Daftar isi
Setiap orang memiliki penafsiran tersendiri mengenai makna dalam sebuah interaksi. Konstruksi makna selama berlangsungnya percakapan terdiri atas sistem interpersonal yang di dalamnya menjelaskan tentang aksi dan reaksi.
Mempelajari aksi dan reaksi dalam suatu interaksi sosial disebut dengan coordinated management of meaning atau manajemen makna terkoordinasi. Manajemen makna terkoordinasi merupakan salah satu teori komunikasi interpersonal atau teori komunikasi antar pribadi yang termasuk dalam kategori teori-teori tentang makna dan hubungan interpersonal.
Pengertian
Coordinated Management of Meaning Theory (CMM) atau manajemen makna terkoordinasi merupakan suatu teori yang memberikan pemahaman tentang bagaimana seorang individu menciptakan, mengkoordinasikan, dan mengelola makna dalam suatu proses komunikasi dan interaksi dengan orang lain.
Secara umum, teori ini mengacu pada beberapa poin, antara lain cara bagaimana seorang individu menetapkan aturan guna menciptakan dan menafsirkan sebuah makna, serta bagaimana aturan itu terperangkap dalam percakapan di mana makna akan secara terus-menerus dikoordinasikan.
Komunikasi manusia dipandang sebagai proses yang fleksibel, terbuka, dan berkembang dalam interaksi bersama yang berkelanjutan guna memahami dunia mereka dan menghasilkan sebuah realitas sosial. CMM mewujudkan visi dari kegiatan komunikasi dan memungkinkan hubungan interpersonal yang di dalamnya terkandung percakapan terbuka di antara individu atau kelompok, serta dapat diterapkan di berbagai bidang akademik dan skema sosial.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa definisi dari Coordinated Management of Meaning (CMM) adalah sebuah teori struktural multi-level di mana aturan memberikan gambaran mengenai keterkaitan antara makna dan tindakan. Dari perspektif CMM, percakapan terjadi antara dua individu yang membentuk sistem komunikasi interpersonal.
Latar Belakang Manajemen Makna Terkoordinasi
Coordinates Management of Meaning Theory pertama kali dikembangkan pada pertengahan tahun 1970-an oleh W. Barnett Pearce dan Vernon E. Cronen. Kolaborasi ilmiah keduanya di University of Massachusetts menyumbangkan kontribusi besar pada filosofi komunikasi yang berpusat pada cerita yang dapat diterapkan, dan selalu memperhatikan pentingnya makna manusia.
Kumpulan ide-ide mengenai CMM terus mengalami perkembangan dari pinggiran kota kecil lalu bergerak menuju penerimaan yang lebih luas. Teori CMM terus berkembang dari yang awalnya termasuk dalam kategori ilmu sosial interpretatif menjadi ilmu kritis, hingga kemudian menjadi sebuah teori praktis.
Sadar bahwa asas intelektual untuk teori komunikasi telah mengalami pergeseran, tahap pertama proyek CMM melibatkan pengembangan konsep yang memenuhi kriteria ganda, yaitu memanifestasikan bentuk-bentuk komunikasi manusia secara layak dan memberikan pengarahan pada penelitian empiris.
Teori CMM merupakan satu dari sekian banyak teori yang melihat komunikasi sebagai kegiatan yang perfomatif (sesuatu yang diiringi dengan suatu tindakan) dan konstitutif (substansi material dari sistem sosial, bukan hanya sarana transmisi informasi). Dalam bahasa CMM, perspektif komunikasi dilihat sebagai sarana untuk membuat makna dari berbagai peristiwa di dunia sosial kita.
Konsep Dasar
Ada tiga konsep utama dari Teori ini, yang selanjutnya akan dipecah menjadi beberapa blok bangunan yang berbeda. Ketiga konsep tersebut secara sadar atau tidak pasti dialami setiap individu dalam interaksi, diantaranya manajemen atau pengelolaan, koordinasi, dan makna.
Manajemen (Pengelolaan)
Berbagai interaksi yang kita lakukan dipandu dan ditentukan oleh aturan. Seseorang yang berinteraksi harus memahami realitas sosial sekitarnya, dan memasukkan aturan tersebut dalam interaksi mereka guna memutuskan cara terbaik untuk bertindak dalam situasi tertentu. Dalam penggunaan aturan tersebut, individu mengelola dan mengkoordinasikan makna dalam percakapan.
Ketika aturan sudah ditetapkan dalam dialog, orang yang berinteraksi akan memiliki kerangka kerja simbolik yang cukup umum dalam berkomunikasi. Sebagai contoh, akan terasa ambigu jika seorang teman mengatakan kata-kata seperti, “aku membencimu”.
Kebenaran apakah teman tersebut benar-benar membenci mereka yang dia ajak bicara, atau hanya pelampiasan amarah sesaat, akan mampu diklarifikasikan dan dijelaskan maknanya dengan aturan konstitutif dan aturan regulatif.
Teori CMM memandang setiap percakapan sebagai rangkaian peristiwa kompleks yang saling berhubungan di mana setiap individu saling memengaruhi satu sama lain. Meski penekanan utama teori CMM berkaitan dengan konsep komunikasi orang pertama (pandangan partisipatif), begitu konsep dipahami, konsep tersebut akan lebih mudah terlihat selama interaksi lainnya berlangsung.
Koordinasi
Koordinasi pada CMM mengacu pada sejauh mana individu merasa bahwa tindakannya telah sesuai dengan urutan atau pola tindakan yang dapat dipahami bersama. Hal ini terjadi ketika ada dua yang orang mencoba memahami urutan pesan dalam percakapan mereka. Artinya, jika orang-orang dalam interaksi dapat memahami apa yang dibicarakan lawan bicaranya, maka dapat dikatakan bahwa percakapan itu sampai pada tahap koordinasi.
Kata-kata dan tindakan yang kita gunakan selama percakapan bersatu menghasilkan pola yang dikenal sebagai cerita hidup, dan memengaruhi perilaku selama interaksi. Pearce dan Cronen menunjukkan bahwa koordinasi dimaksudkan untuk memberikan dasar untuk memperhatikan sisi lain dari cerita.
Namun demikian, ada tiga kemungkinan keluaran dari suatu koordinasi, di antaranya:
- Orang-orang dalam interaksi yang berhasil mencapai koordinasi.
- Orang-orang dalam interaksi yang gagal mencapai koordinasi.
- Orang-orang dalam interaksi yang mencapai tingkat koordinasi tertentu.
Jika interaksi gagal mencapai koordinasi atau hanya mencapai koordinasi sebagian, solusi yang mungkin adalah bergerak ke tingkatan yang lain.
Makna
Teori manajemen makna yang terkoordinasi menyatakan bahwa orang mengatur makna secara hierarkis. Sementara para ahli teori CMM sepakat pada dua poin tentang makna hierarkis, diantaranya yang pertama, hierarki makna mendefinisikan konteks dengan memahami aturan aturan regulatif dan konstitutif.
Kedua, konteks disusun dalam hierarki abstrak sedemikian rupa sehingga tingkat hierarki yang lebih tinggi mampu membantu mendefinisikan dan menggolongkan level yang lebih rendah.
Hal ini dapat diinterpretasikan pada setiap konteks secara hierarkis yang dipahami dengan melihat konteks yang lain, di mana setiap konteks selalu mengkontekstualisasikan konteks lain.
Dengan hierarkis ini, makna tetap menjadi saling eksklusif selama fase ini, atau terkadang jika pesan disalahpahami pemaknaanya, maka makna akan menghasilkan urutan yang terpisah. Ada dua aturan penting selama pemaknaan yang menghasilkan urutan hierarki makna yang saling eksklusif, yaitu aturan konstitutif dan regulatif.
Hierarki dalam Manajemen Makna Terkoordinasi
Ada enam tingkatan makna dalam CCM, dalam enam kategori tersebut, akan dijelaskan pula nilai-nilai moral pada pesan yang diterima baik yang disadari maupun tidak disadari.
- Isi (Pesan)
Isi atau pesan dalam teori CMM berkaitan dengan data mentah dan informasi yang diucapkan selama kegiatan komunikasi. Sederhananya, pesan tersebut berisikan kata-kata, dari bahasa apa pun, yang digunakan untuk berkomunikasi. Namun, hal penting yang harus digarisbawahi adalah isi atau pesan itu sendiri tidak cukup untuk menentukan makna komunikasi.
- Tindak tutur (Speech Act)
Tindak tutur mengkomunikasikan intensi dari pembicara serta mengindikasikan bagaimana seharusnya komunikasi dilakukan. Penjelasan sederhana mengenai tindak tutur adalah suatu tindakan yang dilakukan ketika berbicara, termasuk pujian, hinaan, janji, ancaman, penegasan, dan pertanyaan.
- Hubungan
Hubungan adalah tingkat makna yang berisikan batasan hubungan, di mana dalam parameter tersebut ditetapkan untuk membatasi sikap dan perilaku.
Tingkatan ini cukup mudah dipahami karena berisikan dinamika yang menghubungkan dua (atau lebih) individu selama pertukaran informasi. Sebagai contoh, hubungan dapat didefinisikan sebagai afinitas antara orang tua/anak, guru/siswa, dan lain-lain.
- Episode
Episode adalah situasi yang dibentuk oleh orang-orang dalam percakapan. Pesan yang sama dapat memiliki arti berbeda ketika situasinya berbeda. Misalnya, frasa yang biasa digunakan untuk bercakap antara keluarga dekat atau teman dapat memiliki arti yang sama sekali berbeda ketika digunakan dalam wawancara kerja.
Dalam suatu interaksi, orang mungkin memberi tanda baca berbeda dalam percakapannya pada episode yang sama. Ini akan membuat orang berurusan dengan perbedaan tanda baca yang mereka gunakan pada episode berikutnya.
Terutama ketika sedang berada dalam situasi dwi-budaya atau multi-budaya dengan telah mengidentifikasi sejumlah tindakan spesifik yang terjadi dalam situasi yang setara di budaya lain, hal itu tentu saja akan mengganggu episode tersebut.
- Skrip Kehidupan
Skrip kehidupan dapat pula dipahami sebagai pola episode. Pada level ini, sejarah hubungan dan interaksi setiap individu di masa lalu akan memengaruhi aturan dan pola interaksi. Konsep dari skrip kehidupan mirip dengan autobiografi seseorang, yang terdiri dari pengecualian seseorang terhadap berbagai peristiwa komunikatif.
- Pola Budaya
Konsep budaya dalam teori CMM berkaitan dengan seperangkat aturan untuk bertindak dan berbicara guna mengatur apa yang kita pahami sebagai sesuatu yang normal dalam suatu episode tertentu. Aturan interaksi sosial tersebut berbeda-beda tergantung pada nilai-nilai budaya yang mereka yakini.
Meski sering tidak disadari bahwa budaya memengaruhi komunikasi dalam interaksi sehari-hari, orang harus belajar menyesuaikan diri dengan individu dari budaya berbeda agar dapat berkomunikasi secara efektif.
Asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi
Dalam kajiannya, CCM memiliki tiga asumsi dasar, di antaranya:
- Manusia Hidup dalam Suatu Konstruksi Sosial
Asumsi pertama teori coordinated management of meaning ini merupakan inti dari komunikasi. Teori CMM menggambarkan bagaimana individu berkomunikasi dalam upaya untuk memahami dunia atau menemukan sebuah makna. Komunikasi menciptakan sebuah dunia sosial di sekitarnya.
Sedangkan penciptaan makna bergantung pada koherensi, koordinasi, dan misteri yang dialami seseorang, baik secara sadar atau tidak sadar, sendiri atau dalam kombinasi. Melalui berbagai variabel tersebut, manusia akan dibantu dalam menentukan cara menciptakan suatu realitas sosial melalui percakapan yang dilakukan.
- Manusia Menciptakan Realitas Sosial
Banyak dari ahli teori coordinated management of meaning menyatakan bahwa situasi sosial diciptakan melalui sebuah interaksi antar individu atau kelompok. Keyakinan terhadap asumsi bahwa individu dalam kegiatan komunikasi membangun realitas sosial mereka sebut dengan istilah konstruksi sosialisme.
Hal ini sesuai dengan asumsi dalam teori interaksi simbolik, teori konstruksi sosial atau konstruksi realitas sosial di mana suatu realitas dibentuk secara sosial melalui berbagai interaksi yang terjalin di dalamnya.
- Transaksi Informasi Tergantung pada Makna Pribadi dan Interpersonal
Asumsi terakhir dari teori manajemen makna yang terkoordinasi berkaitan dengan cara seorang individu mengendalikan percakapan melalui makna pribadi dan makna interpersonal. Makna pribadi mengacu pada makna yang dicapai ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain lalu dibawa ke dalam interaksi pengalaman uniknya.
Sementara itu, makna interpersonal akan tercapai manakala dua orang sepakat mengenai penafsiran masing-masing terhadap suatu objek atau peristiwa. Makna dalam percakapan akan tercapai jika tidak sedang memikirkan apa pun.
Aturan dalam Manajemen Makna Terkoordinasi
Teori manajemen makna terkoordinasi berpendapat bahwa pada dasarnya individu yang terlibat dalam percakapan akan membentuk realitas sosial mereka sendiri. Dalam situasi sosial tertentu, hal pertama yang dilakukan orang adalah mencoba memahami apa yang terjadi dan menerapkan berbagai aturan untuk mengetahuinya. Orang akan bertindak sesuai apa yang mereka pahami dan menerapkan aturan untuk memutuskan tindakan paling tepat.
Dengan demikian, teori manajemen makna terkoordinasi merupakan teori yang berlandaskan aturan. Ada empat aturan utama dalam teori manajemen makna terkoordinasi, antara lain:
- Aturan Konstitutif
Aturan makna yang digunakan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi untuk menginterpretasikan atau memahami suatu peristiwa, yang merujuk pada bagaimana menafsirkan perilaku seseorang berdasarkan konteks tertentu.
Hal ini berarti perilaku yang diberikan dihubungkan dengan kepercayaan satu sama lain serta perilaku dengan kepercayaan. Sebagai contoh, pengucapan kalimat “aku benci kamu” dalam beberapa konteks dianggap sebagai ekspresi ketidakpuasan.
- Aturan Regulatif
Aturan tindakan yang digunakan untuk menentukan bagaimana menanggapi atau berperilaku, yang merujuk pada beberapa urutan tindakan yang dilakukan seseorang, di mana mereka mengomunikasikan apa yang terjadi selanjutnya dalam percakapan.
Kegiatan tersebut disebut juga dengan “reorganisasi kognitif aturan konstitutif”. Dengan kata lain, perilaku yang diminta dalam situasi tertentu. Aturan regulatif menghubungkan antara makna dalam interaksi dengan konsekuensi yang ditimbulkannya. Reaksi tubuh dapat merefleksikan isi interaksi.
Proses Manajemen Makna Terkoordinasi
Dalam perspektif komunikasi, teori manajemen makna yang terkoordinasi memandang komunikasi sebagai objek komunikasi dalam dunia sosial.
Karena dianggap sebagai objek, maka teori CMM memiliki tiga proses tahapan dalam menerapkan perspektif komunikasi mengenai berbagai objek dan peristiwa di dunia sosial kita, diantaranya koordinasi, koheren, dan misteri.
- Koordinasi
Pada tahap koordinasi, hal yang menjadi pusat perhatian kita adalah pada cara-cara dalam menghasilkan pola-pola. Pola-pola tersebut meliputi berbagai objek dan peristiwa di dunia sosial di mana kita tinggal. Dalam proses koordinasi, semua objek dan peristiwa tadi dibentuk oleh jalinan dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang.
- Koheren
Koheren merupakan di mana perhatian kita tujukan pada berbagai kisah yang kita bagikan dan membuat hidup menjadi lebih bermakna. Pembentukan makna merupakan bagian inheren dari pemaknaan oleh manusia itu sendiri. Sedangkan kisah adalah bentuk primer dari proses yang terjadi.
Teori coordinated management of meaning menitikberatkan pada dinamika kekuatan yang mencakup kebahagiaan, frustrasi, berbagai kejutan dan tragedi dalam hidup.
Teori ini juga menyarankan untuk menceritakan kisah kita tentang berbagai hal termasuk di dalamnya diri kita beserta identitas kolektif dan dunia di sekitar kita. Meski selalu ada tekanan dalam berbagai kisah yang kita ceritakan untuk membuat dunia koheren.
- Misteri
Misteri merupakan proses di mana perhatian kita tujukan kepada fakta bahwa alam semesta jauh lebih besar dibandingkan dengan sekumpulan kisah yang dapat dibuat koheren. Hal ini membuatnya mudah untuk bertanya dan menjelaskan perihal bagaimana hal tersebut dibuat dan bagaimana kemungkinan kita bisa membuatnya kembali secara berbeda.
Model Manajemen Makna Terkoordinasi
Sepanjang perkembangannya, teori manajemen makna terkoordinasi telah menerapkan atau mengembangkan beberapa model analisis untuk membantu memahami dan meningkatkan komunikasi.
Beberapa model umum tersebut mencakup 3 fase, diantaranya model bunga daisy, model hierarki makna, dan model serpentine.
- Model Bunga Daisy
Model daisy digunakan untuk menggambarkan karakteristik pihak-pihak yang terlibat dalam tahap koordinasi. Dalam beberapa hal, model daisy mencantumkan deskripsi tentang siapa atau apa mereka, atau apa yang mereka cari dalam hubungan tersebut yang memungkinkan terbentuknya sebuah perspektif.
Menurut Parker, seorang fasilitator menyarankan agar mereka saling berbagi tentang latar belakang dan karier mereka yang relevan dengan tujuan pembinaan rekan mereka.
Sama seperti yang disebutkan sebelumnya, terlebih dahulu menggambar diagram dalam bentuk bunga aster, di mana kelopak bunga digunakan untuk menggambarkan bagaimana mereka menggambarkan diri mereka. Selain itu, kelopak juga akan mencakup berbagai pengaruh kunci yang telah membantu mereka membentuk narasi mereka.
- Model Hierarki Makna
Model hirarki digunakan sebagai alat bagi seorang individu untuk mengeksplorasi perspektif lawan bicaranya, namun juga memungkinkan mereka untuk melihat perspektif pribadi mereka sendiri secara menyeluruh. Unsur-unsur tersebut membentuk konteks secara keseluruhan, di mana setiap percakapan yang berlangsung memiliki pengaruh pada unsur-unsur di bawahnya.
- Model Serpentine
Para ahli teori manajemen makna terkoordinasi membuat model baru selangkah lebih maju dari model hierarki dengan memperkuat pentingnya interaksi dan menambahkan aspek waktu. Model baru ini disebut model serpentine yang secara visual menunjukkan bahwa komunikasi merupakan interaksi bolak-balik antar partisipan dan bukan sekadar transmisi informasi sederhana.
Model ini membahas persoalan berupa apa yang akan saya lakukan berikutnya, bagaimana saya mendapati awal dan akhir episode ini, dan apa hal berbeda yang akan terjadi jika saya melangkah lebih jauh ke belakang atau ke depan.