Daftar isi
Sejak datangnya ke Indonesia peradaban Hindu-Buddha berkembang dengan pesat sampai awal abad ke-16 M. Berdasarkan Sumber tertulis, agama Hindu mulai terlihat pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelangm Jawa Tengah, di lereng Gunung Merbabu yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke 7 M.
Di atas benda-benda terdapat tulisan yang ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut dipahatkan bermacam-macam dewa-dewa Hindu (Brahma, Wisnu dan Siwa) seperti pada pedang pendek, kendi, kapak dan lainnya.
Bukti tertua adanya pengaruh agama Hindu di Indonesia adalah prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja Mulawarman dan Purnawarman. Peradaban Buddha datang ke Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu dengan ditemukannya prasasti-prasasti dari kerajaan Sriwijaya dari abad ke 7 SM (Nastiti,2014)
Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara juga ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia pada abad ke 4-5 SM. Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara dapat dibagi dalam peradaban-peradaban yang terdapat di kerajaan-kerajaan kuno yang pernah ada di Indonesia, yaitu :
Setiap peradaban di wilayah-wilayah yang berbeda tersebut lahir, tumbuh dan runtuh pada zaman yang berbeda pula. Pada masa tertentu di suatu wilayah, baik secara geografis maupun politis, mencapai puncaknya di wilayah lainnya malah mengalami kemunduran (Nastiti,2014).
Peradaban Hindu-Buddha ini masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Menurut Sulistiawan, Jayusman dan Suharso (2019), salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah selat Malaka.
Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada didekat selat malaka memiliki keuntungan yaitu sering dikunjungi bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab dan Persia.
Kesempatan melakukan perdagangan Internasional terbuka lebar, sehingga pengaruh asing masuk ke Indonesia seperti Hindu-Buddha. India merupakan Negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk agama dan kebudayaan Hindu.
Pada saat itu terdapat dua jalur perdagangan yaitu jalur darat dan jalur laut. Jalur darat (Jalur Sutra) yang dimulai dari daratan Tiongkok (Cina) melalui Asia Tengah, Turkistan hingga Laut Tengah.
Jalur Laut yang dimulai dari Cina melalui Laut Cina kemudia selat Malaka, Calicut (India), lalu ke Teluk Persia melalui Syam sampai ke Laut Tengah atau melalui Laut Merah sampai ke Mesir lalu menuju Laut Tengah (Sulistiawan, dkk, 2019).
Kedatangan Hindu-Budha di berbagai daerah di Indonesia membawa dampak di berbagai aspek kehidupan manusia di Indonesia, mulai dari aspek kesenian, politik, ekonomi serta keagamaan. Hal tersebut juga ditandai dengan munculnya berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di berbagai daerah di Indonesia.
Masuknya agama dan kebudayaan dari India yaitu Hindu-Budha ke Indonesia memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan kebudayaan di Indonesia. perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia antara lain:
Wujud akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi. Istilah candi secara umum digunakan untuk menyebut semua bangunan peninggalan kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia yang berupa pemandian kuno, gapura atau gerbang kota dan bangunan suci keagamaan.
Artinya berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia dalam Seni Bangunan adalah dibangunnya candi-candi megah nan mewah untuk tujuan keagamaan maupun tujuan politis.
Akulturasi di bidang seni rupa dan seni ukir terlihat pada candi Borobudur yang berupa relief sang Budha Gautama (pengaruh daru Budha) dan relief perahu bercadik, perahu besar tidak bercadik, perahu lesung, perahu kora-kora dan rumah panggung yang di atapnya ada burung bertengger.
Seni rupa dan relief adalah peninggalan pada masa Hindu-Budha yang banyak dijumpai pada bangunan keagamaan yang mengambil kisah-kisah sastra Hindu-Budha serta suasana kehidupan asli, keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia.
Pada bidang pemerintahan dengan masuknya pengaruh Hindu maka muncul pemerintahan yang dipegang oleh raja. Dengan adanya pengaruh Hindu, dalam masyarakat kemudian berlangsung sistem kasta, yang terdiri atas kaum brahmana, ksatria, waisya dan sudra.
Masyarakat Indonesia mulai menerima sistem kepercayaan baru, yakni agama Hindu-Budha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Masyarakat Indonesia secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Budha, diawali dengan golongan elite yang berada disekitar istana sampai rakyat jelata.
Masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu dan Budha namun tidak meninggalkan kepercayaan aslinya, seperti pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur yang menunjukkan teah berkembang kerajaan Kutai. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia sebelum tahun tersebut.
Masa perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia dimulai sekitar abad ke-5 M. Artinya perkembangan agama Hindu-Budha tidak terlepas dari perkembangan kerajaan-kerajaan yang berdiri di Indonesia dengan menganut agama tersebut yang kemudian mempengaruhi kebudayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi dibawa oleh para musafir dari India . Perkembangan kerajaan Hindu-Budha tidak terlepas dari pengaruh hubungan kerjasama perdagangan dengan negara-negara India, Cina dan wilayah Timur Tengah selain itu juga dipengaruhi meluasnya pengaruh kerjaan-kerajaan besar yang ada di Nusantara.
Bukti tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah ditemukannya Arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad ke-4 hingga abad ke-16 di berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha. Kerajaan-kerajaan tersebut yaitu:
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang pertama bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa.
Menurut para ahli pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang dan diperkirakan berdiri pada abad ke-7 M.
Sriwijaya adalah salah satu Kemaharajaan Maritim yang kuat di Pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Kearajaan Sighasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok. Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah kerajaan Tumapel.
Menurut Negarakertagama, ketikan pertama kali didirikan tahun 1222, ibukota kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Kemudian dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai seluruh kekuasaan kerajaan Kediri dan menyataka dirinya sebagai raja Singosari denga gelar Sri Ranggah Rajasa Bhattaea Sang Amurwawabhumi.
Majapahit adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang pernah berdiri di sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Majapahit adalah kerajaan Hindu-Budha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari kerajaan terbesar dalam sejarah.
Kekuasaan kerajaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malay dan Kalimantan.
Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, dengan aliran agama Hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Pengaruh datangnya kebudayaan India terutama Hindu membuat Kutai yang semula merupakan kelompok masyarakat berbentuk suku berubah sistem pemerintahannya.
Kepala Pemerintahannya yang semula adalah kepala suku berubah menjadi Raja. Kerjaan ini diperkirakan berdiri sekitar abad ke-5 M. Raja-raja kerajaan ini merupakan orang Indonesia yang beragama Hindu.
Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia (setelah kerajaan Kutai) dan kerajaan tertua di Jawa Barat (Sunda) yang meninggalkan catatan sejarah.
Raja Purnawarman merupakan Raja terkenal yang memerintah Tarumanegara selama 22 tahun.
Kerajaan Tarumanegara adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M.
Kerajaan Holing atau Kerajaan Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya di daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kerajaan Holing diperintah oleh Ratu Sima sejak tahun 674 M.
Mayoritas masyarakat kerajaan beragama Hindu dan Budha serta menggunakan bahasa Sansekerta dan melayu kuno.
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke-8. Raja pertama Mataram kuno adalah Raja Sanjaya yang dikenal sebagai Raja yaang besar, gagah berani dan bijaksana.
Kerajaan ini terletak di Jawa tengah bagian selatan. Dimana pusatnya berada di Lembah Sungai Progo yang meliputi dataran tinggi Magelang, Muntulan, Sleman dan Yogyakarta.
Kerajaan Mataram Kuno pernah diperintah oleh dua dinasti yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Sailendra.
Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang berdiri pada abad ke 12 M dan merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi sungai Brantas di Jawa Timur.
Raja Kediri yang terkenal adalah Jayabaya dan Raja terakhirnya Kertajaya.
Kerajaan ini berdiri dari abad ke-9 hingga abad ke-14 M. Ketika kerajaan Majapahit runtuh banyak rakyat majapahit yang melarikan diri dan menetap di Bali.
Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati pada tahun 923, hal ini disebutkan dalam prasasti sanghyang tapak yang berada yang berada di Cibadak, Sukabumi.
Kerajaan ini mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Siliwangi yang membangun banyak tempat seperti telaga, jalan menuju ibukota Pakuan dan Wanagiri.
Peradaban Hindu-Budha yang berkembang di Indonesia dalam bentuk kerajaan-kerajaan yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia tentu saja meninggalkan banyak sekali warisan budaya yang dapat kita lihat bahkan sampai saat ini. Berikut adalah warisan peradaban Hindu-Budha dari masing-masing kerajaan:
Kerajaan yang berpusat di Palembang Sumatera Selatan ini memiliki cukup banyak peninggalan berupa candi maupun prasasti yang masih dapat kita jumpai yaitu:
Candi Muara Takus berupa komplek percandian bercorak Budha yang dapat dilihat dari bentuk stupa, temuan fragmen vajra yang berisi mantra agama Budha dalam huruf Jawa Kuno.
Candi ini berada di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau yang diperkirakan digunakan pada abad XIII-XIV sebagai salah satu pusat pemerintahan kerajaan pada masa jayanya.
2. Candi Biaro Bahal
Dikutip dari Sindonews.com candi ini merupakan satu-satunya peninggalan kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara. Candi Biaro Bahal atau Candi Bahal atau Candi Portibi ini diperkirakan dibangun pada abad ke 11.
Ada beberapa perbedaan pendapat terkait candi ini, ada yang menyebut candi ini dibangun oleh Raja Hindu Shiva dari Tamli yang memerintah dari India Selatan. Namun, pakar lain mengatakan keberadaan candi ini terkait dengan kerajaan Pannai yang merupakan eksistensi kejayaan kerajaan Sriwijaya.
Bangunan peninggalan Budha aliran Vajrayana ini terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.
3. Candi Kota Kapur
Candi Kota Kapur yang dibangun dengan menggunakan batu kapur ini berupa sisa reruntuhan candi pada zaman kerajaan Sriwijaya yang telah ditimbun kembali. Candi ini merupakan destinasi wisata edukasi yang ada di Desa Kota Kapur, Bangka Belitung.
Dibangunnya Candi ini dengan tujuan untuk menghindari gangguan dari kapal-kapal perompak yang lewat di sekitar daerah tersebut yang kerap melakukan penyerangan.
Dilansir dari Liputan6.com, salah satu budayawan Jambi mengatakan Candi Muaro Jambi adalah sebuah Kompleks percandian Hindu-Budha. Tentang sejarah Candi ini masih diliputi perdebatan dimana kemungkinan besar Candi Muaro Jambi merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Candi yang berada di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi ini diperkirakan berasal dari abad ke 11.
5. Gapura Sriwijaya
Gapura Sriwijaya ini merupakan sebuah candi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berbentuk gapura. Gapura ini terdiri dari 9 bagian gapura, akan tetapi 7 gapura yang baru di temukan.
Sayangnya mayoritas gapura ini sudah roboh dikarenakan bencana alam seperti gempa, erosi dan gejala alam lainnya. Gapura ini terletak di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.
6. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti yang ditemukan pada tanggal 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan ini ditulis dalam bahasa melayu kuno dengan menggunakan bahasa Pallawa. Prasasti ini bertanggal hari ke-11 tahun 605 saka atau 683 M.
Berdasarkan penelitian, tulisan pada prasasti ini mengisahkan tentang perjalanan suci menggunakan perahu atau Sidhayarta yang dilakukan oleh Dapunta Hyang. Dalam keterangan alhli bahasa, diketahui bahwa Dapunta Hyang melakukan perjalanan dari Minanga untuk menguasai wilayah dimana prasasti tersebut ditemukan yakni sekitar sungai Musi.
7. Prasasti Leiden
Prasasti ini ditulis pada lempengan tembaga pada tahun 1005 dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan Tamil. Prasasti ini berisi tentang hubungan baik antara dinasti Syailendra dari Sriwijaya dan Dinasti Chola dari Tamil. Sekarang prasasti ini berada di Museum di Belanda.
8. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ini ditemukan pada tahun 1904 di Desa Karang Berahi, Kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti yang ada pada tahun 686 M ini berisi tentang doa-doa kepada dewa dari rakyat Sriwijaya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat.
9. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti yang ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan ini ditulis dengan aksara Pallawa yang tersusun atas 13 baris. Prasasti Palas Pasemah ini diperkirakan dibuat pada akhir abad ke-7 M. Prasasti ini berisi tentang kutukan terhadap orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.
10. Prasasti Ligor
Prasasti ini ditemukan di Thailand Selatan tepatnya di Ligor (sekarang dikenal dengan Nakhon Si Thammarat) berupa pahatan dua sisi yang disebut Ligor A dan Ligor B. Liggor A bercerita tentang kebesaran raja Sriwijaya yang disebut sebagai raja dari segala raja dunia. Ligor B yang ditulis dengan huruf Kawi tahun 775 M bercerita tentang Visnu yang mempunyai gelar Sri Maharaja dari trah atau Wangsa Sailendra yang artinya pembunuh para musuh yang sombong.
11. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan pada tahun 1935 di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Palembang.
Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa lokasi penemuan prasasti yang berisi kutukan dan sumpah pada pejabat ini adalah pusat Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Palembang.
12. Prasasti Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo yang menggunakan bahasa Melayu Kuno ini ditemukan pada tanggal 17 November 1920 di kaki bukit Siguntang, bagian utara Sungai Musi, Palembang. Prasasti yang ditulis pada 606 saka atau 684 M ini berisi tentang pembangunan taman oleh Raja Sriwijaya yakni Sri Jayasana yang dibuat untuk rakyat pada abad ke-7. Dalam prasasti tertulis jika taman berada di tempat dengan pemandangan yang sangat indah dan lahan yang dipakai memiliki bukit serta lembah. Pada dasar lembah juga mengalir sungai menuju sungai Musi, taman ini dinamakan Taman Srikserta.
13. Prasasti Kota Kapur
Prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka bagian barat pada tahun 1892 ini merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini berisi tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar perintah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. Dari prasasti ini diketahui Sriwijaya sudah berkuasa atas sebagian wilayah Sumatera, Lampung, Pulau Bangka dan Belitung.
14. Prasasti Hujung Langit
Prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 997 M dan ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung. Prasasti Hujung Langit merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditulis dalam aksara Pallawa. Walaupun isi prasasti ini tidak terlalu jelas dikarenakan kerusakan yang ada pada prasasti sudah cukup banyak, tapi isinya tentang pemberian tanah Sima.
15. Prasasti Amoghapasha
Prasasti ini ditemukan di wilayah Jambi yang berisi mengenai hadiah yang diberikan Raja Kartanegara kepada Raja Suwarnabhumi.
Prasasti ini diperkirakan sudah ada sejak 1286.
16. Prasasti Bukit Siguntang
Prasasti bukit siguntang adalah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di kompleks makam raja-raja Sriwijaya.
Isi prasasti ini menceritakan tentang perang yang menelan banyak korban jiwa.
Kerajaan Hindu Budha yang terletak di Jawa Timur ini juga memiliki banyak peninggalan yang masih dapat kita jumpai:
Candi Singosari merupakan peninggalan kerajaan Singosari yang dibangun pada tahun 1300 M dengan beberapa patung Syiwa di sekitar taman. Warisan kerajaan Singosari yang ditafsirkan sebagai candi tertinggi pada masanya ini berada di Desa Renggi, Kabupaten Singosari, Kabupaten Malang.
2. Candi Jago
Nama Candi Jago yang dibangun pada masa Kerajaan Singosari abad ke-13 ini berasal dari kata Jajaghu yang diambil dari kitab Negarakertagama dan Pararaton.
Candi yang berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini memiliki bentuk yang unik kerena susunannya yang berupa teras punden berundak yang bagian atasnya hanya tersisa sebagian.
Candi yang memiliki bentuk yang unik ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Singosari berbentuk stupa yang ditemukan kurang lebih 6 km dari candi Singosari.
Candi Sumberawan ini berada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini diperkirakan hanya digunakan sebagai tempat untuk berdoa dikarenakan bentuknya yang tidak memungkinkan untuk penyimpanan.
4. Candi Kidal
Candi yang menceritakan tentang Garudeya, cerita mitologi Hindu dengan pesan moral pembebasan para budak dan masih terjaga utuh hingga sekarang ini dibagun sebagai penghormatan untuk Raja Anusapati, Raja Kedua Kerajaan Singosari yang sudah memerintah kurang lebih 20 tahun (1227-1248). Warisan Kerajaan Singosari ini sangat kental dengan budaya Jawa Timur.
5. Candi Jawi
Peninggalan kerajaan Singosari selanjutnya adalah Candi Jawi dengan nama asli Jajawa. Candi yang dibangun sekitar abad ke-13 ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan abu dari Raja Kartanegara.
Candi ini berada di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Didalam kitab Negarakertagama pupuh 56 dikatakan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Singosari (Raja Kartanegara) sebagai tempat ibadah umat Siwa-Budha.
6. Arca Dwarapala
Arca yang menakutkan ini adalah sebuah patung penjaga gerbang dalam ajaran Siwa dan Buddha dalam wujud manusia yang mirip monster. Dwarapala digambarkan sebagai sesosok makhluk seram yang jumlahnya bisa satu, sepasang atau terdiri dari beberapa kelompok. Dwarapala terletak di luar kuil atau bangunan lain untuk melindungi tempat suci. Arca Dwarapala ini dibangun menjadi pintu gerbang Kerajaan Singosari. Arca Dwarapala terletak di bagian kanan dan kiri jalan utama Desa Renggo.
7. Prasasti Singasari
Prasasti peninggalan kerajaan Singosari ini ditulis untuk memperingati Caitya atau kuit makam yang dipimpin oleh Majapahit Gajah Mada. Prasasti yang ditemukan di daerah Singasari, Kabupaten Malang ini dibuat pada 1351 M.
Prasasti ini berisi tentang tanggal serta penggambaran letak benda angkasa dan pembangunan Caitya.
8. Prasasti Wurare
Prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Sansekerta 1211 (21 November 1289) ini adalah prasasti yang berisi penobatan peringatan patung Mahaksobhaya didaerah yang disebut Wurare. Prasasti ini berada dibagian lingkaran pada bagian bawah patung Budha yang terdiri atas 19 ayat.
Patung pada bagian atas prasasti merupakan penghormatan untuk Raja Kertanegara yang mencapai derajat Jina atau Budha Besar dari keturunannya.
9. Prasasti Manjusri
Prasasti yang diukir dengan aksara Jawa Kuno ini merupakan peninggalan kerajaan Singosari berbentuk manuskrip yang dibuat dibagian belakang Arca Manjusri 1343 dan ditempatkan pada candi Jago, namun sekarang sudah berada di Museum Nasional.
10. Prasasti Mula Malurung
Prasasti ini berbentuk lempengan-lempenga tembaga yang diterbitkan Raja Kertanegara atas perintah ayahnya pada tahun 1255. Prasasti yang ditemukan pada tahun 1975 ini berisi tentang catatan sejarah mengenai silsilah para penguasa kerajaan Singasari. Lempengan-lempengan tembaga ini ditemukan di dekat kota Kediri dan dinamakan Prasasti Mula Malurung.
Candi Bajang Ratu yang dibangun pada abad ke-14 ini berbentuk gapura, dimana pada jaman dahulu digunakan sebagai pintu masuk utama menuju kerajaan Majapahit. Candi yang berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur ini berdasarkan namanya diambil dari bahasa Jawa yaitu Bajang dan Ratu, Bajang sendiri artinya kerdil, sehingga Bajang Ratu maksudnya bahwa Raja Jayanegara dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Majapahit ketika masih kecil.
2. Candi Sukuh
Candi yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, Desa Berjo, Kabupaten Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah ini didirikan abad ke-15 pada pemerintahan Suhita, Ratu Majapahit. Candi ini diduga dibangun pada masa memudarnya pengaruh hinduisme di Jawa. Hal ini dilihat dari bangunan candi yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-Hindu.
Menurut para ahli, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan Pengruwatan yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya.
3. Candi Tikus
Candi Tikus ini berada di Kecamatan Trowulan, Mojikerto, Jawa Timur. Candi ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Majapahit. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-13 M sampai ke-14 M.
Dalam kitab Negarakertagama, Mpu Pranca mengatakan bahwa dulunya candi ini merupakan tempat pertitraan atau pemandian serta tempat upacara raja-raja terdahulu.
4. Candi Surawana
Warisan kerajaan Majapahit yang berada di Dusun Surowono, Desa Canggu, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri ini dibangun pada tahun 1400 M. Candi yang memiliki nama Wishnubhawanapura ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker, seorang raja dari kerajaan Wengker yang berada dibawah kekuasaan Majapahit.
5. Candi Wringin Brajang
Candi Wringin Brajang berada di Dusun Sukumulyo, Desa Gadungan, Gandusari, Kabupaten Blitar. Diperkirakan yang agama yang melatarbelakangi candi ini adalah agama Hindu. Candi ini diduga dibangun sebagai tempat penyimpanan alat-alat upacara kerajaan Majapahit.
6. Candi Pari
Candi Pari merupakan peninggalan kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wujuk tahun 1350-1389 yang terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
7. Candi Cetho
Candi yang berlatar belakang agama Hindu ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15. Candi yang berlokasi di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar ini berada di ketinggian 1400 diatas permukaan laut sehingga candi ini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah.
Candi Wringin Lawang yang berarti pintu beringin ini dibangun pada abad ke-14. Candi peninggalan kerajaan Majapahit ini biasa disebut gapura wringin lawang dan berlokasi di Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Gapura ini diduga merupakan gapura yang menuju salah satu kompleks bangunan yang berada di kota Majapahit.
9. Candi Minak Jinggo
Candi ini berada di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Diperkirakan candi ini dibangun kisaran abad ke-13 tepatnya pada masa Kerajaan Hayam Wuruk. Jumlah batu yang terdapat di situs ini sekitar 650.
10. Candi Kedaton
Candi Kedaton merupakan salah satu dari candi peninggalan Majapahit. Candi ini terletak di Probolinggo, Jawa Timur. Candi kedaton sendiri berdiri pada abad ke-14 tepatnya pada masa Kerajaan Hayam Wuruk.
11. Candi Jolotundo
Candi ini berada di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto, Jawa Timur yang merupakan pusat dari Kerajaan Majapahit. Candi ini merupakan bangunan patirtan. Menurut beberapa sumber nama Jolotundo berasal dari istilah kuno. Jala atau Jolo berarti air, sedangkan tundo berarti bertingkat. Jika digabungkan Jolotundo berarti kolam dengan air pancuran yang bertingkat.
12. Candi Gentong
Candi yang terletak di Dusun Muteran, Desa Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur ini diperkirakan berlatar belakang agama Budha dan didirikan sekitar abad ke-14. Candi ini dinamakan Candi Gentong karena saat ditemukan candi ini tertimbun oleh tanah yang menggunung yang menyerupai gentong.
13. Prasasti-Prasasti
Berikut adalah prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit:
Prasasti Alasantan (939 M), Prasasti Kamban (941 M), Prasasti Wurare (1289 M), Prasasti Kudadu (1294 M), Prasasti Sukamerta (1296 M), Prasasti Butulan (1298 M), Prasasti Balawi (1305 M), Prasasti Canggu (1358 M), Prasasti Maribong (1264 M), Prasasti Hara-Hara (966 M), Prasasti Biluduk I (1366 M), Prasasti Biluduk II (1393 M), Prasasti Biluduk III (1395 M), Prasasti Lumpang (1395 M), Waringin Pitu (1447 M), Prasasti Marahi Manuk, Prasasti Parung.
14. Kitab-Kitab
Berikut adalah kitab-kitab peninggalan Kerajaan Majapahit:
Kitab Negarakertagama (Mpu Prapanca), Kitab Sutasoma (Mpu Tantular), Kitab Arjunawiwaha (Mpu Kanwa), Kitab Kutaramanawa (Gajah Mada), Kitab Pararaton, Kitab Calon Arang, Kitab Ronggolawe, Kitab Kunjakarna, Kitab Partayajna, Kitab Sudayana, Kitab Sorandakan, Kitab Tantu Panggelaran, Kitab Panjiwijayakarma, Kitab Usana Jawa, Kitab Usana Jawi.
nah, kelanjutan dari peninggalan kerajaan hindu-budha akan di lanjutkan di postingan selanjutnya yaa… semoga bermanfaat….. 😉