Karakteristik Asia Tenggara Berdasarkan Berbagai Bidang

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Asia Tenggara membentang luas sekitar 4.500.000 km2 dari barat laut ke tenggara. Terdiri atas sebelas negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, Brunei, dan Timor Timur.

Tercatat pada 2021, sekitar 676 juta orang tinggal di kawasan ini, dengan lebih dari seperlima (143 juta) terkonsentrasi di Pulau Jawa, Indonesia.

Kawasan ini menjadi rumah bagi ribuan etnis dengan bahasa, budaya, dan gaya berpakaian yang berbeda. Serta sistem kepercayaan dan praktik keagamaan masing-masing.

Geografis

Pembagian & Batas Kawasan

Asia Tenggara secara geografis terbagi menjadi dua sub-kawasan, yakni daratan dan kepulauan. Wilayah daratan di Asia Tenggara terdiri atas Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Singapura.

Sementara wilayah kepulauan di Asia Tenggara terdiri atas Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Timor Timur.

Asia Tenggara berada di antara Benua Asia dan Benua Asutralia, serta Samudera Pasifik dan India. Secara astronomi, kawasan Asia Tenggara berada di antara 28° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT.

Wilayah ini dibatasi oleh beberapa kawasan, antara lain bagian utara dibatasi oleh wilayah China daratan, bagian timur berbatasan dengan Papua Nugini dan Samudera Pasifik, bagian selatan berbatasan dengan Benua Australia dan Samudera Hindia, dan bagian barat berbatasan dengan India dan Samudera Hindia.

Taiwan dan Pulau Hainan secara geografis seharusnya termasuk dalam kawasan Asia Tenggara. Lantaran adanya kepentingan politik, Taiwan dan Pulau Hainan sering kali dimasukkan ke dalam kawasan Asia Timur.

Begitu pula dengan Kepulauan Cocos dan Pulau Natal yang terletak di selatan Pulau Jawa. Oleh beberapa pihak, keduanya dikatakan termasuk dalam kawasan Asia Tenggara, meski secara politik berada di bawah administrasi Asutralia.

Pulau Papua juga sering menjadi perdebatan, di mana wilayah tersebut secara politik dimasukkan ke dalam kawasan Asia Tenggara. Meski secara geologi bukan termasuk ke dalam benua Asia, melainkan Oceania.

Iklim

Sebagian besar kawasan Asia Tenggara beriklim tropis dengan curah hujan melimpah. Setiap tahunnya, Asia Tenggara akan mengalami pergantian antara musim hujan dan musim kemarau akibat angin muson. Selain itu, sabuk hujan tropis di kawasan Asia Tenggara menyebabkan curah hujan tambahan selama musim hujan.

Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan paling rentan terhadap perubahan iklim dunia. Perubahan iklim ini akan berdampak besar pada sektor pertanian di Asia Tenggara, terutama sistem irigasi, serta kualitas dan pasokan air.

Tidak hanya itu, perubahan iklim juga menjadi ancaman tersendiri bagi industri perikanan. Hal ini diperburuk dengan ketertinggalan negara-negara di Asia Tenggara terkait langkah-langkah mitigasi terhadap iklim mereka.

Keanekaragam Hayati

Iklim Asia Tenggara yang cenderung hangat dan lembab, menjadikan kawasan ini rumah yang nyaman bagi beberapa satwa liar.

Di Pulau Sumatra dan Kalimantan dapat kita temui orangutan, gajah Asia, tapir Malaya, macan dahan Kalimantan,  dan badak Sumatra. Enam subspesies binturong juga dapat ditemukan wilayah tersebut.

Komodo, satu-satunya hewan purba yang tersisa di dunia juga dapat ditemui di Asia Tenggara, khususnya di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Elang Filipina, elang terbesar di dunia menurut para ilmuwan, merupakan endemik di hutan Filipina.

Kerbau liar banyak tersebar di seluruh kawasan Asia Tenggara. Kancil juga dapat dijumpai di beberapa wilayah, seperti Pulau Palawan (Filipina), Pulau Kalimantan dan Sumatra (Indonesia). Gaur, lembu raksasa, tersebar terutama di kawasan Indochina.

Beberapa spesies burung seperti merak hijau dan drongo, sebagian besar hidup di subkawasan Indonesia bagian timur. Selain itu, dapat dijumpai pula babi rusa, babi bergading empat, di hutan-hutan Indonesia.

Perairan di Asia Tenggara tercatat sebagai kawasan dengan ekosistem laut dan keanekaragaman hayati terbanyak di dunia. Asia Tenggara memiliki kawasan bernama “Coral Triangle”, merupakan kawasan berbentuk segitiga di perairan tropis sekitar Filipina, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.

Terdapat setidaknya 500 spesies karang pembentuk terumbu di setiap ekoregion, berbagai spesies ikan, dan moluska yang melimpah. Menurut berbagai survei, Raja Ampat (Indonesia) tercatat sebagai wilayah perairan dengan keanekaragaman biota laut tertinggi di bumi.

Demografis

Kelompok Etnis

Penduduk di kawasan Asia Tenggara terbagi menjadi empat etnolinguistis, antara lain Austronesia, Austroasiatik, Tibeto-Burman, dan Thai. Sejumlah kecil lainnya seperti Hmong-Mien, Tionghoa, Dravida, Eurasia, Indo-Arya, dan Papua juga menghuni kawasan Asia Tenggara.

Suku Jawa menjadi kelompok etnis terbesar di kawasan Asia Tenggara, sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa yakni lebih dari 100 juta jiwa. Selain itu, Indonesia masih memiliki lebih dari 300 kelompok etnis lain, seperti etnis Sunda, Madura, Minangkabau, Bali, Bugis, Batak, Dayak, Melayu, Ambon, dan masih banyak lagi.

Malaysia secara demografis terbagi atas lebih dari 50% orang Melayu, 22% Tionghoa, India sekitar 6%, 12% orang Bumiputera lainnya, Dayak, dan Kadazan.

Singapura dan Brunei secara demografis penduduknya mirip dengan Malaysia, namun etnis Tionghoa menjadi mayoritas penduduk di Singapura. Sementara Brunei mayoritas penduduknya adalah orang Melayu.

Filipina tidak memiliki kelompok etnis mayoritas, namun memiliki empat kelompok etnolinguistik terbesar, yaitu Tagalog, Visayas, Ilocanos, dan Bicolanos.

Sementara Thailand menyumbang etnis terbesar ketiga Asia Tenggara dengan sekitar 59 juta penduduk, yakni Thai, yang juga menjadi kelompok mayoritas di Thailand. Thailand juga menjadi rumah bagi lebih dari 70 kelompok etnolinguistik seperti Melayu Patani, Khmer Utara, Hmong, Karen, dan Tionghoa.

Etnis Vietnam (orang Kinh) menjadi kelompok etnis terbesar kedua di kawasan Asia Tenggara, dengan sekitar 86 juta penduduk yang sebagian besar tinggal di Vietnam.

Orang Burma menyumbang lebih dari dua pertiga populasi di Myanmar. Selain itu ada beberapa etnis yang mendiami Myanmar, seperti Rohingya, Kayah, Takhime, Chin, dan Shan.  

Kamboja menjadi salah satu negara paling homogen di Asia Tenggara, 90% populasi negara ini didiami oleh orang Khmer. Sisanya, populasi Myanmar dibentuk oleh etnis Cham, Vietnam, dan berbagai suku pedalaman lainnya.

Agama

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara mempraktikkan beberapa agama berbeda. Islam menjadi agama yang paling banyak dianut, dengan jumlah kurang lebih 240 juta pemeluk atau sekitar 40% dari seluruh penduduk di Asia Tenggara. Mereka terkonsentrasi di Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina Selatan dan Thailand Selatan.

Buddha menempati posisi kedua sebagai agama terbesar di Asia Tenggara dengan 205 juta pemeluk. Sekitar 38% Buddhis secara global berada di Asia Tenggara. Mereka sebagian besar berada di Vietnam, Thailand, Singapura, dan Myanmar.

Pemujan terhadap roh leluhur dan Konfusianisme juga banyak dipraktikkan di Singapura dan Vietnam. Sebagian komunitas Tionghoa di Malaysia, Singapura, dan Thailand juga mempraktikkan Taoisme dan agama rakyat, seperti Mazuisme.

Kristen dan Katolik menjadi agama yang banyak dianut oleh penduduk Filipina, Indonesia bagian Timur, Timor Timur, dan Malaysia Timur. Pada Oktober 2019, di kawasan Asia Tenggara jumlah mereka mencapai 156 juta.

Ada beberapa masyarakat di Singapura, Indonesia, dan Filipina yang juga mempraktikkan Yudaisme. Zoroastrianisme juga dipraktikkan oleh sebagian populasi kecil di Singapura. Baha’i juga dipraktikkan oleh sebagian kecil penduduk di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sementara Hindu menjadi agama paling dominan di Bali, Indonesia, dan sebagian kecil di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Keyakinan Sikhiesme juga banyak dianut oleh diaspora India Utara (Punjab), khususnya di Malaysia dan Singapura.

Bahasa

Terdapat hampir 800 bahasa asli di kawasan Asia Tenggara. Masing-masing bahasa tersebut telah dipengaruhi oleh adanya tekanan budaya akibat dari imigrasi, perdagangan, dan sejarah kolinisasi.

Indonesia sebagai negara terbesar, otomatis menjadikannya sebagai negara dengan bahasa terbanyak. Bahasa Indonesia secara resmi digunakan sebagai bahasa nasional.

Namun, dalam kesehariannya, masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing, seperti bahasa Jawa, Sunda, Batak, Bali, Melayu, dan lebih dari 700 bahasa daerah lainnya.

Malaysia, Singapura, dan Brunei hampir sama, mereka banyak  menggunakan bahasa seperti Melayu, Mandarin, Inggris, Tamil, Indonesia dan lainnya.

Timor Timur lebih sering menggunakan bahasa Tetun, Portugis, Indonesia, dan bahasa daerah lainnya. Filipina banyak menggunakan bahasa Tagalog, Inggris, Spanyol, Bisayan, dan berbagai bahasa daerah lainnya.

Tahailad didominasi oleh bahasa Thai, diikuti Isan, Khmer, Melayu, Karen, Hmong, dan lainnya. Kamboja banyak menggunakan bahasa Khmer, Inggris, rancis, Vietnam, dan lain-lain. Laos juga didominasi oleh bahasa Laos, Prancis, Thailand, Vietna, dan bahasa daerah lainnya.

Orang-orang di Vietnam mereka terbiasa menggunakan bahasa Vietnam, diikuti Kanton, Khmer, Hmong, Thai, Cham, dan lainnya. Sementara Myanmar juga lebih banyak menuturkan bahasa Burma, kemudian Shan, Rakhine, Kachin, dan bahasa minoritas lainnya.

Ekonomi

Jauh sebelum penetrasi kepentingan Eropa, kawasan Asia Tenggara telah menjadi bagian penting dalam sistem perdagangan dunia. Utamanya adalah komoditas rempah, seperti lada, jahe, cengkeh, dan pala.

Namun, imperialisme yang terjadi Asia Tenggara menggeser produksi komoditas utama wilayah ini, seperti perkebunan, pertanian, dan pertambangan.

Industri manufaktur dan jasa menjadi komoditas penting setelahnya. Kemudian terciptalah negara-negara industri baru seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Singapura dan Brunei telah lebih dulu memiliki ekonomi maju.

Selain itu, sektor pariwisata menjadi faktor kunci dalam pembangunan ekonomi di banyak negara Asia Tenggara.

Pada 1995, Singapura menjadi pemimpin regional terkait penerimaan pariwisata dengan PDB lebih dari 8% lalu turun menjadi kurang dari 6% pada 1998. Sementara Thailand dan Laos menerima lebih dari 7% dari PDB.

Sejak tahun 2000, Kamboja mampu melampaui pendapatan negara ASEAN lainnya, yakni hampir 15% dari PDB awal yang berasal dari sektor pariwisata mereka pada 2006.

Vietnam kini dianggap sebagai kekuatan baru di Asia Tenggara terkait perkembangan peluang investasi asing dan sektor pariwisata mereka.

Pada 2002, Malaysia dibantu Proton menjadi negara ke-11 dunia dan satu-satunya di ASEAN yang mampu merancang, merekayasa, memproduksi, dan mengekspor mobil. Pada 2014, Malaysia menjadi produsen fotovoltaik (pembangkit listrik tenaga surya) terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan Uni Eropa. Pada 2022, Petronas, perusahaan minyak dan gas Malaysia, menempati peringkat ke-8 di dunia.

Pada 2010, pasar saham di Asia Tenggara memiliki kinerja lebih baik dibanding di kawasan Asia Pasifik lainnya. PSE Filipina memimpin dengan pertumbuhan sebesar 22%, diikuti SET Thailand sebesar 21%, dan JKSE Indonesia sebesar 19%.

Pada awal abad ke-21, Indonesia tumbuh menjadi negara dengan ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara, serta menjadi ekonomi pasar baru dunia.

Dengan perkiraan PDB mencapai US$1.389 triliun (nominal) atau US$4.374 triliun (PPP), serta PDB per kapita sebesar US$5.006 (nominal) atau US$15.766 (PPP) pada 2023.

Namun demikian, Singapura tetap menjadi negara terdepan di kawasan Asia Tenggara dengan PDB per kapita sebesar US$ 84.500 (nominal) atau US$140.280 (PPP), diikuti Brunei dengan US$ 41.713 (nominal) atau US$ 79.408 (PPP), dan Malaysia dengan US$ $13.942 (nominal) atau US$33.353 (PPP) di tahun 2023.

Pada 2023, PDB per kapita kawasan Asia Tenggara mencapai US$5.017, setara dengan Irak, Afrika Selatan, dan Georgia. Malaysia menjadi negara dengan biaya hidup terendah di kawasan Asia Tenggara. Sementara Singapura menjadi negara dengan biaya hidup termahal, diikuti Thailand dan Filipina.

Budaya

Seni Pertunjukan

Sebagian besar seni tari di Asia Tenggara mencakup gerakan tangan dan kaki, guna mengekspresikan emosi dan makna dari cerita yang hendak disampaikan.

Tarian-tarian tersebut awalnya diperkenalkan di istana masing-masing kerajaan di Asia Tenggara. Diantaranya tari Apsara dari Kamboja, tari Lamvong dari Laos, tari Gambyong dari Indonesia, tari Ram Thai dari Thailand, dan masih banyak lagi.

Negara-negara di Asia Tenggara juga memiliki seni pertunjukan tradisional yang beragam, antara lain Anyeint dari Myanmar, Wayang dari Indonesia, Ca Tru dari Vietnam, Ibu Lam dari Laos, Sbek Thom dari Kamboja, Singkol dari Filipina, dan Khon dari Thailand.

Seni Musik

Keberagaman etnis dan budaya menghasilkan perbedaan terhadap genre musik tradisional setiap negara di Asia Tenggara. Sebagian besar musik mereka dipengaruhi oleh genre musik di luar wilayah geografis mereka. Mayoritas genre tersebut antara lain ansambel gong dan orkestra tradisional.

Diantara orkestra tradisional tersebut antara lain gamelan dan angklung yang berasal dari Indonesia. Sedangkan ansambel diantaranya seperti piphat dan pinpeat dari Thailand dan Kamboja, ansambel kulintang dari Kalimantan, Sulawesi, dan Filipina. Ketiga gaya musik utama tersebut telah memengaruhi perkembangan gaya musik tradisional lainnya di wilayah masing-masing.

Aksara

Sejarah awal penggunaan aksara oleh masyarakat Asia Tenggara pertama kali dipengaruhi oleh orang-orang India yang bermigrasi ke kawasan ini. Hal ini terlihat dalam berbagai jenis tulisan Brahmi, seperti aksara tradisional Bali yang banyak ditemukan pada naskah-naskah kuno berdaun lontar.

Kebudayaan ini kemudian meluas hampir ke seluruh kawasan Asia Tenggara, sebelum penemuan kertas oleh bangsa Tiongkok. Hingga kedatangan bangsa Eropa ke Asia Tenggara membawa pengaruh terhadap penggunaan abjad latin dan penggunaan kertas dalam hal penulisan.

Fenomena ini berlangsung hingga kini, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura yang kini lebih banyak menulis menggunakan aksara latin.

Sementara Vietnam, dulu dan sekarang, menggunakan aksara Tionghoa sebagai pengantar sehari-hari. Begitu pula minoritas etnis Tionghoa di Singapura dan Malaysia yang sebagian pengantarnya menggunakan aksara Tionghoa.

fbWhatsappTwitterLinkedIn