Rotasi Kerja: Faktor yang Mempengaruhi – Indikator dan Contohnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sebagai negara yang menerapkan perekonomian terbuka dan juga Indonesia diuntungkan dengan menjadi anggota APEC serta adanya perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan asing cukup banyak yang mengekspansi jangkauannya ke Indonesia.

Perusahaan-perusahaan baru atau disebut juga dengan perusahaan start up juga banyak bermunculan, terutama perusahaan yang menguasai pasar digital. Generasi millennial dan gen-Z adalah tenaga kerja yang mendominasi di banyak perusahaan saat ini.

Generasi-generasi tersebut adalah generasi yang kreatif, pekerja keras dan banyak yang fokus pada pengembangan karier di sebuah perusahaan.

Hal ini perlu dijadikan bahan acuan bagi perusahaan untuk mengimbangi energi pekerja muda, berbagai strategi yang mendukung pengembangan potensi karyawan turut berperan dalam kesuksesan perusahaan. Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah rotasi kerja.

Pengertian Rotasi Kerja

Definisi rotasi kerja menurut Hasibuan (2009) yaitu perubahan tempat atau jabatan karyawan dalam organisasi yang sama, namun dalam tingkatan yang sama. Singkatnya, rotasi kerja merupakan sebuah strategi perusahaan untuk menukar pekerjaan karyawan, namun masih di dalam divisi yang sama.

Karyawan akan mengerjakan tugas baru dengan jangka waktu tertentu dan akan ke tugasnya semula setelahnya. Rotasi kerja hanya kegiatan memindahkan posisi pekerjaan karyawan tanpa ada perubahan gaji maupun golongan, biasanya tujuan rotasi kerja adalah meningkatkan skill, mengatasi kejenuhan dan menambah pengetahuan karyawan. Rotasi kerja juga biasa disebut rotasi jabatan, mutasi atau transfer.

Faktor Yang Mempengaruhi Rotasi Kerja

Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan oleh Human Resource Develompment (HRD), beberapa faktor yang penting untuk dipertimbangkan antara lain:

  • Pengetahuan, faktor ini penting dan merupakan unsur pokok untuk karyawan, yaitu untuk mengubah perilaku di dalam melakukan pekerjaannya atau bisa dikatakan adaptasi. Jika karyawan memiliki pengetahuan yang cukup makai akan mudah mengikuti perubahan. Pengetahuan adalah syarat penting bagi peningkatan dan kemajuan perilaku karyawan.
  • Keterampilan, Keterampilan fisik dan non fisik juga menjadi faktor yang berpengaruh pada rotasi kerja. Misalnya saja keterampilan fisik dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan fisik seperti mengoperasikan mesin produksi. Sedangkan keterampilan non fisik adalah skill yang tidak terlihat, misalnya saja kemampuan leadership, kemampuan komunikasi, kemampuan mengelola hubungan dengan konsumen dan sebagainya.
  • Pendidikan, dalam hal ini bisa Pendidikan formal maupun informal, hal ini penting menjadi pertimbangan bagi HRD. Semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang menentukan wawasan, cara berpikir dan kemampuannya.d. Kepercayaan karyawan juga menjadi faktor yang mempengaruhi rotasi kerja
  • Faktor kemampuan karyawan dalam mengerjakan tugas dari perusahaan adalah hal penting sebagai bahan pertimbangan melakukan rotasi kerja. Kemampuan dalam hal ini yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
  • Pengalaman berada di jabatan tertentu juga menjadi salah satu faktor penting untuk dipertimbangkan untuk melakukan rotasi kerja.
  • Tujuan perusahaan, hal ini adalah faktor penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang kompak untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Lingkungan kerja ini harus mendorong perilaku karyawan untuk produktif.

Tujuan Rotasi Kerja

Rotasi kerja diterapkan tentu dengan tujuan tertentu, secara singkat tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pada organisasi atau perusahaan. Dengan melakukan rotasi kerja, karyawan diharapkan bisa menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan kerja, pengalaman dan mengatasi rasa jenuh.

Rotasi kerja menjadi salah satu strategi yang pas untuk melatih karyawan agar lebih baik dalam semua aspek yang menyangkut pekerjaan dan tugasnya, dan bagi perusahaan rotasi kerja bisa menentukan dan menemukan karyawan yang terbaik dengan memberi tanggung jawab baru.

Tujuan rotasi kerja menurut Wahyudi (2002), beberapa diantaranya adalah menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dan jabatan dalam sebuah organisasi, sehingga bisa menciptakan kondisi ketenagakerjaan yang stabil dan membuka kesempatan untuk mengembangkan karir karyawan.

Prinsip Dasar Rotasi Kerja

Rotasi kerja yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau perusahaan memiliki 3 prinsip dasar, yaitu:

  • Merit sistem: Sistem pemindahan kerja yang berdasar pada hasil prestasi pekerjaan karyawan, sifatnya objektif
  • Seniority sistem: merupakan perpindahan jabatan berdasarkan masa kerja, usia dan pengalaman kerja dari karyawan. Prinsip ini sifatnya tidak objektif dan tidak melihat pada kemampuan karyawan.
  • Spoil sistem: Sistem perpindahan jabatan yang berlandaskan kekeluargaan, sistem ini kurang disukai karena hanya berdasarkan like and dislike atau suka dan tidak suka.

Indikator Rotasi Kerja

Ada beberapa hal yang menjadi indikator untuk perusahan melakukan rotasi kerja, berikut adalah indikator yang dikemukakan oleh Saydam (2006).

  • Kejenuhan karyawan
    Menjalankan aktivitas pekerjaan di suatu bagian dalam kurun waktu yang lama bisa menimbulkan kejenuhan bagi karyawan, rasa jenuh ini bisa menurunkan produktivitas karyawan. Rotasi kerja menjadi solusi untuk mengatasinya.
  • Kemampuan karyawan
    Kemampuan karyawan harus sesuai dengan tempatnya, jika karyawan tidak bekerja sesuai standar kualifikasi sebuah pekerjaan maka produktivitas karyawan rendah.
  • Lingkungan pekerjaan
    Lingkungan pekerjaan yang nyaman dapat meningkatkan produktivitas karyawan, dalam hal ini termasuk hubungan di antara rekan kerja.
  • Kebutuhan
    Rotasi kerja dilakukan karena adanya kekosongan jabatan di sebuah divisi, maka perusahaan berhak melakukan rotasi kerja untuk menutup kekosongan jabatan tersebut.

Tahapan Rotasi Kerja

Ada beberapa tahapan yang wajib dilakukan oleh perusahaan sebelum melaksanakan rotasi kerja, berikut beberapa tahapannya.

  • Menanyakan kepada karyawan tentang kebersediaannya, sehingga karyawan tidak memiliki rasa terpaksa melakukan tanggung jawab yang baru. Hal ini penting agar tidak memberi dampak pada menurunnya kinerja karyawan.
  • Perusahaan melakukan tes seperti halnya tes perekrutan karyawan, tes penting dilakukan agar perusahaan bisa mengetahui kompetensi dan kepribadian karyawan.
  • Mengadakan training atau pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan baru dan tanggung jawab yang akan diberikan kepada karyawan.
  • Melakukan strategi rotasi kerja secara berkelompok untuk meminimalisir stress kerja di lingkungan baru, hal ini selain membuat karyawan lebih mudah beradaptasi juga dapat meningkatkan kinerja karyawan.
  • Setelah rotasi kerja sudah berjalan setidaknya 3 bulan, perusahaan menanyakan tentang kondisi dan kinerja karyawan. Misalnya menanyakan tentang kenyamanan pekerjaannya, atau ingin dipindahkan Kembali.

Jenis Rotasi Kerja

Rotasi kerja yang dikemukakan oleh Wahyudi (2002) yaitu rotasi kerja berdasarkan ruang lingkupnya. Ada 3 jenis rotasi kerja antara lain:

  • Mutasi tempat (Tour of Area)
    Rotasi kerja dengan memindahkan karyawan ke wilayah atau daerah lain dengan posisi dan pekerjaan yang sama atau level pekerja masih tetap.
  • Mutasi jabatan (Tour of Duty)
    Rotasi kerja dengan memindahkan karyawan dari jabatan A ke jabatan B namun tingkat levelnya sama dan di dalam lokasi kerja yang tetap.
  • Rehabilitasi
    Rotasi kerja dengan menempatkan karyawan ke posisinya semula, bisa dikatakan mengembalikan ke posisi semula setelah karyawan tersebut menyelesaikan tugas tertentu dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Jenis rotasi kerja yang dikemukakan oleh Hasibuan (2009) ada dua jenis, antara lain:

  • Rotasi Kerja horizontal
    Rotasi kerja ini menempatkan karyawan di level yang masih sama, namun memindahkan ke tempat kerja yang lain atau daerah lain. Pemindahan jabatan dan penempatan karyawan ke jabatan semula juga termasuk jenis rotasi kerja horizontal.
  • Rotasi Kerja vertikal
    Rotasi kerja yang mengubah jabatan atau posisi dan tentu saja pekerjaan karyawan juga berbeda dengan sebelumnya. Promosi atau kenaikan jabatan dan demosi atau penurunan jabatan termasuk rotasi kerja vertikal.

Contoh Rotasi Kerja

Contoh rotasi kerja yang sederhana misalnya kepala kelurahan Sawunggaling dirotasi menjadi kepala kelurahan di wilayah lain, namun yang bersangkutan tetap menjalankan perannya sebagai kepala kelurahan. Ini merupakan contoh rotasi kerja horizontal atau mutasi tempat.

Contoh lain yaitu beberapa karyawan PT Suka Makmur dari divisi marketing dipindahkan ke divisi pengembangan produk. Ini merupakan contoh rotasi kerja vertikal.

Kelebihan dan Kekurangan Rotasi Kerja

Strategi rotasi kerja yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi tak hanya memiliki kelebihan namun ada juga kekurangannya.

Kelebihan rotasi kerja:

  • Menghilangkan rasa bosan karyawan pada pekerjaan dan lingkungan kerjanya
  • Membantu meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan karyawan
  • Memberi kesempatan bagi karyawan untuk memiliki jeda waktu dari tugas sebelumnya yang berat
  • Sebagai proses identifikasi perusahaan untuk melihat potensi karyawan, berkaitan dengan posisi dan jabatan mana yang tepat bagi karyawan
  • Sebagai rencana cadangan bagi perusahaan, misalnya mengisi kekosongan jabatan

Kekurangan:

  • Adanya pengeluaran atau biaya yang lebih serta waktu
  • Bisa saja mengecewakan karyawan, karena kondisi kerja dan pekerjaan tidak sesuai harapan karyawan
  • Tidak selalu mengatasi permasalahan, bisa jadi malah rotasi kerja yang didapatkan karyawan justru membuat masalah baru
  • Bisa jadi rotasi kerja tidak sesuai diterapkan di sebuah perusahaan dan malah membuat kinerja perusahaan tidak baik. Misalnya saja posisi yang membutuhkan keahlian khusus dan butuh waktu lama untuk penyesuaian, contoh akuntan, desainer dan sebagainya.
fbWhatsappTwitterLinkedIn