Daftar isi
Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak mungkin lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Semenjak seorang manusia dilahirkan ke dunia, pendidikan sudah mulai diberikan kepadanya melalui interaksinya dengan keluarga terdekat.
Sebuah kutipan dari Francis Bacon yang tak asing bagi kita, Knowledge is power, cukup menggambarkan betapa peran pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia.
Karena dengan melalui pendidikanlah manusia itu berkembang dan berdaya sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya.
Pengertian Secara Umum
Secara umum, pendidikan adalah segala proses pembelajaran yang diterima seorang individu dari lingkungannya yang ditujukan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan dan potensi seseorang.
Pengertian Secara Etimologi
Kata pendidikan adalah terjemahan dari education dalam Bahasa Inggris. Education sendiri diambil dari Bahasa Latin E yang berarti dari sedikit ke banyak atau dari dalam ke luar, dan Duco yang bermakna berkembang.
Jadi ditilik dari etimologinya education atau pendidikan adalah proses perkembangan kemampuan seseorang.
Pengertian Menurut KBBI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan pengertian dari pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui Pengajaran dan Pelatihan.
Pengertian Menurut Undang-Undang
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
“Pendidikan merupakan usaha dengan sengaja dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pengertian Menurut Para Ahli
Beberapa pengertian pendidikan sebagaimana disampaikan oleh para ahli adalah:
Latar belakang sejarah pendidikan di Indonesia terbagi dalam beberapa fase, yaitu:
1. Pendidikan di indonesia pada masa kerajaan Hindu-Budha
Di masa kerajaan Mataram Kuno sudah berdiri pusat-pusat pendidikan di wilayah Jawa Tengah yang fokus dalam penerjemahan kitab-kitab buddha dan hindu ke dalam Bahasa Jawa.
Sebuah catatan sejarah dari pengembara China yang menggambarkan perkembangan pendidikan pada masa kerajaan Hindu –Buddha antara lain:
Banyak karya sastra yang sempat lahir dari era ini, antara lain:
2. Pendidikan di Indonesia pada masa kerajaan Islam
Pada masa kerajaan Islam, pendidikan dilakukan oleh para mubaligh yang mengajarkan tentang nilai-nilai agama kepada murid-muridnya.
Selain itu, juga diajarkan ilmu-ilmu lainnya yang berkenaan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Di era ini juga mulai muncul pesantren-pesantren yang menjadi pusat pendidikan agama bagi masyarakat. Cikal bakal pesantren sendiri ada sejak era walisanga.
Di awal abad ke-16, Portugis datang ke Indonesia dengan membawa misi perdagangan dan penyebaran agama katolik.
Untuk memudahkan dalam menyebarkan nilai-nilai agama katolik, portugis mendirikan sekolah yang mengajarkan baca, tulis, dan hitung untuk masyarakat.
Misi Portugis itu kemudian dilanjutkan oleh Belanda setelah kedatangannya ke Indonesia.
Belanda mengaktifkan lagi sekolah-sekolah yang pernah didirikan portugis, serta mendirikan sekolah baru di Ambon.
Belanda juga mengirim orang-orang Ambon ke Belanda untuk belajar menjadi guru.
Pada tahun 1617, Belanda mulai mendirikan sekolah di Jakarta dan menjanjikan lulusan sekolah ini akan menjadi pegawai Belanda.
Ketika pemerintahan kolonial yang berada dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa, didirikan banyak sekolah baru di tiap ibukota karesidenan yang mana pelajarnya hanya boleh dari kalangan bangsawan.
Di masa pemberlakuan politik etis, sekolah-sekolah Belanda mulai menerima murid dari berbagai kalangan, sehingga kemudian sekolah Belanda berkembang menjadi Sekolah Rakjat.
Belanda mulai memperkenalkan sistem pendidikan formal yang berjenjang di awal abad ke-20. Jenjang pendidikan tersebut adalah:
Selain itu ada beberapa sekolah tinggi yang didirikan Belanda, antara lain:
Selain itu, pesantren sebagai pusat pendidikan yang ada sejak era kerajaan Islam juga tetap berkembang.
Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah pribumi pertama yang dinamakan Perguruan Nasional Taman Siswa.
Di era penjajahan Jepang, sistem sekolah Belanda yang didasarkan pada golongan-golongan dihapuskan.
Pada saat itu ada beberapa jenjang pendidikan yang dibuat oleh pemerintah penjajahan Jepang, yaitu:
Sistem pendidikan Indonesia pada masa awal kemerdekaan hanya melanjutkan apa yang telah dikembangkan pada masa pendudukan Jepang. Sistem dimaksud meliputi tiga tingkatan, yaitu:
Secara lebih rinci, sistem pendidikan Indonesia dalam kurun waktu tertentu adalah sebagai berikut:
1. Periode 1945-1950
Kejuruan Tingkat Pertama terdiri atas:
Sementara Kejuruan Tingkat Menengah terdiri atas:
2. Periode 1950-1975
3. Periode 1978 – sekarang
Aliran pendidikan adalah hasil pemikiran yang membawa pengaruh atau dampak bagi pembaruan pendidikan. Aliran-aliran klasik dalam Pendidikan terdiri atas:
1. Aliran Empirisme
Yaitu aliran yang menganggap perkembangan individu tergantung pada lingkungannya saja, sedang pembawaan genetis tidak mempengaruhi.
Diantara teori yang terkenal berkenaan dengan aliran empirisme ini adalah teori yang dicetuskan oleh bernama John Locke (1632–1704 ), dengan nama “ Tabula Rasa “, yakni anak lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih.
Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.
2. Aliran Nativisme
Aliran nativisme merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Aliran nativisme lebih menekankan pada potensi yang sudah dimiliki seorang anak.
Aliran ini menganggap pendidikan itu tergantung pada pembawaan dari lahir, sementara faktor lingkungan tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
3. Aliran Naturalisme
Aliran naturalisme yang dirintis oleh J. J. Rousseau (1712- 1778) memiliki pandangan yang mirip dengan aliran Nativisme.
Menurut pandangan aliran ini, pendidikan adalah sesuatu yang tidak diperlukan.
Sebab adanya campur tangan pendidikan justru akan merusak fitrah pembawaan anak sejak lahir.
4. Aliran Konvergensi
Menurut aliran konvergensi, seorang anak lahir di dunia sudah diserati pembawaan baik maupun buruk.
Faktor lingkungan hidup dan pembawaan lahir (genetika) sama-sama memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang seorang anak, dan kedua faktor tersebut saling berpengaruh dan melengkapi satu sama lain.
5. Aliran Esensialisme
Aliran Esensialisme menekankan bahwa pendidikan adalah berdasar pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Aliran ini muncul pada zaman Renaissance.
6. Aliran Progresivisme
Aliran yang muncul pada tahun 1918 ini berpendapat bahwa pengetahuan diketahui benar pada saat ini, belum tentu benar di masa yang akan datang.
Progravisme mempunyai konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri (Barnadib, 1994:28).
7. Aliran Prenelialisme
Aliran ini lahir pada abad ke-20 dan berpandangan bahwa dalam keadaan yang tidak menentu tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.
Menurut Mohammad Noor Syam (1984) bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
Tokoh-tokoh Perenialisme antara lain : Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas.
8. Aliran Rekontruksionisme
Aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran ini dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930. Tokoh-tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, dan Harold Rugg.
9. Aliran Pragmatisme
Aliran ini mengajarkan bahwa kebenaran adalah apa saja yang terbukti benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Tokoh tokoh Pragmatisme: Tokohnya, William James.
Fungsi pendidikan menurut Horton dan Hunt, adalah sebagai berikut:
Menurut David Popenoe, pendidikan memiliki empat macam fungsi, yakni :
Fungsi yang lainnya dari proses pendidikan adalah sebagai berikut.
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang termaktub dalam UU Nomor 2 tahun 1989 adalah:
”Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Tujuan pendidikan adalah:
Beberapa manfaat dari pendidikan adalah:
Menurut PH Coombs (1968) ada 12 komponen pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, yaitu:
Dalam pelaksanaan pendidikan, komponen-komponen diatas harus dipenuhi seluruhnya.
Ketiadaan satu komponen saja bisa menyebabkan proses pendidikan akan mengalami hambatan atau ketidaklancaran.
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang dari mulai anak usia dini hingga remaja dan dewasa.
Penyelenggaraan pendidikan ini biasanya berpusat pada satu tempat tertentu dan dilakukan dengan jam atau jadwal yang pasti.
Contoh pendidikan formal diantaranya:
2. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah sistem pendidikan yang dilakukan secara terstruktur dan berjenjang, akan tetapi dilakukan diluar jalur pendidikan formal.
Pendidikan non formal diberikan sebagai support bagi pendidikan formal, serta untuk menambah pengetahuan, kemampuan dan keahlian seseorang diluar apa yang telah didapatkannya di jalur pendidikan formal.
Pendidikan informal yakni jenis pendidikan yang berasal dari keluarga dan atau lingkungan yang diberikan secara bebas, tidak terstruktur dan tidak memiliki jenjang, dan peserta didiknya bisa belajar secara mandiri.
1. Penyelenggara pendidikan formal di Indonesia
2. Penyelenggara pendidikan non formal di Indonesia
Beberapa sistem pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah negara Indonesia adalah :
1. Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai
Sistem pendidikan yang berorientasi nilai ini telah disampaikan sejak jenjang sekolah usia dini melalui pelajaran budi pekerti.
Di jenjang SD dan setelahnya pelajaran tentang nilai-nilai diwujudkan melalui mata pelajaran agama dan juga pendidikan kewarganegaraan.
2. Sistem pendidikan terbuka
Disini artinya bahwa sistem pendidikan Indonesia memungkinkan adanya persaingan yang terbuka dan sehat.
Dengan demikian setiap siswa dituntut untuk memiliki daya kreatifitas dan usaha untuk belajar dan memahami apa yang didapatkannya selama proses pendidikan agar tidak kalah saing dengan yang lainnya.
3. Sistem pendidikan beragam
Sistem pendidikan di Indonesia memiliki banyak jalur baik formal, non formal, maupun informal.
Selain itu, materi pendidikannya juga sangat beragam yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya.
4. Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu
Sistem pendidikan di indonesia dilaksanakan dengan perhitungan waktu yang sekiranya tidak membebani murid dan di sesuaikan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya.
5. Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman
Sistem pendidikan di Indonesia memakai kurikulum yang terus dikembangkan dan direvisi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Dengan demikian hasil dari pendidikan diharapkan bisa menghasilkan anak didik yang bisa atau mampu menjawab tantangan zaman.
Ada tiga hal mendasar yang menjadi pokok permasalah pendidikan di Indonesia, yaitu :
1. Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan sangat erat kaitannya dengan kondisi geografis Indonesia dan masalah pembangunan yang masih belum merata ke semua wilayah Indonesia.
Hal ini menyebabkan ketimpangan akses pendidikan dan Ilmu pengetahuan serta teknologi antara mereka yang ada di kota besar dengan mereka yang ada di pelosok desa, serta antara yang ada di Pulau Jawa dengan yang ada di Pulau-Pulau yang jauh.
Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah pemerataan pendidikan:
2. Biaya pendidikan
Tidak bisa dipungkiri bahwa biaya pendidikan yang makin waktu makin meningkat adalah salah satu problematika tersendiri dalam dunia pendidikan.
Keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang maju dan unggul kerap kali terbentur dengan keterbatasan biaya.
Besarnya biaya pendidikan, terutama pendidikan tinggi seperti kuliah, membuat banyak siswa harus menghentikan jenjang pendidikannya di tingkat menengah saja.
Solusi untuk masalah ini adalah dengan memberikan beasiswa atau keringanan biaya sekolah oleh pemerintah kepada para siswa, agar mereka bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas tanpa terbebani dengan biaya yang besar
3. Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan disini kaitannya adalah dalam pelaksanaannya, bagaimana pendidikan itu diberikan dan apa output yang dihasilkan.
Banyaknya kasus joki ujian, contek mencontek, kecurangan saat ujian, dan yang semisal itu menunjukkan masih rendahnya kualitas pendidikan yang ada.
Untuk itu, perlu dilakukan kajian dan evaluasi menyeluruh agar kualitas pendidikan bisa dibenahi sehingga bisa mencetak generasi yang berkualitas secara mental, moril, dan akal.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah: