Sukarjo Wiryopranoto, Pahlawan Nasional Asal Cilacap-Jawa Tengah

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Penjajahan telah membuat rakyat Indonesia mengalami banyak kerugian baik secara materi maupun non materiil. Sudah banyak orang yang merasakan pedihnya penjajahan. Hal inilah yang kemudian membuat beberapa rakyat merasa satu nasib.

Dengan adanya perasaan tersebut, mendorong sebagian besar rakyat untuk lepas dari jerat penjajahan. Akhirnya, timbullah beberapa pemberontakan di setiap daerah.

Pemberontakan tersebut tentunya dipelopori oleh para tokoh heroik yang lantas disebut pahlawan.
Setiap daerah memiliki bentuk perjuangan serta tokoh pahlawan yang berbeda.

Bentuk perjuangan tersebut disesuaikan dengan ciri khas dari daerah seperti penggunaan senjata. Selain itu, pengaruh tokoh heroik pun turut memberikan dampak yang besar akan bentuk pemberontakan.

Ada yang menggunakan strategi perang dengan upaya diplomasi adapula yang melakukan gerilya. Semua itu tentunya mempunyai plus dan minusnya.

Sama seperti daerah lain, Cilacap juga mempunyai sosok pahlawan nasional. Siapa saja pahlawan nasional tersebut? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

Biografi Sukarjo Wiryopranoto

Sukarjo Wiryopranoto mungkin namanya terdengar asing di telinga kita. Namun, tidak dengan masyarakat Cilacap. Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan serta pahlawan nasional yang berasal dari daerah Cilacap.

Ia lahir pada tanggal 5 Juni 1903 di Desa Kasugihan, Cilacap, Jawa Tengah. Sukarjo pernah mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Dasar pada zaman Hindia Belanda. Setelah lulus dari ELS, ia kemudian melanjutkan di Sekolah Hukum atau Rechts School yang ada di Jakarta.

Setelah lulus dari Sekolah Hukum dan beberapa tahun kemudian ia bekerja menjadi seorang pegawai neheri. Pada mulanya ia bekerja di Pengadilan Negeri Purwokerto. Namun, ia dipindahkan ke Magelang pada tahun 1962.

Selama bekerja di Magelang ia mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Ia diperlakukan tidak adil oleh atasannya sendiri sehingga membuat dirinya dipindahkan ke Lumajang. Namun, saat pindah ke Lumajang, sewaktu itu tengah terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI.

Saat terjadi pemberontakan tersebut ia tidak tinggal diam. Sukarjo dengan berani mendatangi rumah seorang dokter yang bernama dr Muhammad. Namun, pada saat itu putra dari dr Muhammad bersama seorang pria yang memiliki nama Sunaryo ditangkan dan dibuang karena diduga terlibat pemberontakan PKI.

Hal ini membuat banyak orang tidak berani mendatangi kediaman dr Muhammad. Namun, tidak dengan Sukarjo. Ia dengan nekat mendatangi rumah dr Muhammad beserta istrinya yang bernama Umaryani.

Perbuatan yang dilakukannya tentu saja berbahaya namun Sukarjo tidak gegabah begitu saja. Dari sinilah muncul ketertarikannya untuk bergabung ke dalam pergerakan nasional.

Oleh karena itulah, ia menjadi anggota dari Jong Java. Keterlibatan Sukarjo dalam pergerakan membuat dirinya berfikir dua kali mengenai pekerjaan yang digelutinya.

Karier Sukarjo Wiryopranoto

Sukarjo mulai menyadari bahwa bekerja sebagai pegawai negeri hanya menguntungkan pemerintah kolonial. Akhirnya, dirinya mendirikan kantor pengacara bernama Wisynh.

Harapannya, dengan mendirikan kantor pengacara dapat menegakkan kebenaran serta melindungi rakyat yang lemah dan membutuhkan perlindungan hukum.

Sukarjo aktif dalam beberapa organisasi ternama seperti Budi Utomo. Ia bahkan dipercaya sebagai ketua dari Budi Utomo Cabang Malang. Selama bergabung dengan Budi Utomo, Sukarjo berusaha untuk mempertebal rasa nasionalisme dan kebangsaannya.

Karirnya di dunia pergerakan nasional semakin cemerlang apalagi saat dirinya bergbaung ke dalam Partai Indonesia Raya atau Parindra pada tahun 1936. Kemudian, pada tahun 1937, Sukarjo diangkat menjadi anggota dari Volksraad mewakili Budi Utomo.

Tidak hanya sampai di situ, ia juga bergabung ke dalam anggota Fraksi Nasional yang berada di bawah pimpinan M.H Thamrin serta Soeroso dan Otto Iskandardinata.

Keputusannya bergabung di dalam Volksraad tidak lain dan tidak bukan untuk membela nasib para pegawai rendah. Ia sempat mengajukan usulan agar pengangkatan anggota Gemeeneraad atau walikota bagi Indonesia disamakan dengan pengangkatan gubernur Belanda.

Selama di Volksraad, semua keinginannya dapat terwujud pada tahun 1937. Selain menjadi anggota Parindra, Sukarjo juga pernah dipercaya memegang jabatan sebagai sekretaris Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Saat menjabat, Sukarjo menuntut agar Indonesia membentuk parlemen. Di mana pemerintah bertanggungjawab kepada parlemen.

Sukarjo kemudian di angkat menjadi walikota Madiun. Sayangnya, dengan pengangkatan Sukarjo menjadi walikota membuat Belanda gerah. Hasilnya, dua tahun kemudian, kursi walikota yang semula diduduki oleh Sukarjo digantikan oleh Susanto Tirtoprojo.

Namun, dengan pergantian tersebut tak serta merta membuat karir Sukarjo meredup. Ia justru diangkat menjadi anggota dari BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.

Bahkan pada tahun 1943, dirinya dipercaya sebagai ketua muda Jawa Shinbun Kai yang merupakan gabungan atau perserikatan dari surat kabar yang ada di Jawa.

Perjuangan Sukarjo Wiryopranoto

Sebelum agresi militer Belanda kedua, Sukarjo ditangkap oleh Belanda dan diusir ke Yogyakarta. Penangkapan ini dilakukan karena surat kabar yang ia terbitkan dengan nama Mimbar Indonesia dianggap berbahaya dan mengancam Belanda.

Kemudian, setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, dirinya diangkat menjadi juru bicara Negara dalam Kabinet Sjahrir.

Tidak berhenti di situ, karir Sukarjo terus cemerlang. Pada tahun 1950, sesudah terbentuk nya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sukarjo diangkat menjadi seorang duta besar Republik Indonesia di Vatikan.

Tidak hanya menjadi duta besar Republik Indonesia di Vatikan, Sukarjo pernah menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa untuk Italia dan China.

Karir Sukarjo tidak hanya bersinar di tanah air saja melainkan mancanegara. Ia dipercaya menjadi seorang wakil tetap Republik Indonesia di PBB pada tahun 1962. Selama menjabat sebagai wakil tetap RI di PBB, ia sibuk untuk memperjuangkan irian Barat.

Ia berharap Irian Barat dapat kembali ke pangkuan tanah air Indonesia. Ia berusaha mempengaruhi negara lain untuk mendukung perjuangannya mengembalikan Irian Barat ke tanah air. Sayangnya, setelah Irian Barat kembali kepangkuan Indonesia, Sukarjo Wiryopranoto meninggal dunia.

Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 23 Oktober 1962. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Untuk mengenang semua jasa yang telah diberikannya, pemerintah memberikan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar tersebut diberikan pada tanggal 29 Oktober 1962 sesuai dengan Surat Keputusan Presiden No 342 Tahun 1962.

Soekarjo Wiryopranoto telah tiada namun jasa-jasanya akan terus dikenang hingga saat ini. Terutama jasanya mengenai pengembalian Irian Barat ke pangkuan tanah air. Itulah sosok pahlawan nasional dari Cilacap.

Ia adalah Sukarjo Wiryopranoto. Sosok yang semula bergerak di bidang hukum, justru berputar arah terlibat dalam pergerakan nasional. Soal yang beberapa kali mengalami pemindahan tempat kerja ini merupakan sosok yang begitu gigih melakukan pergerakan melalui organisasi politik.

Meskipun bentuk perjuangannya berbeda dengan pahlawan lain yang terlibat langsung peperangan. Namun, semua yang dilakukannya memberikan dampak bagi Indonesia pada saat itu. Sukarjo Wiryopranoto meskipun bukan berasal dari latar belakang politik namun karirnya di dunia politik dan pemerintahan terus bersinar bahkan hingga ke mancanegara.

Ia beberapa dipercaya untuk memegang jabatan penting seperti walikota, ketua Budi Utomo Cabang Malang, hingga Duta Besar di beberapa Negara. Bahkan, ia berkesempatan mencicipi kursi kekuasaan di PBB sebagi wakil tetap Republik Indonesia.

Namun, dengan semakin bersinar karirnya, tidak membuat Sukarjo melupakan Indonesia. Justru dengan duduk di PBB, ia berkesempatan untuk memperjuangkan hak Indonesia atas Irian Barat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn