Belt and Road Initiative (BRI): Pengertian – Tujuan dan Jaringan Infrastruktur

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dilantiknya Xi Jinping sebagai presiden baru Republik Rakyat Tiongkok pada 14 Maret 2013, seolah menjadi angin segar bagi kemajuan Tiongkok hingga hari ini. Selama kepemimpinannya, muncul berbagai terobosan baru yang mendukung kemajuan Tiongkok, terutama bidang perekonomian. Salah satu program yang ia buat adalah Belt and Road Initiative.

Pengertian

Belt and Road Initiatine (BRI) adalah strategi kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok dengan berbagai negara di dunia guna membangun jalur perdagangan yang dahulu merupakan jalur perdagangan dari eropa ke Cina.

Fokus utama BRI adalah pada investasi infrastruktur, material konstruksi, kereta api, jalan raya, real estate, mobil, jaringan listrik, besi, dan baja. BRI merupakan proyek strategi pembangunan infrastruktur ekonomi dan komersial global yang berfokus pada peningkatan konektivitas dan kerja sama antara banyak negara yang tersebar di benua Asia, Afrika, dan Eropa.

Tujuan Pembentukan Belt and Road Initiative

Pada September 2013, inisiatif BRI telah diresmikan oleh Xi Jinping selaku pemimpin tertinggi dan sekretaris jenderal Partai Komunis China (PKC) selama kunjungan ke Kazakhtan dan Indonesia. Inisiatif BRI menjadi diliput secara intensif oleh media pemerintah Tiongkok, dan sering menjadi highlight di media Harian Rakyat pada tahun 2016.

Tujuan utama dari dibentuknya inisiatif BRI adalah untuk membangun pasar besar yang bersatu serta memanfaatkan pasar internasional dan domestik secara penuh dan maksimal, dengan melakukan pertukaran dan integrasi budaya, guna meningkatkan sikap saling pengertian dan percaya antar negara-negara anggota BRI, yang nantinya akan menghasilkan pola inovatif arus masuk modal, komunitas talenta, dan basis data teknologi.

Inisiatif BRI merupakan upaya dalam mengatasi kesenjangan infrastruktur yang nantinya berpotensi mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara di seluruh Asia Pasifik, Afrika, serta Eropa Timur dan Tengah. World Pensions Council (WPC) menerbitkan sebuah laporan yang memperkirakan bahwa Asia, China tidak termasuk di dalamnya, masih memerlukan banyak investasi infrastruktur mencapai 900 miliar dolar AS per tahun selama dekade berikutnya, yang sebagian besar berwujud utang, yakni 50% di atas tingkat belanja infrastruktur saat ini.

Selain itu, kebutuhan akan modal jangka panjang menjadi alasan mengapa banyak negara-negara di Asia dan Eropa Timur dengan senang hati menyatakan minat mereka untuk bergabung dengan lembaga keuangan internasional baru yang hanya berfokus pada aset nyata dan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh infrastruktur.

Meski pun demikian, pada 2017, beberapa pakar dan media telah mencantumkan BRI sebagai salah satu proyek infrastruktur dan investasi terbesar sepanjang sejarah, yang mencakup lebih dari 68 negara di dunia, 65% populasi dunia, dan 40% produksi domestik bruto global.

Selain sebagai upaya megurangi ketergantungan pada Amerika Serikat, pengembangan terhadap infrastruktur di negara-negara Asia dan penggunaan Renminbi sebagai mata uang transaksi internasional juga menjadi upaya memperkuat hubungan diplomatik yang nantinya akan menciptakan pasar baru untuk produk-produk China. Mengekspor kapasitas industri surplus, dan pengintegrasian negara-negara yang kaya komoditas agar lebih dekat ke ekonomi China. Semua itu merupakan tujuan dari inisiatif BRI.

Struktur Keuangan

Terdapat tiga komponen utama yang membangun struktur keuangan Belt and Road Initiative (BRI), yaitu Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), dana Jalur Sutra (Silk Road Fund), dan utang berkelanjutan (debt sustainability). Ketiganya memiliki peranan penting dalam menopang dan membiayai berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang telah dicanangkan BRI.

Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)

Pada Oktober 2013, diusulkan tentang pendirian sebuah bank pembangunan yang didedikasikan guna memberikan pinjaman untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur, yang dinamakan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).

Pada 2015, pemerintah Tiongkok mengumumkan bahwa telah digelontorkan sejumlah anggaran sejumlah lebih dari 1 triliun yuan atau setara dengan 160 miliar dolar AS terkait proyek infrastruktur yang sedang dalam tahap perencanaan.

Tujuan utama didirikannya AIIB adalah untuk mengatasi masalah anggaran terkait pembangunan infrastruktur yang sedang berkembang di seluruh Asia, meningkatkan integrasi regional, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan akses publik ke layanan sosial.

Dana Jalur Sutra (Silk Road Fund)

Pada November 2014, Xi JInping mengumumkan tentang dana pembangunan sebesar 40 miliar dolar AS, yang nantinya akan terpisah dari bank pembangunan dan bukan bagian dari investasi CPEC (China-Pakistan Economic Corridor) pula.

Cara kerja Silk Road Fund adalah dengan menginvestasikan dana pada proyek bisnis daripada meminjamkannya. Proyek PLTA Karot sepanjang 50 km (30 mil) dari Islamabad, Pakistan merupakan proyek pertama Silk Road Fund. 

Pemerintah Tiongkok menjanjikan sedikitnya 350 juta dolar AS kepada Pakistan pada 2030 nanti untuk membiayai proyek tersebut, di mana pada Januari 2016 Perusahaan Konstruksi Sanxia sudah mulai pengerjaan proyek tersebut.

Utang Keberlanjutan (Debt Sustainability)

Pada 2017, Tiongkok bergabung dengan G20 Operational Guidelines untuk Pembiayaan Berkelanjutan, dan pada 2019 bergabung dengan G20 Principles untuk Investasi Infrastruktur Berkualitas. Menurut Center for Global Development, kerangka baru dari China’s Debt Sustainability identik dengan kerangka milik Bank Dunia dan IMF.

Kepala ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart menyatakan bahwa 60% pinjaman dari bank-bank Tiongkok diperuntukkan bagi negara-negara berkembang di mana pinjaman tersebut dinegosiasikan secara bilateral antar dua negara.

Sekarang Tiongkok menjadi negara pemberi pinjaman terbesar di dunia, di mana pinjaman tersebut didukung oleh agunan, seperti hak atas tambang, pelabuhan atau uang. Istilah tersebut banyak menjadi sorotan karena Tiongkok dianggap sengaja melakukan diplomasi jebakan utang, namun para pakar dan peneliti membantahnya karena tidak adanya bukti yang menuju ke arah tuduhan tersebut.

Sejak tahun 2000, debt sustainability telah menyumbang setidaknya 2 hingga 3 persen dari total pinjaman yang telah dikeluarkan Tiongkok untu negara-negara di Afrika. Selain itu, bantuan luar negeri Tiongkok juga menjadi topik kontroversial di negara mereka, mengingat mereka memiliki daerah sendiri dengan standar kemiskinan tertentu.

Jaringan Infrastruktur Belt and Road Initiative

Pertama kali diresmikan pada tahun 2013 dengan tujuan memulihkan Jalur Sutra kuno yang menghubungkan Asia dan Eropa, China telah memperluas ruang lingkup proyek selama bertahun-tahun guna memasukkan wilayah-wilayah baru ke dalamnya.

Lebih sering disebut dengan Belt and Road Initiative (BRI), proyek ini melakukan banyak pembangunan pada jaringan besar, seperti jalan raya, pelabuhan, kereta api, jaringan pipa minyak dan gas, jaringan listrik, dan proyek-proyek infrastruktur terkait lainnya.

Pemerintah Tiongkok membagi jalur perdagangan tersebut ke dalam enam koridor. Berikut ke enam koridor tersebut.

  • Koridor Semenanjung China  Indocina, merupakan rute yang menghubungkan China Selatan ke Singapura melalui Indo-China.
  • Koridor Ekonomi Tiongkok  Pakistan, merupakan rute yang menghubungkan Tiongkok Barat Daya melalui jalur laut Pakistan ke kawasan Arab. Dana senilai 62 miliar dolar AS digelontorkan untuk mensukseskan proyek infrastruktur di seluruh Pakistan, dengan tujuan untuk memodernisasi jaringan transportasi, infrastruktur energi dan ekonomi Pakistan secara cepat. Pada 13 November 2016, CPEC mulai beroperasi sebagian yang mengangkut kargo Tiongkok lewat jalur darat menuju Pelabuhan Gwadar yang selanjutnya akan melakukan pengiriman maritim ke Afrika dan Asia Barat.
  • Koridor Bangladesh  Tiongkok  India  Myanmar, merupakan rute yang menghubungkan Tiongkok Selatan ke India melalui Bangladesh dan Myanmar.
  • Jembatan Tanah Eurasia Baru, merupakan rute yang menghubungkan Cina Barat ke Rusia Barat melalui Kazakhstan. Termasuk jalur kereta yang melalui daerah otonomi Xinjiang Tiongkok, Kazakhstan, Rusia, Belarusia, Polandia, dan Jerman.
  • Koridor Tiongkok  Mongolia  Rusia, merupakan rute yang menghubungkan Tiongkok Utara ke Rusia Timur melalui Mongolia. Rute ini merupakan proyek Russia-China Investment yang didirikan oleh pemerintah Rusia (Russia Direct Investment Fund) dan salah satu agen investasi pemerintah Tiongkok (China’s Investment Corporation) pada 2012 sebagai bentuk kerjasama integrasi bilateral dari kedua negara.
  • Koridor Tiongkok  Asia Tengah  Asia Barat, merupakan rute yang menghubungkan Tiongkok Barat ke Turki melalui negara-negara Asia Tengah dan Barat.

Sabuk Ekonomi Jalur Sutera

Pada kunjungan Xi Jinping ke Astana, Kazakhstan dan negara-negara di Asia Tenggara bulan September hingga Oktober 2013 lalu, ia mengusulkan sebuah inisiatif tentang adanya pembangunan kawasan ekonomi baru, yang ia sebut dengan “Sabuk Ekonomi Jalur Sutra”.

Wilayah ‘Sabuk” mencakup negara-negara yang berada di Jalur Sutra asli, yang melalui Asia Tengah, Asia Barat, Timur Tengah, dan Eropa. Jinping menilai bahwa inisiatif ini akan menciptakan kawasan ekonomi yang kohesif yang di atasnya akan dibangun jalur kereta api, jalan raya besar, dan infrastruktur lunak lainnya, yang nantinya akan meningkatkan pertukaran budaya dan memperluas perdagangan.

Zona Sabuk Ekonomi Jalur Sutra akan diperluas hingga ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Terdapat tiga kawasan sabuk yang sudah diusulkan, pertama sabuk utara yang melewati Asia Tengah dan Rusia lalu ke Eropa. Kedua sabuk tengah, merupakan rute yang melewati Asia Tengah dan Asia Barat hingga ke Teluk Persia dan Mediterania. Yang terakhir adalah sabuk selatan, yang membentang dari Tiongkok melewati Asia Selatan hingga ke Samudra Hindia yang terlebih dahulu melewati Pakistan.

Jalur Sutra Maritim Abad 21

Jalur Sutra Maritim Abad 21 merupakan inisiatif pelengkap dari Tiongkok yang bertujuan untuk mendorong investasi dan kolaborasi negara-negara di Asia Tenggara, Oceania, dan Afrika melalui beberapa perairan yang berdekatan, seperti Laut China Selatan, Samudra Pasifik Selatan, dan wilayah sekitar Samudra Hindia.

Dari sudut pandang pemerintah Tiongkok, Afrika memiliki peran penting sebagai pasar, pemasok bahan baku, dan platform yang memperluas Jalur Maritim Sutra baru. Tiongkok memiliki kontribusi besar di banyak wilayah di Afrika dalam hal pembangunan dan pengoperasian rute kereta api, jalan raya, bandara, dan industri. 

Di beberapa negara seperti Zambia, Ghana, dan Ethiopia, beberapa bendungan telah dibangun dengan bantuan pemerintah Tiongkok pula. Tiongkok juga mendanai pembangunan gedung tertinggi di Afrika, Menara Pinnacle di Nairobi.

Jalan Sutra Es

Jalur Sutra Es adalah salah satu dari sekian banyak proyek kerjasama Rusia dan Tiongkok yang akan dibangun rute di sepanjang Rute Laut Utara di Kutub Utara, yakni jalur maritim di sepanjang perairan teritorial Rusia.

China COSCO Shipping Corp telah menyelesaikan beberapa uji coba perjalanan di rute pengiriman Arktik. Selain itu, China dan Rusia juga bekerja sama dalam industri eksplorasi minyak dan gas di kawasan tersebut guna memajukan kolaborasi komprehensif keduanya dalam hal pembangunan infrastruktur, pariwisata, dan ekspedisi ilmiah.

Jaringan Super

Jaringan super merupakan salah satu proyek BRI yang bertujuan untuk mengembangkan enam jaringan listrik bertegangan ultra tinggi di seluruh kawasan Asia, seperti Tiongkok dan kawasan Asia Timur Laut, Asia Tenggara, Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah. Salah satu komponen yang digunakan dalam jaringan ini adalah sumber daya tenaga angin di Asia Tengah.

Pro dan Kontra

Setiap kebijakan dan program pasti ada pro maupun kontra yang menyertainya. Tiongkok yang kini perlahan menjadi negara maju, membuat beberapa negara merasa terancam akibat keberadaannya. Segala upaya dilakukan agar program dan kebijakan yang dicanangkan oleh Tiongkok tidak berjalan semestinya.

Belt and Road yang telah berjalan hampir satu dekade masih menjadi polemik, khususnya Amerika Serikat. Namun demikian, masih ada begitu banyak negara, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa yang mendukung berjalannya BRI.

  • Kubu Pro

Hingga tahun 2022, telah ada lebih dari 130 negara yang mengeluarkan pengesahan terkait proyek BRI. Rusia menjadi negara pertama yang menjadi mitra Tiongkok engan 150 proyek bersama, termasuk pipa gas alam dan Jalur Sutra Es. Pada Maret 2015, pemerintah Rusia yang diwakili oleh Igor Shuvalov, Deputi Perdana Menteri Pertama Rusia, menyatakan bahwa bentuk kejasama tersebut merupakan sebuah peluang bagi Persatuan Ekonomi Eurasia.

Pada pertemuan bulan Juni 2016 dengan Xi Jinping, Presiden Polandia Andrzej Duda menyatakan bahwa perusahaan Polandia akan mendapatkan banyak keuntungan dari Belt and Road Initiative. Selama pertemuan, keduanya, Xi dan Duda menandatangani deklarasi kemitraan strategis di mana mereka menegaskan kembali bahwa Polandia dan Tiongkok merupakan mitra strategis jangka panjang.

Singapura sebagai negara kaya yang tidak memerlukan bantuan teknis atau pembiayaan eksternal secara besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur negaranya, berulang kali menunjukkan dukungannya kepada BRI dengan bekerja sama dalam berbagai proyek terkait upaya mencapai relevansi global, serta memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara penerima BRI, di mana hal ini menjadi inovasi terbesar proyek tersebut. Alasan lain yang mendasari Singapura ikut berkontribusi adalah untuk memastikan agar ekonomi Asia tidak didominasi oleh satu negara saja.

Tiongkok juga menjalin hubungan dengan Filipina, yang notabene memiliki kaitan historis dengan Amerika Serikat, untuk memberikan dukungan pada BRI terkait pencarian dominasi Laut Chin Selatan. Dalam kerjasama tersebut, Filipina menyesuaikan kebijakannya untuk mendukung klaim Tiongkok atas Laut China Selatan di bawah Presiden Rodrigo Duterte.

  • Kubu Kontra

Sebagai tanggapan dan antisipasi, pada 2019, Amerika Serikat, Australia, dan Jepang membentuk suatu inisiatif sebagai tandingan BRI yang dinamai Blue Dot Network, dan pada 2021 diikuti oleh pembentukan G7 Build back Better World.

Strategi “Free and Open Indo-Pacific” (FOIP) juga diusulkan oleh Amerika Serikat sebagai kontra-inisiatif terhadap BRI. Terdapat 3 pilar strategi yang Amerika Serikat buat, yaitu keamanan, ekonomi, dan tata kelola.

Namun, pada awal 2019, terjadi perubahan dari yang awalnya 3 strategi kini menjadi 4 strategi, d iantaranya penghormatan terhadap kedaulatan dan kemerdekaan, penyelesaian sengketa secara damai, perdagangan bebas, adil, dan timbal balik, terakhir kepatuhan terhadap aturan dan norma internasional.

Sementara India telah berulang kali menolak inisiatif Belt and Road tersebut. Secara khusus, pihak otoritas India menyatakan bahwa proyek Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan dinilai mengabaikan kedaulatan dan integritas teritorial New Delhi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn