Pancasila merupakan lima prinsip yang dipegang oleh Bangsa Indonesia. Pancasila dirumuskan menjelang kemerdekaan Indonesia. Namun, pada praktiknya, penerapan pengamalan nilai-nilai Pancasila sudah ada sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.
Bahkan pengamalan nilai-nilai Pancasila sudah ada ketika Indonesia mengalami masa Kerajaan. Hal ini dikarenakan rumusan yang terdapat pada Pancasila, pada dasarnya berasal dari kebiasaan atau nilai yang sudah tertanam sejak dulu.
Nilai-nilai ini terus dijaga oleh leluhur dan diwariskan kepada anak cucunya. Salah satu bukti pengamalan Pancasila telah ada pada masa Kerajaan yakni pada Kerajaan Demak. Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan Demak menjadi Kerajaan islam pertama serta terbesar yang ada di pesisir utara Pulau Jawa.
Demak menjadi Kerajaan pertama yang menyebarkan agama islam di wilayah Jawa. Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Demak hanyalah sebuah Kadipaten. Pada tahun 1478 M, Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah. Raden Patah merupakan anak Raja Majapahit yang bernama Prabu Kertabumi. Ketika itu, nilai-nilai Pancasila sudah diterapkan di lingkungan kerajaan Demak. Baik pada aktivitas Kerajaan maupun warganya.
Berikut ini nilai-nilai Pancasila pada Masa Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak merupakan salah satu Kerajaan Islam. Hal ini membuktikan bahwa Kerajaan Demak menganut ajaran bahwa Tuhan itu Esa yakni Allah. Kerajaan Demak percaya bahwa Tuhan itu ada. Berkembangnya ajaran agama Islam di Kerajaan Demak dengan cara damai. Ajaran agama islam hidup berdampingan para pemeluk agama lain.
Penyebaran agama islam di Kerajaan Demak juga dilakukan melalui pendekatan budaya lokal. Pada saat itu, para wali Songo menyebarkan agama islam dengan berbagai tradisi dan budaya masyarakat setempat. Hal ini terbukti dari hasil budaya yang dihasilkan seperti kaligrafi, seni ukir, seni bangunan dan seni pahatan. Hasil budaya merupakan bukti akulturasi antara islam dan budaya setempat.
Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Demak hanyalah sebuah Kadipaten yang menjadi bagian dari wilayah Majapahit. Sebagai wilayah dari Kerajaan Hindu Buddha, tradisi di wilayah ini memiliki perbedaan dengan ajaran islam. Terlebih lagi ketika itu Majapahit memiliki pengaruh yang begitu besar. Namun, Kerajaan Demak mampu hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar.
Saat Kerajaan Majapahit berada di tangan Girindra Wardhana, terjadi peperangan antara Majapahit dengan Demak. Hal ini membuat Demak menjadi terancam. Girindra Wardhana adalah seseorang yang berasal dari wilayah Keling atau Daha.
Peperangan antara Demak dan Majapahit tidak terelakkan. Majapahit dipimpin oleh Girindra Wardhana sedangkan Demak dipimpin oleh Raden Patah. Peperangan ini berlangsung pada tahun 1518 Masehi. Akhir dari peperangan ini, Majapahit menelan kekalahan sehingga pusat kekuasaannya masuk ke bagian wilayah Demak.
Kerajaan Demak menjadi sebuah Kerajaan yang besar serta menguasai lalu lintas perdagangan Nusantara. Wilayah kekuasaan Demak semakin meluas yakni hampir meliputi seluruh pantai utara di Pulau Jawa. Bahkan kekuasaannya sampai ke daerah Palembang, Jambi hingga Maluku. Kerajaan Demak mengalami pergantian pemimpin pada tahun 1518 Masehi.
Kerajaan Demak dipimpin oleh anak dari Raden Patah yakni Adipati Unus. Adipati Unus pernah berjasa pada saat Portugis menduduki wilayah Malaka. Ketika itu, ia yang menjadi pemimpin penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Sayangnya, penyerangan yang dilakukan oleh Adipati Unus ini mengalami kegagalan. Namun, setelah kegagalan melakukan penyerangan, Adipati Unus mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor.
Contoh penerapan nilai pada sila pertama Pancasila di Kerajaan Demak adalah dengan mengakui adanya agama yakni agama Islam. Para raja Kerajaan Demak menganut ajaran islam dan percaya bahwa Allah merupakan Tuhan yang patut disembah. Dengan memiliki agama yang dianut, maka Kerajaan Demak telah mengamalkan nilai pertama pada Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada masa Kerajaan Demak, pejabat kerajaan menjalin hubungan yang erat dengan seluruh elemen. Baik itu, rakyat, ulama ataupun bangsawan dari Kerajaan lain. Di mana hubungan erat ini terjalin akibat adanya pembinaan yang dilakukan di masjid ataupun pondok pesantren. Oleh karena itulah, akan tercipta jalinan ukhuwah di antara sesama.
Bahkan pada masa Kerajaan ini, penyebaran agama islam begitu pesat. Didirikan sebuah masjid dari hasil Kerajaan Demak yakni Masjid Agung Demak. Bahkan hingga saat ini masjid ini masih berdiri kokoh. Para wali memiliki peranan penting yakni sebagai penasihat kerajaan. Tidak hanya itu, bahkan salah satu wali terkenal menetapkan sebuah kebudayaan yakni perayaan sekaten.
Perayaan sekaten adalah acara perayaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk menarik minat masyarakat terhadap islam. Hingga saat ini, upacara peringatan masih digelar di wilayah Demak. Kerajaan Demak tumbuh menjadi kerajaan besar yang memiliki pengaruh yang luas.
Hal ini tidak lepas dari kebijakan raja Kerajaan yang adil bagi seluruh rakyatnya. Perekonomian rakyat Kerajaan Demak pada saat itu terjamin. Terlebih, Kerajaan Demak menjadi konektor antara Malaka serta penghasil rempah-rempah di wilayah Timur. Kerajaan Demak juga terlibat dalam aktivitas perdagangan ekspor impor melalui Pelabuhan Demak.
Contoh penerapan nilai sila kedua Pancasila di Kerajaan Demak adalah para raja Kerajaan Demak memiliki hubungan yang baik dengan seluruh elemen masyarakat. Mulai dari wali songo, masyarakat hingga masyarakat di luar kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan kerja sama di bidang perdagangan.
Nilai ketiga dari Pancasila yakni Persatuan Indonesia terlihat saat Kerajaan Demak ikut terlibat mengusir Portugis di Malaka. Untuk mengusir Portugis, Kerajaan Demak bekerja sama dengan Kerajaan islam lainnya seperti Kerajaan Aceh dan Palembang. Ketiganya kemudian bersatu untuk melawan Portugis dan merebut kembali wilayah Malaka pada tahun 1513.
Ketika itu Raden Patah yang menjabat sebagai Raja Kerajaan Demak mengutus anaknya yang bernama Adipati Unus. Adipati Unus diutus untuk memimpin armada dalam upaya penyerangan Portugis di Malaka. Sayangnya, ketiga Kerajaan islam ini gagal dalam melakukan penyerangan. Hal ini dikarenakan mereka kekurangan kualitas senjata jika dibandingkan dengan senjata yang digunakan oleh Portugis pada saat itu.
Selain itu, nilai pancasila sila ketiga ini tertuang dalam bentuk cinta tanah air. pada abad ke-16 dan ke-17, Indonesia mulai masuk era kolonialisme serta imperialisme bangsa-bangsa barat. Akibatnya, kedudukan kerajaan-kerajaan islam mulai terancam termasuk. Kerajaan Demak ikut mempertahankan wilayahnya dari kolonialisme yang dilakukan oleh orang Eropa.
Salah satu bentuk penyerangan dalam upaya mempertahankan wilayah dilakukan oleh Sultan Trenggana, salah satu raja Kerajaan Demak. Sultan Trenggana melakukan upaya penyerangan ke beberapa daerah seperti, Banten, Pasuruan hingga Cirebon. Selain itu, Adipati Unus juga melakukan penyerangan atas kedatangan bangsa Portugis.
Contoh penerapan sila ketiga Pancasila di Kerajaan Demak adalah bersatunya Kerajaan Demak dengan Kerajaan lain untuk mengusir penjajah. Dalam hal ini adalah Portugis yang ketika itu ingin menguasai Malaka. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Demak mengakui menjadi bagian dari nusantara.
Musyawarah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia ketika menemui permasalahan. Musyawarah dilakukan untuk menemukan solusi dengan jalan berdiskusi. Musyawarah sangat penting bagi suatu kerajaan. Oleh karena itu, sebuah kerajaan pasti memiliki dewan penasihat yang bertujuan memberikan saran. Begitupun dengan Kerajaan Demak yang memiliki dewan penasihat berasal dari para wali.
Kerajaan Demak terbiasa melakukan musyawarah saat menemukan permasalahn dan mencari jalan keluar. Sebuah kerajaan tentu tidak mungkin, tidak mempunyai masalah. Permasalahan itu bisa berasal dari dalam kerajaan ataupun luar kerajaan. Permasalahan kerajaan biasanya mengenai wilayah kerajaan, masalah pasukan kerajaan, urusan rakyat seperti pajak, dan berbagai permasalahan lainnya.
Adapun beberapa sosok yang pernah menjadi penasihat kerajaan adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Bonang. Salah satu bukti dari adanya musyawarah pada Kerajaan Demak adalah pemberian saran yang diberikan oleh Sunan Kudus kepada Raden Patah. Ketika itu, Portugis mulai masuk ke wilayah Malaka, yang di mana menjadi pusat perdagangan Nusantara.
Sunan Kudus kemudian memberikan saran untuk menghancurkan kekuatan militer Portugis, Sebab, jika tidak dihancurkan maka akan membahayakan posisi Kerajaan Demak. Portugis bisa mengambil alih wilayah Malaka dan perekonomian Kerajaan Demak akan runtuh. Oleh karena itu, Raden Patah mengirimkan anaknya bersama armada militer kerajaan untuk menyerang Portugis.
Contoh dari penerapan sila ke empat di Kerajaan Demak adalah penerapan musyawarah ketika ada masalah. Saat raja Demak memutuskan perkara, ia akan berdiskusi dengan para penasihat Kerajaan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai penasihat adalah wali Songo. Mereka tidak sembarang memutuskan permasalahan, tanpa diskusi dengan wali Songo.
Nilai penerapan sila kelima Pancasila di kerajaan Demak adalah Raja yang memperhatikan akan permasalahan kesejahteraan rakyat. Ketika itu, wilayah Kerajaan Demak unggul dalam bidang pertanian. Untuk mendorong sektor pertanian, Kerajaan Demak menjadikan beras sebagai salah satu komoditas dalam bidang perdagangan. Dengan begitu, kegiatan perekonomian masyarakat di Kerajaan Demak menjadi berjalan lancar. (copas)
Terlebih ketika itu, Demak memiliki hubungan yang erat dengan wilayah Malaka, yang menjadi pusat perdagangan Nusantara. Akibat adanya hubungan ini, dapat melancarkan kegiatan perdagangan rakyat di Kerajaan Demak. Perekonomian Kerajaan Demak tergolong stabil dnegan fokus pada bidang maritim dan agraria. Di bidang Maritim, Kerajaan Demak bekerja sama dengan wilayah Malaka.
Tidak hanya beras, Kerajaan Demak juga menghasilkan komoditas perdagangan lainnya seperti madu dan lilin. Komoditas ini kemudian dijual ke berbagai pelabuhan. Kerajaan Demak termasuk kerajaan yang memiliki hubungan baik dengan berbagai pelabuhan. Hubungan baik ini tentu menguntungkan bagi perekonomian Kerajaan Demak.
Selain memperhatikan perekonomian, raja Kerajaan Demak juga memperhatikan kesejahteraan rakyatnya melalui zakat. Sebagai kerajaan Islam, Kerajaan Demak menganut peraturan yang bersumber dari perintah Al-Quran dan Hadist. Salah satunya adalah kewajiban menunaikan zakat dan sedekah. Kerajaan Demak mengatur pembagian zakat kepada rakyatnya.
Mereka juga memerintahkan rakyatnya untuk menyisihkan sedikit pendapatan yang akan diberikan kepada orang yang tidak mampu. Sekalipun Kerajaan Demak menganut aturan agama Islam, namun mereka tidak melarang rakyatnya yang masih mempertahankan kebiasaan lama. Raja Kerajaan Demak memberikan kebebasan kepada rakyatnya dalam menjalankan agamanya.
Contoh penerapan nilai ke lima Pancasila adalah raja Kerajaan Demak yang memiliki sifat adil. Ia menjalankan tugasnya sebagai raja dengan mengayomi rakyatnya. Buktinya, raja ikut mengusahakan kemajuan bidang pertanian. Hal ini akan membuat rakyatnya mencapai sejahtera.