasi yang kompleks dalam struktur dinding sel bakteri. Contoh umum dari bakteri spiral adalah Treponema pallidum yang merupakan penyebab penyakit sifilis pada manusia dan Borrelia burgdorferi yang menyebabkan penyakit Lyme.
Karakteristik unik dari bentuk spiral ini memberikan bakteri kemampuan bergerak yang lebih baik daripada bakteri dengan bentuk lainnya. Beberapa bakteri spiral memiliki flagela yang terletak di sepanjang permukaan sel, yang berfungsi sebagai struktur bergerak seperti ekor.
Dengan gerakan berputar atau berayun flagela, bakteri spiral dapat bergerak maju atau berbelok sesuai dengan arah geraknya. Kemampuan bergerak ini memungkinkan mereka untuk mencari makanan dan tempat yang sesuai untuk hidup.
Selain itu, beberapa bakteri spiral juga memiliki kemampuan untuk berpindah tempat dengan berputar seperti kawat spiral, memudahkan mereka untuk menembus media yang lebih kental atau bahkan di dalam jaringan tubuh manusia.
Bakteri spiral memiliki peran yang beragam dalam ekosistem dan kesehatan manusia. Beberapa di antaranya membantu dalam proses dekomposisi materi organik di lingkungan dan berkontribusi pada siklus nutrisi.
Namun, ada juga beberapa yang menjadi patogen bagi manusia dan hewan, menyebabkan berbagai penyakit. Studi lebih lanjut tentang bakteri spiral membantu dalam memahami mekanisme infeksi dan penyebarannya, sehingga dapat dikembangkan strategi pengendalian yang lebih efektif.
Pemahaman mendalam tentang berbagai jenis bakteri spiral dan interaksinya dengan lingkungan membuka peluang untuk aplikasi potensial dalam bidang kesehatan, industri, dan lingkungan. Bakteri berbentuk spiral seperti Vibrio cholerae yang menyebabkan kolera.
Bakteri yang memerlukan oksigen untuk melakukan proses metabolisme. Aerob pada bakteri mengacu pada kemampuan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak dalam keberadaan oksigen. Bakteri aerob memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron selama proses respirasi, di mana oksigen berperan dalam menghasilkan energi bagi sel bakteri.
Mekanisme respirasi aerob melibatkan serangkaian reaksi kimia kompleks di dalam sel, yang memecah nutrisi menjadi energi yang dapat digunakan untuk mendukung kehidupan seluler. Kehadiran oksigen memungkinkan bakteri aerob untuk memaksimalkan produksi energi, sehingga mereka biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada bakteri anaerob (yang tidak memerlukan oksigen).
Bakteri aerob memiliki peran yang penting dalam lingkungan dan dalam hubungannya dengan organisme lain. Dalam ekosistem, beberapa bakteri aerob berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, sehingga menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dan makhluk lainnya.
Selain itu, bakteri aerob juga berkontribusi dalam siklus nitrogen, mengubah nitrogen gas menjadi senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh organisme hidup. Namun, beberapa bakteri aerob juga bisa menjadi patogen bagi manusia dan hewan, menyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan dan infeksi kulit.
Di sisi lain, bakteri aerob juga dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi industri dan teknologi, seperti produksi antibiotik, produksi enzim, dan proses bioremediasi untuk membersihkan lingkungan dari polutan.
Kehadiran oksigen dalam lingkungan adalah faktor yang penting dalam menentukan distribusi dan aktivitas bakteri aerob. Beberapa bakteri aerob memiliki adaptasi khusus untuk tumbuh di lingkungan yang kaya oksigen, sementara yang lain dapat tumbuh dalam kondisi yang kurang oksigen (fakultatif anaerob).
Selain itu, perubahan kadar oksigen dalam suatu lingkungan dapat mempengaruhi komposisi bakteri dan berdampak pada dinamika ekosistem. Oleh karena itu, pemahaman tentang bakteri aerob dan perannya dalam berbagai lingkungan sangat penting untuk pengelolaan sumber daya alam, kesehatan manusia, dan pengembangan teknologi yang berkelanjutan.
Anaerob pada bakteri merujuk pada kemampuan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak dalam kondisi tanpa keberadaan oksigen. Bakteri anaerob tidak menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron selama proses respirasi.
Sehingga, mereka mengandalkan senyawa lain sebagai akseptor elektron untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup seluler. Proses respirasi anaerob berbeda dari respirasi aerob, dan umumnya menghasilkan lebih sedikit energi.
Kondisi anaerob ditemukan di lingkungan yang kurang teroksidasi, seperti lumpur dasar rawa, sedimen sungai, dan usus manusia atau hewan. Bakteri anaerob memainkan peran penting dalam siklus nutrisi dan dekomposisi materi organik di lingkungan, serta beberapa di antaranya juga digunakan dalam industri dan teknologi untuk berbagai tujuan, seperti produksi biogas dan fermentasi makanan.
Bakteri anaerob memiliki beragam adaptasi untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang oksigen. Beberapa bakteri anaerob adalah obligat anaerob, yang berarti mereka tidak dapat hidup dalam keberadaan oksigen sama sekali dan akan mati jika terpapar oksigen.
Sementara itu, ada juga bakteri anaerob fakultatif, yang dapat beradaptasi dengan kondisi oksigen jika diperlukan, namun tetap dapat tumbuh dalam kondisi tanpa oksigen. Beberapa bakteri anaerob memiliki mekanisme khusus untuk mengatasi efek toksik oksigen pada sel mereka, seperti enzim peroksidase dan superoksida dismutase yang membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif.
Peran bakteri anaerob dalam ekosistem sangat penting karena mereka berkontribusi dalam proses dekomposisi bahan organik, sehingga menghasilkan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman dan organisme lain. Anaerob merupakan Bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk melakukan proses metabolisme.
Selain itu, bakteri anaerob juga berperan dalam siklus nitrogen, mengubah senyawa nitrogen yang kompleks menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya. Beberapa jenis bakteri anaerob juga memiliki manfaat dalam industri dan teknologi.
Misalnya, beberapa spesies digunakan dalam produksi biogas melalui proses fermentasi, yang merupakan sumber energi terbarukan. Selain itu, beberapa bakteri anaerob juga dimanfaatkan dalam produksi makanan fermentasi, seperti yoghurt, kefir, dan tempe. Pemahaman tentang bakteri anaerob dan potensi manfaatnya memiliki implikasi penting dalam bidang lingkungan, industri, dan kesehatan manusia.
Fakultatif anaerob pada bakteri merujuk pada kelompok mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dan tumbuh baik dalam keberadaan oksigen (aerob) maupun tanpa oksigen (anaerob). Fakultatif anaerob merupakan Bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen.
Bakteri fakultatif anaerob dapat mengalami respirasi aerob jika oksigen tersedia di lingkungannya, menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Namun, ketika lingkungan menjadi kurang teroksidasi dan oksigen tidak tersedia dalam jumlah cukup, bakteri ini dapat beralih ke respirasi anaerob menggunakan senyawa non-oksigen sebagai akseptor elektron.
Bakteri fakultatif anaerob memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan mereka untuk berfungsi dengan baik di dua kondisi yang berbeda tersebut. Di kehadiran oksigen, bakteri ini akan menggunakan jalur respirasi aerobik yang lebih efisien, menghasilkan lebih banyak energi per molekul nutrisi yang diuraikan.
Namun, saat kondisi anaerob, bakteri ini akan menggunakan jalur respirasi anaerobik, yang biasanya menghasilkan lebih sedikit energi. Beberapa contoh bakteri fakultatif anaerob termasuk E. coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus.
Kemampuan adaptasi ini memungkinkan bakteri fakultatif anaerob untuk hidup di berbagai lingkungan, termasuk di dalam tubuh manusia yang mengalami fluktuasi kadar oksigen. Peran bakteri fakultatif anaerob dalam lingkungan dan kesehatan manusia sangat penting.
Di lingkungan, mereka berperan dalam dekomposisi materi organik dan siklus nutrisi. Beberapa jenis bakteri ini juga dimanfaatkan dalam industri dan teknologi, seperti dalam proses fermentasi makanan dan produksi enzim.
Dalam tubuh manusia, beberapa bakteri fakultatif anaerob dapat menjadi bagian dari flora normal, yang berkontribusi dalam pencernaan dan menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Namun, bakteri fakultatif anaerob juga dapat menjadi patogen dan menyebabkan berbagai penyakit, terutama jika mereka masuk ke tempat-tempat yang seharusnya bebas dari bakteri, seperti infeksi saluran kemih atau infeksi paru-paru.
Gram-positif merupakan bakteri yang menyerap pewarnaan kristal violet, seperti Staphylococcus aureus. Gram-positif pada bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang menghasilkan hasil positif saat diuji dengan metode pewarnaan Gram. Metode pewarnaan Gram adalah salah satu teknik dasar dalam mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri berdasarkan karakteristik dinding sel mereka.
Bakteri Gram-positif memiliki dinding sel yang relatif tebal yang mengandung banyak lapisan peptidoglikan. Peptidoglikan adalah senyawa yang memberikan struktur dan kekuatan pada dinding sel bakteri.
Saat diwarnai dengan kristal violet dan iodine, serta di-decolorize dengan etanol atau aseton, bakteri Gram-positif akan tetap berwarna ungu karena peptidoglikan mencegah hilangnya pewarnaan, sehingga mereka tampak positif pada hasil pewarnaan.
Selain dinding sel yang tebal, bakteri Gram-positif memiliki membran plasma dan ruang periplasma yang lebih sederhana daripada bakteri Gram-negatif. Struktur dinding sel yang kaya peptidoglikan memberikan bakteri Gram-positif sifat yang berbeda dibandingkan dengan bakteri Gram-negatif.
Misalnya, bakteri Gram-positif cenderung lebih tahan terhadap tekanan osmotik karena kekuatan dinding sel yang kuat. Selain itu, beberapa bakteri Gram-positif juga menghasilkan senyawa-senyawa yang berperan dalam patogenitas dan membantu bakteri bertahan dalam lingkungan yang beragam.
Beberapa contoh bakteri Gram-positif yang terkenal termasuk Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan Bacillus subtilis. Beberapa dari bakteri ini dapat memiliki peran yang bermanfaat, seperti beberapa spesies Lactobacillus yang membantu dalam pencernaan manusia dan pembuatan produk fermentasi seperti yogurt.
Namun, ada juga beberapa bakteri Gram-positif yang patogenik dan menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, seperti infeksi kulit, infeksi saluran kemih, dan infeksi pernapasan. Pengenalan bakteri Gram-positif dan karakteristik uniknya memiliki peran penting dalam diagnosis penyakit dan pengembangan strategi pengobatan dan pencegahan infeksi.
Gram-negatif merupakan jenis bakteri yang tidak menyerap pewarnaan kristal violet, seperti Escherichia coli. Gram-negatif pada bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang menghasilkan hasil negatif saat diuji dengan metode pewarnaan Gram. Metode pewarnaan Gram adalah salah satu teknik dasar dalam mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri berdasarkan karakteristik dinding sel mereka.
Bakteri Gram-negatif memiliki dinding sel yang relatif tipis yang mengandung lapisan peptidoglikan yang lebih sedikit daripada bakteri Gram-positif. Selain itu, bakteri Gram-negatif memiliki membran plasma yang lebih kompleks dan ruang periplasma yang luas di antara membran dalam dan luar.
Ketika diwarnai dengan kristal violet dan iodine, serta di-decolorize dengan etanol atau aseton, bakteri Gram-negatif akan kehilangan warna ungu karena lapisan tipis peptidoglikan tidak dapat menahan pewarnaan dan akan tampak negatif pada hasil pewarnaan.
Struktur dinding sel yang tipis dan kompleks pada bakteri Gram-negatif memberikan karakteristik khusus. Selain itu, lapisan luar pada bakteri Gram-negatif terdiri dari lipopolisakarida (LPS), yang dikenal sebagai endotoksin dan berperan dalam respon imun.
Ketika bakteri Gram-negatif mati atau pecah, LPS dapat menyebabkan pelepasan toksin yang menyebabkan gejala berbahaya seperti demam dan syok pada manusia. Sifat lipopolisakarida ini juga membuat bakteri Gram-negatif lebih tahan terhadap beberapa jenis antibiotik dibandingkan dengan bakteri Gram-positif.
Beberapa contoh bakteri Gram-negatif yang terkenal termasuk Escherichia coli, Salmonella, dan Pseudomonas aeruginosa. Beberapa dari bakteri ini dapat memiliki peran positif, seperti beberapa spesies E. coli yang berfungsi sebagai flora normal di dalam usus manusia dan membantu dalam proses pencernaan.
Namun, ada juga beberapa bakteri Gram-negatif yang merupakan patogen berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti diare, infeksi saluran kemih, dan infeksi nosokomial (infeksi rumah sakit). Pemahaman tentang bakteri Gram-negatif dan karakteristik uniknya adalah penting untuk penanganan infeksi, pengembangan antibiotik yang efektif, dan pencegahan penyebaran penyakit.
Dalam ekosistem yang kompleks, peran setiap komponen menjadi penting untuk menjaga keseimbangan alam. Salah satu kelompok mikroorganisme yang sering terlupakan tetapi memiliki dampak signifikan adalah bakteri.
Meskipun kecil dan sering tidak terlihat oleh mata telanjang, bakteri memiliki peran yang tak ternilai dalam menjaga kelangsungan hidup dan keseimbangan ekosistem.
Bakteri memainkan peran utama dalam siklus nutrisi alam. Mereka terlibat dalam peluruhan bahan organik menjadi nutrisi yang dapat diambil oleh tanaman.
Proses ini dikenal sebagai dekomposisi, di mana bakteri membantu menguraikan senyawa-senyawa kompleks menjadi elemen yang lebih sederhana seperti nitrogen, fosfor, dan karbon.
Nutrisi yang dihasilkan kemudian diambil oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa bakteri, siklus nutrisi ini akan terganggu dan mengakibatkan penumpukan bahan organik yang tidak terurai.
Bakteri juga terlibat dalam berbagai bentuk simbiosis dengan organisme lain dalam ekosistem. Ada simbiosis mutualisme, di mana kedua belah pihak mendapatkan manfaat dari interaksi tersebut.
Contohnya adalah bakteri dalam akar tanaman yang membentuk nodul nitrogen, membantu tanaman mengambil nitrogen dari udara.
Di sisi lain, bakteri mendapatkan karbohidrat dari tanaman. Ada juga simbiosis parasitisme, di mana bakteri mengambil keuntungan dari inangnya tanpa memberikan manfaat seimbang.
Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan unik untuk membersihkan lingkungan dari polutan dan limbah. Proses ini dikenal sebagai bioremediasi.
Bakteri ini dapat menguraikan senyawa kimia berbahaya seperti minyak, logam berat, dan bahan kimia sintetis dalam lingkungan. Keberadaan mereka membantu mengurangi dampak negatif pencemaran lingkungan dan menjaga kualitas ekosistem.
Bakteri juga terlibat dalam siklus karbon, yang merupakan salah satu aspek penting dalam regulasi iklim global. Proses dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri menghasilkan karbon dioksida (CO2) ke atmosfer.
Di sisi lain, bakteri fotosintetik seperti cyanobacteria mengambil CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi bahan organik melalui fotosintesis. Keseimbangan antara kedua proses ini memiliki dampak pada konsentrasi CO2 di atmosfer, yang berpengaruh pada perubahan iklim.